BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan sepanjang hayat (life
long education) adalah sebuah sistem pendidikan yang dilakukan oleh manusia ketika lahir sampai meninggal
dunia. Pendidikan sepanjang hayat merupakan fenomena yang sudah tidak asing
lagi. Melalui pendidikan sepanjang hayat, manusia selalu belajar melalui
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau pengalaman
yang telah dialami. Konsep pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas
usia, semua manusia baik yang masih kecil hingga lanjut usia tetap bisa menjadi
peserta didik, karena carabelajar sepanjang hayat dapat
dilakukan dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun.
Masyarakat
belajar (community learning) adalah
pembelajaran yang dilakukan kepada masyarakat dalam bentuk kelompok-kelompok.
Hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama. Masyarakat belajar merupakan upaya
untuk lebih melibatkan masyarakat dalam upaya-upaya membangun pendidikan untuk
kepentingan masyarakat dalam menjalankan perannya dalam kehidupan.
Pendidikan
adalah suatu proses yang disadari untuk mengembangkan potensi individu sehingga
memiliki kecerdasan berfikir, emosional, berwatak dan berketrampilan untuk siap
hidup di tengah-tengah masyarakat.
Belajar
sepanjang hayat adalah belajar seumur hidup yang merupakan kebutuhan manusia
dalam usaha mengembangkan diri serta mempertahankan eksistensinya adalah
melalui belajar yang dialkukan sepanjang hayatnya. Tanpa belajar manusia akan
mengalami kesulitan baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dalam
memenuhi tuntutan hidup dan kehidupan yang selalu berubah.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian long life education dan
learning community?
2. Apa Long Life Education dan Aspek Lingkungan Belajar?
3. Apa Learning Community dan Aspek Lingkungan Belajar?
4. Bagaimana Hubungan Long Life Education (pendidikan sepanjang hayat) dan Learning
Community (masyarakat
belajar) ?
1.3. Tujuan
Penulisan
Pada dasarnya Tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua
bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan
makalah ini yaitu untuk mengerjakan tugas UTS mata kulia filsafat ilmu,
Sedangkan tujun khusus dari penyusunan makalah ini
yaitu :
1. Mengetahui Pengertian long life education dan
learning community.
2. Mengetahui Long Life
Education dan Aspek Lingkungan Belajar.
3. Mengetahui Learning Community dan Aspek Lingkungan Belajar
4. Mengetahui Hubungan
Long Life
Education (pendidikan
sepanjang hayat) dan
Learning Community (masyarakat belajar) .
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Long Life Education (pendidikan
sepanjang hayat) dan
Learning
Community (masyarakat belajar)
Kata
masyarakat dapat disamakan dengan community
dan society, secara teknis ilmiah
artinya berbeda-beda menurut para ahli sosiologi.
a. Kata masyarakat
didefinisikan dengan suatu kehidupan bersama di suatu wilayah dan waktu
tertentu dengan pola-pola kehidupan yang terbentuk oleh antar hubungan dan
interaksi warga masyarakat itu dengan alam sekitar. (Syam:1986:184).
b. Menurut Ogburn dan Nimkoff
masyarakat adalah suatu kelompok atau sekumpulan kelompok-kelompok yang
mendiami suatu daerah.
c. Menurut Robert W dan
Richey, masyarakat sebagai kelompok manusia yang hidup bersama di suatu wilayah
dengan tata cara berfikir dan bertindak yang relatif sama yang membuat warga
masyarakat itu menyadari diri mereka sendiri sebagai satu kesatuan (kelompok).
d. Menurut Torsten (1974)
makna masyarakat belajar itu adalah makin lama makin banyak orang yang harus
mendidik diri sendiri untuk waktu yang semakin panjang yang tidak hanya sesuai
untuk kepentingan dirinya sendiri dan keadilan demokrasi, akan tetapi juga
cocok dengan kebutuhan selama sektor swasta sangat membutuhkan tenaga kerja
yang berpendidikan tinggi dan ketika individu menganggap konsumsi pendidikan
sebagai bagian standar yang memadai.
Menurut pendapat Sudjana (2001:
217-218) pendidikan sepanjang hayat harus didasarkan atas prinsip-prinsip
pendidikan di bawah ini :
a. Pendidikan
hanya akan berakhir apabila manusia telah meninggal dunia.
b.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuat bagi peserta didik
untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisi dan
sistimatis.
c. Kegiatan
belajar bertujuan untuk mempeoleh, memperbaharui, dan meningkatkan pengetahuan,
sikap dan ketrampilan yang telah dimiliki.
d.
Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkai dalam memenuhi kebutuhan belajar
dan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap manusia yang melakukan kegiatan
belajar.
e.
Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia,
baik untuk meningkatkan kemampuannya, agar manusia selalu melakukan kegiatan
belajar guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pendidikan sepanjang hayat (life
long education) adalah sebuah sistem pendidikan yang dilakukan oleh manusia
ketika lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan sepanjang hayat merupakan
fenomena yang sudah tidak asing lagi.
Senge
(1990) mendefinisikan komunitas pembelajaran sebagai;
Sebuah organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berpikir yang baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama.
Sebuah organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berpikir yang baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama.
Masyarakat
belajar (community learning) adalah
pembelajaran yang dilakukan kepada masyarakat dalam bentuk kelompok-kelompok.
Hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama. Masyarakat belajar merupakan upaya
untuk lebih melibatkan masyarakat dalam upaya-upaya membangun pendidikan untuk
kepentingan masyarakat dalam menjalankan perannya dalam kehidupan.
2.2
Long Life Education dan Aspek Lingkungan Belajar
Dunia semakin hari semakin mengalami
perubahan, perubahan itu terjadi secara alami dan karena campur tangan manusia. Perubahan itu pula yang harus
membuat manusia semakin peka akan kejadian-kejadian yang ada. Hadirnya berbagai
ilmu pengetahuan di dunia ini memudahkan manusia untuk beraktivitas, teknologi
yang canggih di dukung oleh komputerisasi
membuat manusia semakin terbantu melakukan aktivitasnya, semuanya terasa lebih
mudah. Alat komunikasi yang tak
mengenal jarak dan waktu semakin memudahkan manusia untuk terus melakukan
interaksi dimanapun dan kapanpun. Begitu cepat perubahan dan perkembangan itu terjadi, hal
ini menuntut manusia harus terus belajar dimanapun dan kapanpun.
Pada dasarnya manusia dilahirkan
kealam dunia ini dalam keadaan fitrah.
Sejak anak dilahirkan kealam dunia ini sesungguhnya adalah awal manusia mulai
belajar, karena di dalam Islam dikatakan bahwa manusia itu belajar sejak ia
dilahirkan sampai ia masuk kedalam liang lahat. Sungguh luar biasa ajaran Islam
mendidik umatnya untuk terus menuntut
ilmu pengetahuan tanpa mengenal usia, selama kita masih bisa menikmati hidup,
selama kita masih bisa menghirup udara, selama kita masih bisa bergerak itu
artinya kita wajib menuntut ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu ketika seorang
anak mulai dilahirkan kealam dunia ini orang tua sudah mulai mengjari anaknya
dengan berbagai hal tentunya dengan konsep dan metode yang sesuai dengan
usianya.
Konsep belajar sepanjang hayat atau
yang dikenal dengan Long Life education bisa dilakukan dimana saja, mulai dari
lingkungan keluarga dimulai dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa, bahkan
sampai dengan usia tua, belajar sepanjang hayat juga bisa dilakukan dalam
pendidikam formal, dari mulai Taman kanak-kanak, Sekolah dasar, Sekolah
menengah pertama, Sekolah menegah atas/kejuruan, perguruan tinggi. Lahirnya
konsep belajar sepanjang hayat adalah bagian dari keprihatinan pada dunia
pedidikan yang ada, karena masih banyak masyarakat yang tidak bisa menikmati
pendidikan pada dunia formal. Oleh sebab itu belajar sepanjang hayat bisa
dilakukan pada kegiatan non formal, misalnya kegiatan pelatihan, PLS, kelompok
belajar dan lain sebagainya.
Belajar sepanjang hayat merupakan
kewajiban setiap manusia tidak mengenal usia, status, ruang dan waktu serta
yang lainnya. Sedangkan secara umum, gerakan belajar sepanjang hayat itu baru
dipublikasikan di sekitar tahun 1970, ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun
Pendidikan Internasional (International Education Year). Karena pada tahun itu
dilontarkan berbagai isu pembaharuan dalam falsafah dan konsep tentang
pendidikan. Latar belakang munculnya gagasan ini ialah rasa kurang puas
terhadap pelaksanaan belajar melalui sistem sekolah, yang dikatakan memperlebar
jurang antara yang kaya dan yang miskin. Secara eksplisit gagasan ini
dilontarkan oleh Paul Lengrand dalam bukunya yang beijudul An Introduction to
life Long Education.
Dari landasan diatas maka
sesungguhnya pembelajaran sepanjang hayat sangat dibutuhkan oleh setiap manusia
yang menyadari akan pentingnya sebuah pengetahuan. Belajar sepanjang hayat bisa
dalam pendidikan formal maupun non formal. Belajar Sepanjang hayat dalam tiga
aspek menurut penulis
Dalam makalah ini penulis akan mencoba menjelaskan tentap belajar sepanjang hayat yang dilakukan dari tiga aspek lingkungan belajar. Yaitu belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga, dalam pendidikan formal, dandalam pendidikan non formal.
Dalam makalah ini penulis akan mencoba menjelaskan tentap belajar sepanjang hayat yang dilakukan dari tiga aspek lingkungan belajar. Yaitu belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga, dalam pendidikan formal, dandalam pendidikan non formal.
a). Belajar sepanjang hayat dalam
lingkungan keluarga
Tempat belajar yang pertama bagi
seorang manusia adalah lingkungan keluaraga, pada tapa inilah tahap yang paling
menentukan seorang anak untuk memulai pembelajaran dalam keluarganya. Khususnya
dalam ajaran Islam pembelajaran sudah dimulai ketika seorang bayi masih berada
dalam rahimnya, dalam konsep ini jelas bahwa Islam memang sangat memperhatikan
umatnya untuk senantiasa belajar. Kemudian dalam Islam dijelaskan berdasarkan
hadis Rasulullah Saw “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka kedua
orang tuanyalah yg menjadikannya sebagai Yahudi Nasrani atau Majusi.” Dalam
hadis ini jelas bahwa peran orang tua dalam keluarga sangatlah penting untuk
mendidik putra-putrinya, orang tuanyalah yang akan membentuk pribadi anaknya
dalam lingkungan keluarga. Belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga
menurut penulis bisa dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
1. Belajar
pada masa balita
Dalam masa balita orang tua mulai
bisa mengajarkan kepada anaknya, sesuai dengan kemampuan serta fase
perkembanganya. Misalnya dengan mengajarkan atau melatih anak untuk bisa
merangkak, kemudian berdiri, berjalan walaupun pembelajaran seperti ini bisa
terjadi secara alami tapi tetap membutuhkan perhatian khusus dari orang tua.
Selain itu pada masa balita bisa dilakukan pembelajaran seperti mengucapkan
kalimat atau kata sederhana serta belajar bicara dan lain sebagainya.
2. Belajar
pada masa kanak-kanak
Dalam fase ini orang tua mempunyai
peranan penting untuk memberikan pembelajaran pada anak-anaknya, orang tua
mulai memberikan pembelajaran misalnya bagaimana mereka menggunakan pakaian
atau melepaskannya, mebiasakan anak untuk hidup disiplin dengan cara memberikan
contoh misalnya dengan berangkat dan pulang sekolah tepat waktu, belajar dan
bermain sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Pada masa ini pembelajaran
mengenai hidup bersih juga bisa mulai diberikan misalnya dengan mandi,
menggosok gigi, mencuci tangan, membuang sampah pada tempatnya, dan lain
sebagainya. Dalam fase ini orang tua bukan hanya memberikan pembelajaran tetapi
harus bisa memberikan contoh karena cenderung seorang anak biasanya melakukan
sesuatu dari apa yang dilihatnya. Pada masa ini pembentukan karakter juga bisa
diberikan misalnya dengan mencium tangan orang tua ketika berangkat dan pulang
sekolah disertai mengucapkan salam, menghormati yang lebih tua, membiasakan
sholatlimawaktu dan lain sebagainya.
3.
Belajar pada masa remaja
Masa remaja merupakan masa yang
paling rentang, pada fase ini seorang anak cenderung mempunyai sifat labil,
oleh sebab itu peranan orang tua dalam memberikan pembelajaran dalam lingkungan
keluarga sangatlah penting. Agar pada masa ini bisa berkembang dengan baik,
tanpa terpengaruh oleh lingkungan luar, terpengaruh oleng teman-teman
bergaulnya. Pada masa ini konsep pembelajaran sepanjang hayat mempunyai peranan
penting karena dalam fase ini pula seorang anak akan mulai mencari jati
dirinya, mulai mengenal dunia pergaulan, dan cenderung memiliki keinginan untuk
punya kebebasan dalam melakukan sesuatu. Pembelajaran disiplin dan pengwasan
serta perhatian dari orang tua sangatlah penting agar anak bisa melakukan
aktivitas-aktivitas yang positif serta berkembang secara normal.
4. Belajar
pada masa dewasa
Konsep belajar sepanjang hayat pada
masa dewasa merupakan masa yang penting dilakukan dalam lingkungan keluarga.
Pada fase ini seorang anak remaja yang berkembang menjadi manusia dewasa mulai
mengenal jati dirinya, bahkan memilki karakter tersendiri. Pada masa ini pula
biasanya kecenderungan seseorang untuk menyudahi belajar sangat dominan
khususnya perempuan. Diawali selesai masa kuliah, kemudian menikah, punya anak
dan memilki keluaraga. Pada masa-masa ini seseorang cenderung lebih memetingkan
keluarga, pekerjaan dibadingkan dengan belajarnya. Padahal pada masa ini
pembelajaran masih tetap bisa dijalankan. Oleh sebab itu dalam lingkungan keluarga
ini orang tua harus bisa memberikan pemahan kepada anak-ankanya agar terus
belajar sepanjang hidupnya, baik belajar formal maupun non formal.
5.
Belajar pada masa tua atau usia lanjut dalam lingkungan keluarga
Konsep pembelajaran dalam Islam
bahwa belajar tidak mengenal usia, sesuai dengan hadis yang ada pada landasan
diatas. Maka sesunggunya pada usia ini seseorang harus tetap belajar, yang
tentunya dilakukan dalam keluarga. Pada masa ini orang tua bisa belajar pada
anak-anaknya atau pada masa ini orang tua memberikan pembeljaran pada
anak-anaknya. Karena sesunggunya belajar sepanjang hayat bukan hanya belajar
tapi juga memberikan pembelajaran. Orang tua yang memilki banyak ilmu maka ia
akan semakin bijak dalam mengambil keputusan dalam setiap masalah yang dihadapi
dalam hidupnya.
b). Belajar sepanjang hayat dalam pendidikan Formal
Belajar sepanjang hayat sangatlah
dibutuhkan setiap individu yang membutuhkan ilmu pengetahuan, orang yang
menyadari akan pentingnya arti sebuah ilmu maka ia akan berusaha untuk terus
melanjutkan pendidikannya sampai dengan jenjang yang paling tinggi sesuai
dengan kemampuan yang dimilkinya. Didalam ajaran Islam sesunggunya mencari ilmu
pengetahuan adalah kewajiban. Sesuai dengan hadist Rasulullah Saw, “
Sesungguhnya menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap muslim baik
laki-laki atau perempuan “ (HR. Ibnu Majah). Dalam hadis ini sangat tegas di
sebutkan atas kewajiban seorang muslim oleh sebab itu apabila kewajiban ini
tidak dilakukan oleh seorang muslim maka hukumnya adalah dosa. Sungguh luar
biasa bagi orang yang menuntut ilmu pengetahuan yaitu baginya akan dimudahkan
jalan menuju surga, oleh sebab itu dengan hadis ini muda-mudahan kita akan
semakin termotivasi, karena mendapat keridhoan Allah dan masuk surga adalah dambaan
bagi setiap manusia.
Pembelajaran sepanjang hayat (Long
Life education) dalam pendidikan formal, adalah pembelajaran yang sistematis
dan terencana, memilki tujuan – tujuan khusus sesuai dengan bakat, kemampuan
atau jurusan yang diminati oleh pembelajar. Yang termasuk dalam pendidikan
formal adalah dari tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, perguruan tinggi,
D1, D2, D3, S1,S2, dan S3. Pada pendidikan formal setelah seseorang
meyelesaikan program sekolah menegah atas atau kejuruan, setiap orang
diperbolehkan untuk mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi, tak mengenal
usia, jenis kelamin, suku dan golongan. Oleh sebab itu hal ini berlaku sampai
kapanpun selama sesorang masih memilki keinginan untuk belajar maka selama itu
pula banyak kesempatan bagi setiap orang untuk melanjutkan kejenjang yang lebih
tinggi. Maka tidak heran kita sering melihat atau mendengar orang yang sudah
berusia tua ada di antara sebagian mereka masih melanjutkan kuliahnya ada yang
S1, S2 dan S3. itu artinya pendidikan sepanjang hayat ini memang relevan bagi
setiap orang, setiap orang punya kesempatan yang sama, asalkan mempunyai
keinginan dan kemampuan.
c). Belajar sepanjang hayat dalam pendidikan Non Formal
Belajar tidak mengenal usia, waktu
dan tempat, dimanapun kapanpun kita bisa belajar dari kehidupan ini. Belajar
tidak harus dibangku sekolah atau pendidikan formal serta berizazah, tetapi
belajar bisa dimana saja, dari berbagai sumber yang berisi tentang pengetahuan.
Banyak orang yang belajar ototidak (belajar sendiri) namun mereka lebih
berhasil dari orang-orang yang berpendidikan formal, itu artinya belum tentu
orang yang berpendidikan formal bisa lebih sukses daripada orang yang tidak
berpendidikan formal. Sesungguhnya yang membuat orang menjadi sukses adalah
kemampuannya beradaptasi dengan orang lain, komunikatif, pandai begaul, punya
kemauan keras dan tentunya skil tidak kalah penting.
Pendidikan non formal tidak mengenal ruang dan waktu, setiap orang bisa belajar kapanpun, orang bisa belajar dari apa yang dilihatnya, di dengarnya, dirasakannya, dialaminya dan lain sebagainya. Konsep pendidikan sepajang hayat pada pendidikan non formal lebih luas dari yang lainnya. Pendidikan non formal ini bisa dilakukan seperti kelompok belajar, organisasi, tempat kursus atau pelatihan, atau ditempat – tempat pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak. Oleh sebab itu sudah seharusnya setiap orang harus terus belajar dari setiap perjalanan hidupnya sampai ajal menjemputnya. Karena ilmu pengetahuan sangat berguna bagi setiap orang walalupun bagi orang yang sudah berusia lanjut sekalipun. Dalam islam dikatakan Allah akan mengangkat orang – orang yang berilmu dan beriman beberapa derajat, itu artinya betapa Allah menghargai orang yang berilmu karena dengan ilmu pula orang akan lebih mampu mengenal Allah dan lebih banyak mendekatkan diri padanya dengan ritual-ritual ibadah.
Pendidikan non formal tidak mengenal ruang dan waktu, setiap orang bisa belajar kapanpun, orang bisa belajar dari apa yang dilihatnya, di dengarnya, dirasakannya, dialaminya dan lain sebagainya. Konsep pendidikan sepajang hayat pada pendidikan non formal lebih luas dari yang lainnya. Pendidikan non formal ini bisa dilakukan seperti kelompok belajar, organisasi, tempat kursus atau pelatihan, atau ditempat – tempat pengajian ibu-ibu dan bapak-bapak. Oleh sebab itu sudah seharusnya setiap orang harus terus belajar dari setiap perjalanan hidupnya sampai ajal menjemputnya. Karena ilmu pengetahuan sangat berguna bagi setiap orang walalupun bagi orang yang sudah berusia lanjut sekalipun. Dalam islam dikatakan Allah akan mengangkat orang – orang yang berilmu dan beriman beberapa derajat, itu artinya betapa Allah menghargai orang yang berilmu karena dengan ilmu pula orang akan lebih mampu mengenal Allah dan lebih banyak mendekatkan diri padanya dengan ritual-ritual ibadah.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan
sebuah konsep yang memberikan pemahaman kepada setiap orang agar terus belajar
dalam perjalanan hidupnya, belajar sepanjang hayat tidak mengenal usia, serta
ruang dan waktu. Pendidikan sepanjang hayat juga merupakan konsep yang sudah
lama dikenal dalam Islam bahkan jauh sebelum unesco mengeluarkan tentang konsep
Long Life Education. Konsep belajar sepanjang hayat yang penulis kemukakan bisa
dilakukan pada lingkungan keluarga, pendidikan formal dan pendidikan non
formal. Selanjutnya manfaat dari pendidikan sepanjang hayat adalah agar setiap
manusia selalu mempunyai bekal dalam kehidupan ini, sehingga dalam menjalani
kehidupan ini akan lebih terarah dan senantiasa mampu melakukan yang terbaik
untuk kemaslahatan umat, mampu menjadi orang yang bijaksana.
Menurut Suprijanto (2007) proses
belajar yang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar berlangsung
melalui enam tahapan yaitu :
a. Motivasi
Yang dimaksud motivasi di sini
adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Apabila dalam diri peserta didik
tidak ada minat untuk belajar, tentu saja proses belajar tidak akan berjalan
dengan baik. Jika demikian halnya, pendidik harus menumbuhkan minat belajar
tersebut dengan berbagai cara, antara lain dengan menjelaskan pentingnya
pelajaran dan mengapa materi itu perlu dipelajari.
b.
Perhatian pada Pelajaran
Peserta didik harus dapat memusatkan
perhatiannya pada pelajaran. Apabila hal itu tidak terjadi maka proses belajar
akan mengalami hambatan. Perhatian peserta ini sangat tergantung pada
pembimbing.
c.
Menerima dan Mengingat
Setelah memperhatikan pelajaran,
seorang peserta didik akan mengerti dan menerima serta menyimpan dalam
pikirannya. Tahap menerima dan mengingat ini harus terjadi pada diri orang yang
sedang belajar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan dan
pengingatan ini, seperti struktur, makna, pengulangan pelajaran , dan
interverensi.
d.
Reproduksi
Dalam proses belajar, seseorang
tidak hanya harus menerima dan mengingat informasi baru saja, tetapi ia juga
harus dapat menemukan kembali apa-apa yang pernah dia terima. Agar peserta
didik mampu melakukan reproduksi, pendidik perlu menyajikan pengajarannya
dengan cara yang mengesankan.
e.
Generalisasi
Pada tahap generalisasi ini, peserta
didik harus mampu menerapkan hal yang telah dipelajari di tempat lain dan dalam
ruang lingkup yang lebih luas. Generalisasi juga dapat diartikan penerapan hal
yang telah dipelajari dari situasi yang satu ke situasi yang lain.
f.
Menerapkan Apa yang Telah Diajarkan
serta Umpan Balik
Dalam tahap ini, peserta didik harus
sudah memahami dan dapat menerapkan apa yang telah diajarkan. Untuk meyakinkan
bahwa peserta didik telah benar-benar memahami, maka pembimbing dapat
memberikan tugas atau tes yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Tes yang
diberikan pun dapat berupa tes tertulis maupun lisan. Selanjutnya, pendidik
berkewajiban memberikan umpan balik berupa penjelasan mana yang benar dan mana
yang salah. Dengan umpan balik seperti itu, peserta didik dapat mengetahui
seberapa ia memahami apa yang diajarkan dan dapat mengoreksi dirinya sendiri.
2.3. Learning Community dan Aspek Lingkungan Belajar
Masyarakat belajar mempersyaratkan
adanya sikap yang mendukung yaitu sikap mau dan suka belajar, belajar terus
menerus, belajar seumur hidup. Tugas pendidikan adalah mendorong terbentuknya
sikap dan nilai, yang demikian itu sehingga belajar terus menerus sepanjang
hayat merupakan suatu kebutuhan, dan tumbuhnya dorongan untuk terus belajar itu
bersifat intrinsik.
Tujuan
pendidikan atau belajar sepanjang hayat adalah meningkatkan kualitas diri dan
kehidupan lingkungan. Tujuan pembentukan masyarakat belajar sepanjang hayat
dapat juga dikatakan untuk mewujudkan kehidupan individu dan masyarakat yang
sehat, berkeadilan dan kreatif. Pendidikan sepanjang hayat merupakan pendekatan
baru terhadap pendidikan yang mencakup perubahan organisasi, lembaga,
kurikulum, guru dan siswa atau metode pembelajarannya.
Ciri-Ciri Utama
Komunitas Pembelajaran
Dukungan Pembelajaran
Sekolah sebagai komunitas pembelajaran hendaknya memiliki tekad yang bulat mengenai nilai pembelajaran untuk semua. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa belajar sesunguhnya menyenangkan, bahwa semua anggota komunitas memiliki kapasitas untuk belajar, dan setiap orang memiliki kemampuan yang dapat digunakan dan karenanya perlu dihormati. Manusia perlu belajar bagaimana belajar. Secara umum, masih banyak sekolah yang berfokus pada isi pembelajaran semata. Dalam sebuah komunitas, pembelajaran seharusnya terfokus pada proses, isi dan hasil (outcome).
Gagasan komunitas pembelajaran memberikan gambaran:
Pergeseran model sekolah dari belajar parsial ke belajar secara utuh
Dukungan Pembelajaran
Sekolah sebagai komunitas pembelajaran hendaknya memiliki tekad yang bulat mengenai nilai pembelajaran untuk semua. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa belajar sesunguhnya menyenangkan, bahwa semua anggota komunitas memiliki kapasitas untuk belajar, dan setiap orang memiliki kemampuan yang dapat digunakan dan karenanya perlu dihormati. Manusia perlu belajar bagaimana belajar. Secara umum, masih banyak sekolah yang berfokus pada isi pembelajaran semata. Dalam sebuah komunitas, pembelajaran seharusnya terfokus pada proses, isi dan hasil (outcome).
Gagasan komunitas pembelajaran memberikan gambaran:
Pergeseran model sekolah dari belajar parsial ke belajar secara utuh
- Peninjauan kembali efektifitas praktek belajar-mengajar tradisional
- Mempertimbangkan pengertian mutakhir mengenai (pendekatan) pembelajaran, proses dan pelajar
- Pengembangan dan komitmen terhadap konsep tim pembelajaran
Membangun
komunitas pembelajaran sesungguhnya mengharuskan sekolah mendefinisikan kembali
harapan-harapan guru, orang tua, kepala sekolah dan siswa serta hubungan mereka
secara utuh.
Dukungan Guru
Melalui komunitas pembelajaran:
Siswa diberdayakan, menjadi pelajar yang mandiri (self-directed) dan committed
Dukungan Guru
Melalui komunitas pembelajaran:
Siswa diberdayakan, menjadi pelajar yang mandiri (self-directed) dan committed
- Guru dan administrator merupakan pelajar yang committed dengan inkuiri dan refleksi yang berkesinambungan. Mereka adalah pelajar sepanjang hayat yang mengetahui detil pengajaran dan kebutuhan untuk terus memperdalam pengetahuan mereka
- Kepala Sekolah adalah pemimpin pembelajaran, menjadi model belajar sepanjang hayat dan membantu pembelajaran anggota komunitas lainnya
- Orang tua adalah parner pembelajaran
- Tercipta lingkungan bekerja berfokus belajar, aktivitas belajar formal dan informal diberi penghargaan yang sama
Dukungan Orang Tua
Di dalam komunitas pembelajaran, orang tua siswa dan anggota
komunitas lainnya tidak diperlakukan sebagai pihak luar, melainkan sebagai
partisipan penuh. Sekolah perlu mengembangkan strategi untuk meningkatkan
keterampilan dan pemahaman orang tua siswa. Bila sekolah ingin menjadi
sebuah komunitas, saling berhubungan, berkaitan dan berbagi dengan pemangku
kepentingan lainnya (stakeholder), sekolah tidak boleh dihalangi oleh berbagai
batas dan aturan-aturan formal yang tidak produktif. Oleh karena itu sekolah
perlu:
Membangun kesejawatan dengan orang tua siswa
Membangun kesejawatan dengan orang tua siswa
- Membangun kesan komunitas di dalam sekolah dengan meruntuhkan batas-batas antara mata pelajaran dan membangun tim pembelajaran di dalam kelas(classroom community), dan
- Membangun jaringan dan kesejawatan dengan komunitas lainnya
Dukungan Pemimpin
Kepemimpinan di dalam komunitas pembelajaran adalah pekerjaan yang penting. Bila kepala sekolah adalah pemimpin di dalam belajar, pemimpin lainnya harus ditemukan di semua level komunitas pembelajaran. Di dalam sebuah komunitas pembelajaran, pemimpin berperan sebagai designer, guru dan administrator. Peran kepemimpinan ini memerlukan pengembangan keterampilan baru untuk;
- Membangun visi yang sama
- Mengomunikasikan dan mengimplementasikan prosedur pelaksanaan,
- Membantu pola sistematik dalam berpikir
Di
dalam sebuah komunitas pembelajaran, kepemimpinan, kekuasaan dan otoritas
didapatkan melalui;
- Kapasitas untuk memimpin secara kolaboratif
- Kualitas kontribusi terhadap budaya dan operasional sekolah, dan
- Pengetahuan, kebijaksanaan, pengertian dan pengambilan keputusan
Otoritas
yang didapatkan dengan cara seperti di atas jauh lebih berpengaruh dan tahan
lama daripada otoritas yang diperoleh melalui posisi hirarki. Di dalam
komunitas pembelajaran, pendelegasian kepemimpinan bersifat esensial.
Budaya Kerjasama
Sekolah yang berperan sebagai komunitas pembelajaran memiliki budaya kerjasama yang dicirikan dengan komitmen untuk:
Budaya Kerjasama
Sekolah yang berperan sebagai komunitas pembelajaran memiliki budaya kerjasama yang dicirikan dengan komitmen untuk:
- Peningkatan yang berkesinambungan
- Mencari praktek yang lebih baik di dalam dan di luar sekolah
- Memberikan kontribusi ke praktek sekolah lain dengan membagi gagasan
- Melakukan refleksi kritis dalam situasi terbuka dan saling menghargai
- Mendiskusikan tujuan, nilai dan praktek sekolah
C. Mengaitkan Pembelajaran
Individual dan Pembelajaran Stakeholder
Komunitas pembelajaran dibangun dari dalam oleh stakeholdernya sendiri. Mengaitkan pembelajaran individual dengan pembelajaran stakeholder merupakan elemen dasar membangun komunitas pembelajaran. Penekanan di sekolah biasanya diberikan untuk memastikan bahwa siswa benar-benar belajar. Tertanam di dalam komunitas pembelajaran sebuah konsep bahwa bila seluruh stakeholder belajar, sekolah berkembang menyongsong masa depannya.
D. Membangun Sekolah Sebagai Sebuah Komunitas Pembelajaran
Tantangan utama yang dihadapi sekolah sesungguhnya berasal dari warganya sendiri. Agar sekolah dapat menjadi sebuah komunitas pembelajaran, diperlukan waktu untuk berdiskusi secara terbuka. Diskusi tentang perubahan pendidikan yang lebih luas dan pembelajaran hendaknya bergerak naik dan turun. Adalah penting bagi seluruh stakeholder untuk memikirkan apa yang terjadi, menyepakati prinsip-prinsip kerjasama dan memanfaatkan praktek yang sudah ada untuk tumbuh. Tidak ada satu cara terbaik untuk membangun sebuah komunitas pembelajaran. Setiap sekolah hendaknya meramu sendiri strategi yang terbaik bagi konteks sekolah bersangkutan.
Manfaat dari sebuah komunitas pembelajaran antara lain:
Komunitas pembelajaran dibangun dari dalam oleh stakeholdernya sendiri. Mengaitkan pembelajaran individual dengan pembelajaran stakeholder merupakan elemen dasar membangun komunitas pembelajaran. Penekanan di sekolah biasanya diberikan untuk memastikan bahwa siswa benar-benar belajar. Tertanam di dalam komunitas pembelajaran sebuah konsep bahwa bila seluruh stakeholder belajar, sekolah berkembang menyongsong masa depannya.
D. Membangun Sekolah Sebagai Sebuah Komunitas Pembelajaran
Tantangan utama yang dihadapi sekolah sesungguhnya berasal dari warganya sendiri. Agar sekolah dapat menjadi sebuah komunitas pembelajaran, diperlukan waktu untuk berdiskusi secara terbuka. Diskusi tentang perubahan pendidikan yang lebih luas dan pembelajaran hendaknya bergerak naik dan turun. Adalah penting bagi seluruh stakeholder untuk memikirkan apa yang terjadi, menyepakati prinsip-prinsip kerjasama dan memanfaatkan praktek yang sudah ada untuk tumbuh. Tidak ada satu cara terbaik untuk membangun sebuah komunitas pembelajaran. Setiap sekolah hendaknya meramu sendiri strategi yang terbaik bagi konteks sekolah bersangkutan.
Manfaat dari sebuah komunitas pembelajaran antara lain:
- Memberikan kesempatan kepada guru untuk meningkatkan pengajaran mereka
- Mendorong siswa, guru dan orang tua untuk bekerja sama
- Menyediakan informasi dan pembelajaran kepada semua stakeholder
- Meningkatkan kualitas dan kedalaman berpikir
- Mendorong proses inkuiri dimana komunitas belajar bersama
- Membangun keterampilan untuk mengelola perubahan
- Menghubungkan sekolah dengan lingkungan yang lebih luas
- Menciptakan kaitan dan integrasi mata pelajaran di dalam kurikulum
- Menggunakan hasil assesmen yang menunjukkan bahwa siswa mengetui dan dapat melakukannya
- Terus menerus memeriksa apakah perkataan sesuai dengan perbuatan
- Menekankan pentingnya tempat untuk belajar
- Melaksanakan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan individu dan system
- Mendorong peningkatkan melalui program pengembangan
- Memeriksa kembali pandangan tentang pelaksanaan belajar-mengajar
2.4. Hubungan Long Life Education (pendidikan
sepanjang hayat) dan
Learning
Community (masyarakat belajar)
Masyarakat
belajar mempersyaratkan adanya sikap yang mendukung yaitu sikap mau dan suka
belajar, belajar terus menerus, belajar seumur hidup. Tugas pendidikan adalah
mendorong terbentuknya sikap dan nilai, yang demikian itu sehingga belajar
terus menerus sepanjang hayat merupakan suatu kebutuhan, dan tumbuhnya dorongan
untuk terus belajar itu bersifat intrinsik.
Tujuan
pendidikan atau belajar sepanjang hayat adalah meningkatkan kualitas diri dan
kehidupan lingkungan. Tujuan pembentukan masyarakat belajar sepanjang hayat
dapat juga dikatakan untuk mewujudkan kehidupan individu dan masyarakat yang
sehat, berkeadilan dan kreatif. Pendidikan sepanjang hayat merupakan pendekatan
baru terhadap pendidikan yang mencakup perubahan organisasi, lembaga,
kurikulum, guru dan siswa atau metode pembelajarannya.
4.1
Upaya mewujudkan masyarakat belajar
1. Konsep-konsep
kunci pendidikan sepanjang hayat
a.
Konsep pendidikan sepanjang hayat itu sendiri
b.
Konsep belajar sepenjang hayat
c.
Kurikulum yang membantu pendidikan sepanjang hayat
2. Arah pendidikan
sepanjamg hayat
a.
Pendidikan sepanjang hayat kepada orang dewasa
b.
Pendidikan sepanjang hayat bagi anak
Dalam
masyarakat belajar perlu komunikasi dua arah, seorang pendidik yang mengajar
siswanya bukan contoh dari masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi
satu arah. Informasi hanya datang dari pendidik ke arah siswa, tidak ada arus
informasi yang perlu dipelajari pendidik dari siswa. Dalam masyarakat belajar,
dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran, saling
belajar.
Hubungannya dalam masyarakat belajar
adalah :
1. Untuk
membantu masyarakat menghadapi sesuatu secara objektif
2.
Untuk melengkapi orang dewasa dengan ketrampilan memecahkan masalah
3.
Untuk membantu masyarakat dalam merubah kondisi sosial mereka
4.
Untuk membantu masyarakat memperoleh informasi yang diperlukan guna melengkapi
kehidupan mereka.
4.2. Masyarakat madani
Masyarakat
madani atau masyarakat berdaya yaitu masyarakat dimana anggotanya bebas dari
ketakutan, bebas berekspresi, bebas untuk menentukan arah kehidupannya dalam
wadah persatuan dan kesatuan nasional.
Tiga jalur institusi pendidikan
yaitu :
a.
Lingkungan atau jalur sekolah dan jalur luar sekolah
b.
Dilaksanakan oleh berbagai pihak, termasuk kerjasama masyarakat dan pemerintah
c.
Kegiatan yang tak terputus atau pendidikan seumur hidup (long life education)
Upaya
mewujudkan learning community adalah dengan menciptakan partisipasi masyarakat, mewujudkan
pendidikan yang berasal dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.
Dalam masyarakat belajar tidak ada lagi pembatasan pendidikan formal, informal
dan nonformal, karena semua masyarakat siapa, dimana dan kapan saja selalu
berada dalam pembelajaran (long life
education).
Dalam
masyarakat belajar, orang tidak lagi mempersoalkan apa dan siapa yang dijadikan
sumber belajar. Masyarakat menganggap bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan,
salah satu caranya dengan membiasakan diri belajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
a.
Pendidikan sepanjang hayat (life
long education) adalah sebuah sistem pendidikan yang dilakukan oleh manusia
ketika lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan sepanjang hayat merupakan
fenomena yang sudah tidak asing lagi.
b. Senge
(1990) mendefinisikan komunitas pembelajaran sebagai;
Sebuah organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berpikir yang baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama.
Sebuah organisasi dimana anggotanya mengembangkan kapasitasnya secara terus menerus untuk mencapai hasil yang diinginkan, mendorong pola berpikir yang baru dan luas, dan terus belajar bagaimana belajar bersama-sama.
c. Masyarakat
belajar (community learning) adalah
pembelajaran yang dilakukan kepada masyarakat dalam bentuk kelompok-kelompok.
Hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama. Masyarakat belajar merupakan upaya
untuk lebih melibatkan masyarakat dalam upaya-upaya membangun pendidikan untuk
kepentingan masyarakat dalam menjalankan perannya dalam kehidupan.
d. Pendidikan
sepanjang hayat mutlak untuk dijalankan oleh setiap manusia yang terlahir ke
dunia ini.
e. Adapun
empat pilar pendidikan yang dikeluarkan oleh UNESCO adalah learning to know,
learning to do, learning to be,learning to live together.
f. Jadi
sangat diperlukan kerjasama dari semua pihak dalam implementasi empat pilar
pendidikan UNESCO tersebut dalam “pendidikan sepanjang hayat” begitu juga
pengajaran di Indonesia demi kualitas hidup manusia yang lebih baik.
3.2. SARAN
Laksanakan pendidikan sepanjang hayat
tersebut dengan sepenuh hati, penuh motivasi, jangan sampai terputus. Janganlah
cepat merasa puas dari apa yang telah didapatkan dari pendidikan yang telah
kita jalani, karena pendidikan itu akan terus berlangsung dari kita lahir
sampai mati.
Daftar Kepustakaan
Aris Pongtuluran dan Theresia K. Ibrahim,
Pendekatan Pendidikan Berbasis Masyarakat, Jurnal Pendidikan Penabur - No.01 /
Th.I / Maret 2002.
Hiff, K.K. & Huffman, J.B., 2003, Professional
Learning Communities: Assessment – Development - Effects, Reproduced by
EDRS
Ilmi, Darul, 2009, Dasar-Dasar
Pendidikan dan Pembelajaran, Bukittinggi: Sekolah Tinggi Agama Islam Negri
(STAIN)
Nurkolis, M.M: “Manajemen Berbasis
Sekolah: Teori, Model, dan Aplikasi, Grasindo, 2003.
Prabowo,Trio Yugo, Manajemen Pengembangan
Pendidikan Berbasis Masyarakat Pada Tim Pengembang Kecamatan (TPK) (Studi Kasus
pada Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes), Tesis Program Studi Manajemen
Pendidikan. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, 2007.
Rochmat Wahab, Partisipasi Masyarakat
Dalam Otonomi Pendidikan, Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta.
Syaiful Sagala, MBSM : Strategi
Memenangkan Persaingan Mutu. Nimas Multima, 2004.
Toto Suharto. Konsep Dasar Pendidikan
Berbasis Masyarakat. Cakrawala Pendidikan, November 2005, Th. XXIV, No.3.
http://imadiklus.com/2011/01/masyarakat-belajar-learning-community-1.html
http://edukonten.blogspot.com/2011/08/pengertian-manajemen-pendidikan.html,
diakses pada 27 Agustus 2011.
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/05/22/110385/Manajemen-Berbasis-Masyarakat,
22 Mei 2010.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat
beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada jungjungan kita, pemimpin akhir
zaman yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW. “MAKALAH
PENDIDIKAN
BERBASIS MASYARAKAT” ini sengaja di ditulis untuk
memenuhi TUGAS UAS karena sangat penting
untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih mengenal filsafat ilmu.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada bapak
dosen dan teman-teman yang lain untuk memberikan sarannya kepada kami agar
penyusunan makalah ini lebih baik lagi.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya semua yang membaca makalah ini.
Wassallamu’alaikum Wr. Wb.
Serang, April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
pengantar………………………………………………………………………………………………………. i
Daftar
isi ………………………………………………………………………………………………………… ii
Bab I.PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………….. 1
1.1 LatarBelakang……………………………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusanmasalah…………………………………………………………………………………… 2
1.3 TujuanPenulisan……………………………………………………………………………………. 2
Bab
II.PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………. 3
2.1.Pengertian
long life education dan learning community …………………………………………. 3
2.2 Long Life
Education dan Aspek Lingkungan Belajar …………………………………………….. 4
2.3. Learning Community dan Aspek Lingkungan Belajar……………………………………………. 12
2.4 Hubungan long life education dan learning community……………………………………...... 16
Bab.III.PENUTUP………………………………………………………………………………………………. 18
3.1.Kesimpulan………………………………………………………………………………………… 18
3.2.Saran……………………………………………………………………………………………… . 18
Daftar
Pustaka
MAKALAH PENDIDIKAN
BERBASIS MASYARAKAT
LONG LIFE
EDUCATION DAN LEARNING COMMUNITY
JURUSAN TPm MP PASCASARJANA
UNIVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA
PASCASARJANA
TAHUN 2014
Post by : Kangnawa07@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar