Khutbah
Jumat: Sikap Dalam Menghadapi Tahun Baru
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ
للهِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا
مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ
وَمَوَّالَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ
بَعْدَهُ.
اللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ
دَعَا بِدَعْوَتِهِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ
اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
وَقَالَ
اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ،
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيْمِ :يَا أَيُّهَا الََّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (آل عمران: 102).
وَقَالَ فِي
أَيَةٍ أُخْرَى : كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ
أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ
الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
(آل عمران : 185).
Hadirin
jama’ah jum’at yang dimuliakan Allah SWT.
Hari ini
sampai kita kepada hari yang dimuliakan oleh Allah SWT yang disebut sebagai
“Sayyidul Ayyam (induk dari segala hari)”, Allah SWT masih memberikan kita umur
panjang sampai saat ini. Bukan hanya umur yang panjang, Allah juga telah
memberikan nikmat sehat serta nikmat istiqamah di dalam hati kita. Sehingga
dengan nikmat-nikmat tersebut, ringan kita melangkahkan kaki menyambut seruan
azan, datang memenuhi panggilan Allah, menunaikan shalat fardhu jum’at pada
hari yang mulia ini.
Untuk itu
kita bersyukur kepada Allah. Bersyukur dengan ucapan, mari kita memperbanyak
mengucapkan hamdalah (Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin). Bersyukur dengan
perbuatan, mari kita senantiasa istiqamah melaksanakan segala perintah Allah,
dan menjauhi segala larangan Allah SWT.
Selanjutnya,
shalawat dan salam mari kita bacakan untuk nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan
dengan memperbanyak shalawat, dalam kehidupan kita diberikan istiqamah, dan di
akhir hayat kita ditutup dengan husnul khatimah, dan ketika menghadap Allah SWT
kita mendapatkan syafaatnya, insya Allah, Amin-Amin ya Rabbal Alamin.
Ma’asyiral
Muslimin sidang jama’ah jum’at rahimakumullah.
Marilah kita
tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah kapan dan dimanapun kita berada, karena
kita tidak tahu kapan ajal menjemput. Ketika ajal menjelang, ketika nafas sudah
di tenggorokan, maka tidak akan berguna lagi harta dan kedudukan, tidak berguna
lagi taubat dan penyesalan.
Ma’âsyiral
muslimîn rahîmakumullâh
Alhamdulillah,
beberapa hari yang lalu kita telah melewati hari terakhir bulan Zulhijjah yang
menandakan berakhirnya tahun 1434 Hijiriyah. Sekarang kita diberikan Allah SWT
kesempatan memasuki hari-hari awal di bulan Muharram 1435 Hijriyah.
Mari kita
renungkan, apa arti, apa pelajaran yang dapat kita ambil dari kesempatan hidup
yang Allah berikan pada kita, sehingga kita dapat menghirup udara segar awal
Muharram 1435 Hijriah ini?
Ma’âsyiral
muslimîn rahîmakumullâh
Pelajaran
terbesar yang kita dapatkan ialah, bahwa Allah masih memberikan kesempatan
kepada kita melakukan muhasabatun nafsi (introspeksi diri) secara total.
Berupa keimanan kita, keislaman kita, ibadah kita, akhlak kita, pergaulan kita,
ilmu kita, kewajiban kita, tanggung jawab kita, manajemen waktu kita, life
style (gaya hidup) kita, dan semua hal yang terkait dengan kehidupan kita
selama setahun sebelumnya, yakni tahun 1434 Hijriyah.
Ma’âsyiral
muslimîn rahîmakumullâh
Sesungguhnya
muhasabatun nafsi adalah kunci utama dalam kehidupan kita. Dengan Muhasabatun
nafsi, kita dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan kita pada waktu yang
lalu, perbaikan hari ini dan persiapan serta perencanaan waktu yang akan
datang.
Dengan muhasabatun
nafsi, kita mampu menutupi kelemahan masa lalu dan meningkatkan kualitas
diri pada hari ini dan masa yang akan datang. Dengan muhasabatun nafsi,
hidup kita akan berkembang terus menuju ke arah yang benar dan lurus.
Bahkan
dengan muhasabatun nafsi, kita dapat mengetahui hakikat dan persoalan
diri kita secara pasti, amal yang kita lakukan dan bertambahnya kapasitas diri
serta bekal menuju perjalanan akhirat kita yang amat panjang dan pasti.
Muhasabatun
nafsi adalah
kekayaan yang harus kita miliki, karena sangat penting dalam menjalankan
kehidupan ini. Karena itulah, Khalifah Umar ra. Berkata:
حَاسِبُوْا
أَنْفُوْسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا (Hisablah, hitung-hitung diri kamu
sebelum kamu dihisab oleh Allah SWT.)
وَزِنُوْاهَا
قَبْلَ أَنْ تُزَانُوْا (Timbang-timbang amal kamu sebelum amal kamu ditimbang
oleh Allah SWT.)
Ma’âsyiral
muslimîn rahîmakumullâh
Mari kita
bersiap menghadapi suatu hari di mana semua manusia akan dikumpulkan di padang
Mahsyar kelak. Di sana Allah akan meminta pertanggungjawaban terhadap semua
yang kita imani, yang kita yakini, yang kita ucapkan dan yang kita lalukan
secara detil dan rinci, tak sedikit pun yang terlupakan. Jika baik, Allah akan
berikan dengan balasan yang baik, dan jika nilainya buruk, maka Allah juga akan
memberikan balasan yang buruk.
Ma’âsyiral
muslimîn rahîmakumullâh
Ada tiga
perkara yang perlu kita hisab, kita hitung-hitung dalam kehidupan ini:
Yang
pertama, Masalah
Dien, Agama kita, yakni Al-Islam. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini pantas kita
arahkan pada diri kita: Sudah sejauh mana kita memahami dan mengamalkan ajaran
agama kita? Sejauh mana kita memahami dan mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul SAW, sebagai sumber utama ajaran agama kita?
Ma’âsyiral
muslimîn rahîmakumullâh
Terkait
masalah Dien ini, kita harus selalu menanamkan dalam diri kita spirit dan
semangat belajar, belajar dan belajar. Karena Dienul Islam itu adalah ilmu,
sedangkan ilmu tidak akan didapat kecuali dengan belajar dan mempelajarinya.
Para ulama kita telah merumuskan ilmu Islam itu dengan rumusan yang sangat
ilmiah, detil dan sangat sistematis sehingga kita mudah memahami dan
mengamalkannya. Secara umum, ilmu terkait dengan Islam yang harus kita pelajari
dan amalkan mencakup Iman/’Aqidah, Ibadah, Akhlak, Mu’amalah, Keluarga dan
Syari’ah.
Ma’âsyiral
muslimîn rahîmakumullâh
Yang kedua, Masalah dunia kita. Dalam masalah
kehidupan dunia, ada 3 hal yang perlu kita hisab:
Pertama,
bagaimana kita menyikapi kehidupan dunia ini? Apakah kita mencintainya dan kita
jadikan ia menjadi tujuan hidup kita? Ataukah berbagai fasilitas kehidupan ini,
termasuk uang, rumah, kendaraan yang kita miliki, kita letakkan hanya sebagai
sarana kehidupan dan kita tidak mencintainya melebihi cinta pada Allah dan Rasul-Nya?
Ingat! Rasulullah mengajarkan kepada kita bahwa zuhud pada dunia adalah kunci
mendapat cinta Allah.
Kedua, dari
mana asal usul semua harta yang kita miliki? Apakah harta yang kita miliki
benar-benar berasal dari sumber yang halal dan tidak sedikitpun tercampur
dengan yang haram seperti riba, menipu, mencuri dan sebagainya, atau syubhat
(belum jelas halal atau haram). Harta yang haram dan syubhat menyebabkan hati
kita sakit dan bahkan bisa mati serta do’a kita tidak dikabulkan Allah. Pada
akhirnya, di dunia kita kehilangan barokah hidup dan di akhirat kita akan
dilemparkan Allah ke dalam neraka. Sebab itu, Allah dan Rasul-Nya menyuruh kita
agar memakan, meminum dan memakai dari sumber yang halal dan dari benda dan
jenis yang dihalalkan.
Ketiga,
kemana kita belanjakan dan manfaatkan harta yang Allah anugerahkan pada kita?
Kendati harta yang kita dapatkan dengan cara yang halal dan jenisnya pun halal,
bukan berarti kita dibolehkan semau kita dalam membelanjakan dan
memanfaatkannya. Islam mengatur sistem belanja, distribusi dan pemanfaatan
harta kita. Harta tersebut pada hakikatnya Allah titipkan kepada kita agar
menjadi modal kita untuk kepentingan akhirat kita.
Sebab itu,
Allah memotivasi kita agar harta yang Allah anugerahkan itu kita
infakkan/belanjakan di jalan-Nya setelah kita keluarkan kewajiban yang ada di
dalamnya seperti zakat, nafkah, infaq, shadaqah, wasiat dan sebagainya.
Ma’âsyiral
muslimîn rahîmakumullâh
Yang ketiga,
Masalah
akhirat yang akan menjadi tempat tinggal kita selama-lamanya. Terkait masalah
akhirat ini hanya ada dua kata: Ikhlaskan niat kita hanya karena Allah dalam
semua kata dan amal ibadah yang kita lakukan, dan lakukan amal shaleh sebanyak
mungkin yang dapat kita lakukan.
Untuk itu,
hidup kita harus berorientasi akhirat dan jangan sampai kita lebih mencintai
dunia ketimbang akhirat, karena dunia semua isinya akan musnah, termasuk jasad
kita sendiri, sedangkan akhirat adalah kekal abadi. Di samping itu, jadikanlah
sukses akhirat sebagai standar kesuksesan yang hakiki.
Allah SWT
menjelaskan:
كُلُّ نَفْسٍ
ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (آل عمران : 185)
“Semua yang
bernyawa pasti mati. Nanti pada hari kiamat (akhirat) akan disempurnakan pahala
kalian. Siapa yang dijauhkan (pada hari itu) dari neraka dan dimasukkan ke
dalam syurga, maka sungguh dialah yang sukses. Dan tidak adalah kehidupan dunia
ini melainkan kenikmatan yang menipu”. (Ali-Imran: 185)
Ma’âsyiral
muslimîn rahîmakumullâh
Mari kita
syukuri nikmat umur yang telah Allah anugerahkan kepada kita sehingga kita
dapat menghirup udara segar di bulan Muharram 1435 Hijiriyah tahun ini dengan
melakukan Muhasabatun nafsi. Semoga Allah bantu kita, dan mudahkan kita dalam
melakukan upaya meningkatkan kualitas dien, dunia dan akhirat kita dalam tahun
1435 Hijiriah ini, dan semoga hidup kita tahun ini lebih baik dari tahun-tahun
sebelumnya. Amin ya Robbal ‘alamin.
بَارَكَ
اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ
هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ.
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
الْحَمْدَ
لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ
مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ
وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ
اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ
فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا
أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَ
بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ،
فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ، وَ يَا قَاضِيَ الْحَاجَةِ.
رَبَّنَا لاَ
تَدَعْ لَنَا فِي مَقَامِنَا هَذَا وَ فِي سَاعَتِنَا هَذِهِ ذَنْبًا إِلاَّ
غَفَرْتَهُ، وَ لاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ، وَ لاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَهُ،
وَ لاَ مُسَافِرًا إِلاَّ وَصَلْتَهُ، وَ لاَ مَرِيْضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَ لاَ
مَيِّتًا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، وَ لاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا لَكَ رِضًا
وَ لَنَا فِيْهَا صَلاَحًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا وَ يَسَّرْتَهَا يَا أَكْرَمَ
اْلأَكْرَمِيْنَ
رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
عِبَادَاللهِ!
اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ، وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا
تَصْنَعُوْنَ.