Kamis, 08 Oktober 2015

Perilaku dalam organisasi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Studi prilaku organisasi semakin berkembang sejalan dengan kesadaran bahwa indovodu berpengaruh pada kinerja individu, kelompok maupun organisasinya, seagaimana telaah tentang pribadi dan dinamika kelompok dan konteks organisasi, serta sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam organisasi, banyak faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun model-model dari faktor-faktor ini.
A. Pengertian Prilaku Organisasi
Prilaku organisasi berkaitan dengan bagaimmana orang bertindak dan bereaksi dalam semua jenis organisasi. Seperti halnya dengan semua ilmu sosial, perilaku organisasi berusaha untuk mengontrolmemprediksikan, dan menjelaskan. Namun ada sejumlah kontroversi mengenai dampak etis dari pemusatan perhatian terhadap perilaku pekerja. Karena itu, perilaku organisasi (dan studi yang berdekatan dengannya, yaitu psikologi industri) kadang-kadang dituduh telah menjadi alat ilmiah bagi pihak yang berkuasa. Terlepas dari tuduhan-tuduhan itu, Perilaku Organisasi dapat memainkan peranan penting dalam perkembangan organisasi dan keberhasilan kerja, yang diantaranya membahas tentang Kepribadian dan Emosi, kedua hal tersebut sangat berkaitan erat dengan prilaku organisasi.
Beberapa penulis memberikan pengertian tentang organisasi secara berbeda, namun bersifat saling melengkapi. Organisasii adalah unit social yang secara sadara dikoordinasikan, terdiri dari 2 orang atau lebih yang berfungsi secara relative berkelanjutan untuk mencapai tujuan bersama. (Robbins dan Judge, 2011: 39) dikatakan pula bahwa organisasi adalah suatu system yang dikoordinasikan secara sadar dari aktivitas 2 orang atau lebih (Kreinten dan Kinichi, 2010 : 5) sedangkan Greenberg dan Baron (2003: 3) berpendapat bahwa organisasi adalah system social yang terstruktur terdiri dari kelompok dan individu bekerjasama untuk mencapai sasaran yang disepakati.
Seperti halnya dengan organisasi, pandangan di antara pakar tentang prilaku organisasi sangat beragam. Prilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menginvestigasi dampak prilaku dari individu,kelompok dan struktur dalam organisasi, dengan maksud menerapkan pengetahuan untuk memperbaiki efektivitas organisasi (Robbins dan Judge 2011 : 43). Sedangkan menurut Greenberg dan Baron (2003 : 4) prilaku organisasi adalah merupakan bidang yang mencari peningkatan pengetahuan dari semua aspek prilaku dalam pengaturan organisasional melalui penggunaan metode santifik. Dan menurut (Mcshane dan von Glinow 2010 : 4) prilaku organisasi adalah suatu studi tentang prilaku manusia dalam pengaturan organisasi , hubungan antara individu dengan organisasi, dan organisasi itu sendiri.
Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa prilaku organisasi pada hakikatnya adalah merupakan bidang studi lintas disiplin yang mempelajari tentang bagaimana memperbaiki sikap dan prilaku individu dan kelompok dalam organisasi sehingga dapat memberikan kontribusi secara efektif dalam mencapai tujuan organisasi.


B. Mengapa perlu prilaku organisasi  :
Terdapat sejumlah alas an diantara para pakar, mengapa perlu organisasi, namun darai semua pendapat yang ada menunjukan bahwa terdapat peningkatan perhatian pada kepentingan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam organisasi. Apabila sumber daya manusia diperhatikan pada gilirannya  akan memberikan kontribusi lebih tinggi bagi organisasi.
Antara lain dikemukakan adanya 3 alasan mengapa perlu mempelajari perilaku organisasi (vecchio, 1995:4) yaitu :
1.      Practical aplications
Dalam kenyataan rill organisasi, ada beberapa manfaat memahami perilaku organisasi antara lain berkenaan dengan gaya kepemimpinan, strategi dalam menghadapi berbagai persoalan, seleksi pekerja yang tepat, peningkatan kinerja dan sebagainya.

2.      Personal growthde
Dengan memahami perilaku organisasi dapat lebih memahami orang lain. Memahami orang lain akan lebih memberikan pengetahuan diri dan wawasan diri lebih besar. Dengan memahami orang lain, atasan dapat menilai apa yang diperlukan bawahan untuk mengembangkan diri sehingga gilirannya meningkatkan kontribusinya pada organisasi.

3.      Increased knowledge
Dengan perilaku organisasi dapat menggabungkan pengetahuan manusia delam pekerjaan. Studi perilaku organisasi dapat membantu orang untuk berfikir tentang masalah yang berhubungan dengan pengalaman kerja. Kemampuan berfikit kritis dapat bermanfaat dalam menganalisis baik masalah pekerja maupun personal.
C. Model Perilaku Organisasi
Menurut Greendberg dan Baron (2003: 5) ada tiga tingkatan analisis yang dipergunakan dalam perilaku organisasi, yaitu : proses individual, kelompok dan organisasional. Pendekatan yang sama disampaikan dengan lebih rinci oleh Kreitner dan Kinicki (2919 : 28) menjelaskan bahwa tujuan akhir organisasi adalah efektifitas organisasional melalui perbaikan berkelanjutan. Untuk mencapainya dipegaruhi oleh prilaku individu, proses kelompok dan social, dan proses organisasional.
Dari pandangan diatas tampak ada kesamaan pemahaman bahwa :
a)      Prilaku organisasi dapat dilihat dari tingkat individu, kelompok dan organisasi
b)      Prilaku organisasi bersifat multidisiplin dan bersumber dari ilmu dasar lainnya
c)      Hasil yang diharapkan dari prilaku organisasi ialah efektivitas organisasi.

Berbeda dengan pendapat diatas  yang menekankan orientasi prilaku organisasi adalah pada pencapaian efektivitas organisasi, maka pandangan Colquitt, lepien, dan Wesson (2011 : 4) menekankan sebagai hasila adalah individual outcomes yang berupa job performance, kinerja dan organisasional commitment, komitmen organisasional.
Disamping itu, pendapat lainnya menderung membagi perilaku organisasi dalam tiga tingkatan, yaitu perilaku individu, perilaku kelompok, dan perilaku organisasi.
D. Peluang dan Tantangan
Peluang dan tantangan yang dihadapi manajer dalam menggunakan perilaku organisasi di kemukakan oleh robbins dan judge (2011: 49) antara lain dalam :
1.      Responding to Economic Pressures
Perilaku organisasi dipergunakan untuk menghadapi tekanan ekonomi, pada dasarnya mengelola pekerja dengan baik pada waktu sulit atau waktu sedang baik akan sama saja. Pendekatan perilaku organisasi kadang-kadang berbeda. Pada waktu yang baik, memahami bagaimana memberi pegnhargaan, memuaskan, dan memelihara pekerja adalah di atas semuanya. Pada waktu yang buruk, masalah seperti stress, pengambiolan keputusan, dan menguasai menjadi mengemmuka.

2.      Responding to Globalization
Organisasi tidak lagi dibatasi oleh batas Negara. Hasil penjualan produk amerika diluar negri dapat melebihi hasil penjualan di dalam negri. Nokia merupakan produk Finlandia, manun banyak menggunakan tenaga pekerja dari india, china dan Negara berkembang lainnya. Investasi asing banyak yang masuk ke Indonesia, melalui kerja sama dengan perusahaan Indonesia atau tidak, mereka akan menggunakan benyak tenaga kerja Indonesia. Keadaan tersebut memerlukan interaksi multicultural yang akan berpengaruh pada perilaku organisasi.

3.      Managing Workforce Diversity
Organisasi semakin perlu menyadari kenyataan bahwa sumber daya manusianya sangat beragam baik dilihat dari segi gender, ras, suku, agama, umur, budaya, pendidikan, kondisi fisik, dan lain sebgainya. Manajer semakin dituntut kemampuan mengelola keberagaman tersebut.

4.      Improving Customer Service
Terdapat kecenderungan meningkatnya tuntutan pelanggan atas pelayanan. Banyak organisasi gagal karena pekerjanya gagal memuaskan pelanggan. Menejemen perlu menciptakan budaya yang respontif agar pekerja lebih bersahabat, mempunyai pengetahuan dalam merespon kebutuhan pelanggan dan bersedia melakukan sesuatu yang menyenangkan pelanggan.

5.      Improving People Skills
Merupakan kewajban organisasi untuk meningkatkan keterampilan pekerjanya dalam menjalankan pekerjaan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pemaganan, pelatihan, atau coaching. Sementara menejer sendiri dapat meningkatkan diri dalam memberikan pekerjaan yang menantang, memperbaiki keterampilan dalam menyimak dan menciptakan tim yang lebih efektif.

6.      Stimulating Innovation and Change
Organisasi yang sukses harus memprkuat inovasi dan menguasaia cara melakukan perubahan. Kemenangan akan diperoleh organisasi yang melahirkan fleksibilitas, memperbaiki kwalitas yang berkelanjutan dan mengalahkan kompetisi dengan inovasi produk dan jasa secara konstan.

7.      Coping with Temporariness
Dalam globalisasi, peningkatan kapasitas, dan kemajuan teknologi, organisasi harus berjalan cepat dan fleksibel apabila ingin bertahan. Menejer dan pekerja berada dalam iklimi yang ditandai oleh sifatnya yang sementara, pekerja harus secara terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan pekerjaan baru.



8.      Working in Networked Organizations
Organisasi berbasis jaringan memungkinkan orang berkomunikasi dan bekerja bersama bahkan meskipun jarak mereka jauh. Pekerjaan menejer menjadi berbeda dalam organisasi berbasis jaringan. Memotivasi, memimpin orang dan membuat keputusan bersama secara online memerlukan tekhnik berbeda dengan apabila masing-masing berada pada tempat yang sama. Menejer harus mengembangkan keterampilan baru.

9.      Helping Employees Balance Work-life Conflicts
Tuntutan pekerja sering memaksa bekerja lebih lama sehingga menimbulkan konflik dengan kepentingan pribadi atau keluarga. Pekerja menginginkan pekerjaan yang lebih fleksibel sehingga dapat mengelola konflik antara pekerjaan dengan kehidupan. Keseimbangan antara pekerjaan dengan tuntutan kehidupan semakin menjadi prioritas pekerja.

10.  Creating a Positife Work Environment
Meskipun tekanan kompetisi di kebanyakan organisasi lebih kuat dari pada sebelumnya, beberapa organisasi berusaha merealisir daya saing dengan memperkuat lingkungan kerja positif. Organisasi mengembangkan kekuatan manusia, memperkuat vitalitas dan daya tahan, dan melepaskan potensi.

11.  Imporving Ethical Behavior
Dalam organisasi yang ditandai oleh mengurangi, harapan peningkatan produktivitas, dan kompetisi ketat, tidak mengherankan banyak pekerja merasa tertekan, melanggar aturan, dan terkait dengan praktik lain yang dipertanyakan. Mereka megnhadapi dilemma dan pilihan etika, dimana mereka perlu mengidentifikasi prilaku benar dan salah. Sekarang, menejer harus menciptakan iklim yang secara etika sehat bagi pekerja, dimana mereka dapat bekerja secara produktif dengan ambiguitas minimal tentang apa perilaku yang benar dan salah. 

post by : Kang Nawa
09 Oktober 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar