BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Studi
prilaku organisasi semakin berkembang sejalan dengan kesadaran bahwa indovodu
berpengaruh pada kinerja individu, kelompok maupun organisasinya, seagaimana
telaah tentang pribadi dan dinamika
kelompok dan
konteks organisasi, serta sifat organisasi itu sendiri. Setiap
kali orang berinteraksi dalam organisasi, banyak faktor yang ikut bermain.
Studi organisasi berusaha untuk memahami dan menyusun model-model dari
faktor-faktor ini.
A.
Pengertian Prilaku Organisasi
Prilaku
organisasi berkaitan dengan bagaimmana orang bertindak dan bereaksi dalam semua
jenis organisasi. Seperti halnya dengan semua ilmu sosial, perilaku organisasi
berusaha untuk mengontrol, memprediksikan, dan menjelaskan. Namun ada
sejumlah kontroversi mengenai dampak etis dari pemusatan perhatian terhadap
perilaku pekerja. Karena itu, perilaku organisasi (dan studi yang berdekatan
dengannya, yaitu psikologi industri) kadang-kadang
dituduh telah menjadi alat ilmiah bagi pihak yang berkuasa. Terlepas dari
tuduhan-tuduhan itu, Perilaku Organisasi dapat memainkan peranan penting
dalam perkembangan
organisasi dan keberhasilan kerja, yang diantaranya
membahas tentang Kepribadian dan Emosi, kedua hal tersebut sangat berkaitan
erat dengan prilaku organisasi.
Beberapa
penulis memberikan pengertian tentang organisasi secara berbeda, namun bersifat
saling melengkapi. Organisasii adalah unit social yang secara sadara
dikoordinasikan, terdiri dari 2 orang atau lebih yang berfungsi secara relative
berkelanjutan untuk mencapai tujuan bersama. (Robbins dan Judge, 2011: 39)
dikatakan pula bahwa organisasi adalah suatu system yang dikoordinasikan secara
sadar dari aktivitas 2 orang atau lebih (Kreinten dan Kinichi, 2010 : 5)
sedangkan Greenberg dan Baron (2003: 3) berpendapat bahwa organisasi adalah
system social yang terstruktur terdiri dari kelompok dan individu bekerjasama
untuk mencapai sasaran yang disepakati.
Seperti
halnya dengan organisasi, pandangan di antara pakar tentang prilaku organisasi
sangat beragam. Prilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
menginvestigasi dampak prilaku dari individu,kelompok dan struktur dalam
organisasi, dengan maksud menerapkan pengetahuan untuk memperbaiki efektivitas
organisasi (Robbins dan Judge 2011 : 43). Sedangkan menurut Greenberg dan Baron
(2003 : 4) prilaku organisasi adalah merupakan bidang yang mencari peningkatan
pengetahuan dari semua aspek prilaku dalam pengaturan organisasional melalui
penggunaan metode santifik. Dan menurut (Mcshane dan von Glinow 2010 : 4)
prilaku organisasi adalah suatu studi tentang prilaku manusia dalam pengaturan
organisasi , hubungan antara individu dengan organisasi, dan organisasi itu
sendiri.
Dengan
demikian, dapat dirumuskan bahwa prilaku organisasi pada hakikatnya adalah
merupakan bidang studi lintas disiplin yang mempelajari tentang bagaimana
memperbaiki sikap dan prilaku individu dan kelompok dalam organisasi sehingga
dapat memberikan kontribusi secara efektif dalam mencapai tujuan organisasi.
B.
Mengapa perlu prilaku organisasi :
Terdapat
sejumlah alas an diantara para pakar, mengapa perlu organisasi, namun darai
semua pendapat yang ada menunjukan bahwa terdapat peningkatan perhatian pada
kepentingan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam organisasi. Apabila
sumber daya manusia diperhatikan pada gilirannya akan memberikan kontribusi lebih tinggi bagi
organisasi.
Antara
lain dikemukakan adanya 3 alasan mengapa perlu mempelajari perilaku organisasi
(vecchio, 1995:4) yaitu :
1.
Practical aplications
Dalam kenyataan rill organisasi, ada beberapa
manfaat memahami perilaku organisasi antara lain berkenaan dengan gaya
kepemimpinan, strategi dalam menghadapi berbagai persoalan, seleksi pekerja
yang tepat, peningkatan kinerja dan sebagainya.
2.
Personal growthde
Dengan memahami perilaku organisasi dapat lebih
memahami orang lain. Memahami orang lain akan lebih memberikan pengetahuan diri
dan wawasan diri lebih besar. Dengan memahami orang lain, atasan dapat menilai
apa yang diperlukan bawahan untuk mengembangkan diri sehingga gilirannya
meningkatkan kontribusinya pada organisasi.
3.
Increased knowledge
Dengan perilaku organisasi dapat menggabungkan
pengetahuan manusia delam pekerjaan. Studi perilaku organisasi dapat membantu
orang untuk berfikir tentang masalah yang berhubungan dengan pengalaman kerja.
Kemampuan berfikit kritis dapat bermanfaat dalam menganalisis baik masalah
pekerja maupun personal.
C. Model
Perilaku Organisasi
Menurut
Greendberg dan Baron (2003: 5) ada tiga tingkatan analisis yang dipergunakan
dalam perilaku organisasi, yaitu : proses individual, kelompok dan
organisasional. Pendekatan yang sama disampaikan dengan lebih rinci oleh Kreitner
dan Kinicki (2919 : 28) menjelaskan bahwa tujuan akhir organisasi adalah
efektifitas organisasional melalui perbaikan berkelanjutan. Untuk mencapainya
dipegaruhi oleh prilaku individu, proses kelompok dan social, dan proses
organisasional.
Dari pandangan
diatas tampak ada kesamaan pemahaman bahwa :
a)
Prilaku organisasi dapat dilihat dari tingkat
individu, kelompok dan organisasi
b)
Prilaku organisasi bersifat multidisiplin dan
bersumber dari ilmu dasar lainnya
c)
Hasil yang diharapkan dari prilaku organisasi
ialah efektivitas organisasi.
Berbeda dengan
pendapat diatas yang menekankan
orientasi prilaku organisasi adalah pada pencapaian efektivitas organisasi,
maka pandangan Colquitt, lepien, dan Wesson (2011 : 4) menekankan sebagai
hasila adalah individual outcomes yang berupa job performance,
kinerja dan organisasional commitment, komitmen organisasional.
Disamping itu,
pendapat lainnya menderung membagi perilaku organisasi dalam tiga tingkatan,
yaitu perilaku individu, perilaku kelompok, dan perilaku organisasi.
D. Peluang dan
Tantangan
Peluang dan
tantangan yang dihadapi manajer dalam menggunakan perilaku organisasi di
kemukakan oleh robbins dan judge (2011: 49) antara lain dalam :
1. Responding to
Economic Pressures
Perilaku
organisasi dipergunakan untuk menghadapi tekanan ekonomi, pada dasarnya
mengelola pekerja dengan baik pada waktu sulit atau waktu sedang baik akan sama
saja. Pendekatan perilaku organisasi kadang-kadang berbeda. Pada waktu yang
baik, memahami bagaimana memberi pegnhargaan, memuaskan, dan memelihara pekerja
adalah di atas semuanya. Pada waktu yang buruk, masalah seperti stress,
pengambiolan keputusan, dan menguasai menjadi mengemmuka.
2. Responding to
Globalization
Organisasi
tidak lagi dibatasi oleh batas Negara. Hasil penjualan produk amerika diluar
negri dapat melebihi hasil penjualan di dalam negri. Nokia merupakan produk
Finlandia, manun banyak menggunakan tenaga pekerja dari india, china dan Negara
berkembang lainnya. Investasi asing banyak yang masuk ke Indonesia, melalui
kerja sama dengan perusahaan Indonesia atau tidak, mereka akan menggunakan benyak
tenaga kerja Indonesia. Keadaan tersebut memerlukan interaksi multicultural
yang akan berpengaruh pada perilaku organisasi.
3. Managing
Workforce Diversity
Organisasi
semakin perlu menyadari kenyataan bahwa sumber daya manusianya sangat beragam
baik dilihat dari segi gender, ras, suku, agama, umur, budaya, pendidikan,
kondisi fisik, dan lain sebgainya. Manajer semakin dituntut kemampuan mengelola
keberagaman tersebut.
4. Improving
Customer Service
Terdapat
kecenderungan meningkatnya tuntutan pelanggan atas pelayanan. Banyak organisasi
gagal karena pekerjanya gagal memuaskan pelanggan. Menejemen perlu menciptakan
budaya yang respontif agar pekerja lebih bersahabat, mempunyai pengetahuan
dalam merespon kebutuhan pelanggan dan bersedia melakukan sesuatu yang menyenangkan
pelanggan.
5. Improving
People Skills
Merupakan
kewajban organisasi untuk meningkatkan keterampilan pekerjanya dalam
menjalankan pekerjaan. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pemaganan,
pelatihan, atau coaching. Sementara menejer sendiri dapat meningkatkan diri
dalam memberikan pekerjaan yang menantang, memperbaiki keterampilan dalam
menyimak dan menciptakan tim yang lebih efektif.
6. Stimulating
Innovation and Change
Organisasi yang
sukses harus memprkuat inovasi dan menguasaia cara melakukan perubahan.
Kemenangan akan diperoleh organisasi yang melahirkan fleksibilitas, memperbaiki
kwalitas yang berkelanjutan dan mengalahkan kompetisi dengan inovasi produk dan
jasa secara konstan.
7. Coping with
Temporariness
Dalam
globalisasi, peningkatan kapasitas, dan kemajuan teknologi, organisasi harus
berjalan cepat dan fleksibel apabila ingin bertahan. Menejer dan pekerja berada
dalam iklimi yang ditandai oleh sifatnya yang sementara, pekerja harus secara
terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan
tuntutan pekerjaan baru.
8. Working in
Networked Organizations
Organisasi
berbasis jaringan memungkinkan orang berkomunikasi dan bekerja bersama bahkan
meskipun jarak mereka jauh. Pekerjaan menejer menjadi berbeda dalam organisasi berbasis
jaringan. Memotivasi, memimpin orang dan membuat keputusan bersama secara
online memerlukan tekhnik berbeda dengan apabila masing-masing berada pada
tempat yang sama. Menejer harus mengembangkan keterampilan baru.
9. Helping
Employees Balance Work-life Conflicts
Tuntutan
pekerja sering memaksa bekerja lebih lama sehingga menimbulkan konflik dengan
kepentingan pribadi atau keluarga. Pekerja menginginkan pekerjaan yang lebih
fleksibel sehingga dapat mengelola konflik antara pekerjaan dengan kehidupan. Keseimbangan
antara pekerjaan dengan tuntutan kehidupan semakin menjadi prioritas pekerja.
10. Creating a
Positife Work Environment
Meskipun
tekanan kompetisi di kebanyakan organisasi lebih kuat dari pada sebelumnya,
beberapa organisasi berusaha merealisir daya saing dengan memperkuat lingkungan
kerja positif. Organisasi mengembangkan kekuatan manusia, memperkuat vitalitas
dan daya tahan, dan melepaskan potensi.
11. Imporving
Ethical Behavior
Dalam
organisasi yang ditandai oleh mengurangi, harapan peningkatan produktivitas,
dan kompetisi ketat, tidak mengherankan banyak pekerja merasa tertekan,
melanggar aturan, dan terkait dengan praktik lain yang dipertanyakan. Mereka
megnhadapi dilemma dan pilihan etika, dimana mereka perlu mengidentifikasi
prilaku benar dan salah. Sekarang, menejer harus menciptakan iklim yang secara
etika sehat bagi pekerja, dimana mereka dapat bekerja secara produktif dengan
ambiguitas minimal tentang apa perilaku yang benar dan salah.
post by : Kang Nawa
09 Oktober 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar