PROSES KEPUTUSAN INOVASI
Post By : Kang Nawa
08/10/2015
A. Pengertian
Proses Keputusan Inovasi
Proses
keputsan inovasi ialah proses yang dilalui individu mulai dari pertama
tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keuputusan setuju terhadap
inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi
inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya.
Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi
meruapakan searangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu,
sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan yang baru itu sebagai
bahan pertimbangan untuk selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan
menerapkannya. Ciri pokok keputusan inovasi dan merupakan perbedaannya dengan
tipe keputusan yang lain adalah dimulai denga adannya ketidaktentuan tentang
sesuatu.
Sumber Tulisan ini
B. Model Proses Keputusan
Inovasi
Menurut
Roger, proses keptusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu tahap pengetahuan,
tahapan bujukan, tahapan keputusan, tahap implementasi dan tahap
konfirmasi.
1. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada saat
seorang menyadari adanaya suatu inovasi dan ingin tahu
bagaimana fungsi inovasi tersebut. Pengertian menyadari dalam hal ini bukan
memahami tetapi membuka diri untuk mengetahui inovasi.
Seseorang
menjadi atau membuka suat inovasi tentu dilakukan secara aktif
bukan secara pasif. Misalnya pada acara siaran televisi disebutkan berbagai
macam acara, salah satu menyebutkan bahwa pada jam 19.30 akan ada siaran
tentang metode baru cara mengajar berhitung disekolah dasar. Guru A yang
mendengar dan melihat acara tersebut kemudian sadar bahawa ada metode baru
tersebut, maka pada diri guru A tersebut sudah mulai proses keputusan inovasi
pada tahap pengetahuan. Sedangkan Guru b walaupun mendengar dan melihat acara
TV, tidak ada keinginan untuk tahu dan acara tersebut berlalu demikian saja,
maka belum terjadi proses keputusan inovasi.
Seseorang
menyadari perlunya menegtahui inovasi biasanya tentu berdasarkan pengamatan
tentang inovasi itu sesuai dengan kebutuhannya, minat atau mungkin juga
kepercayaaan nya. Seperti contoh Guru A tersebut di atas, berarti ia ingin tahu
metode baru berhitung karena ia memerlukannya. Adanaya inovasi menumbuhkan
kebutuhan karena kebetulan ia merasa butuh. Tetapi mungkin juga terjadi bahkan
karena seseorang butuh sesuatu maka untuk memenuhinya diadakan inovasi. Dalam
kenyataanya di masyarakat hal yang kedua ini jarang terjadi, karena banyak
orang tidak tahu apa yang diperlukan. Apalagi dalam bidang pendidikan, yang
dapat merasakan perlunya ada perubahan biasanya orang yang ahli. Sedang guru
sendiri belum tentu mau menerima perubahan atau inovasi yang sebenarnya
diperlukan untuk mengefektifkan pelaksanaan tugasnya. Sebagaimana halnya untuk
seorang dokter, manusia memerlukan makan vitamin, tetapi juga tidak menginginkan
nya, dan sebaliknya sebenarnya ingin sate tetapi menurut dokter justru sate
membahayakan kita. Setelah seseorang menyadari adanaya inovasi dan membuka
dirinya untuk mengetahui inovasi , maka keaktifan untuk memenuhi kebutuhan
ingin tahu tentang inovasi itu bukan hanya berlangsng pada tahap pengetahuan
saja tetapi juga pada tahap yang lain bahkan sampai tahap konfirmasi. Artinya
masih ada keinginan untuk mengetahui aspek – aspek tertentu dari inovasi.
2. Tahap
Bujukan (Persuation)
Pada
tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, sesorang membentuk sikap
menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap
pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, amaka pada tahap
persuasi yang berperan utama bidang afeksi atau persaan. Sesorang tidak
dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih dulu tentang inovasi.
Dalam
tahap persuasi ini lebih banyak keaktifan mental yang memegang peran. Seseorang
akan bersaha mengetahui lebih banyak tentang inovasi dan menafsirkan informasi
yang diterimanya. Pada tahap ini berlangsung seleksi informasi disesuaikan
dengan kondisi dan sifat pribadinya. Di sinilah peranan katrakteristik inovasi
dalam mempengaruhi proses keputusan inovasi.
Dalam
tahap persuasi ini juga sangat penting peran keamampuan untuk mengantisipasi
kemungkinan penerapan inovasi di masa datang. Perlu ada kemampuan untuk untuk
memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran berdasrkan kondisi dan situsai
yang ada. Untuk mempermudah proses mental itu, perlu adanaya gambaran yang
jelas tentang bagaimana pelaksanaannya inovasi, jika mungkin sampai pada
konsukuensi inovasi.
Hasil
dari tahap persuasi yang utama ialah adanya penentuan menyenangi atau tidak
menyenangi inovasi. Diharapkan hasil tahap persuasi akan mengarahkan proses
keputusan inovasi atau dengan kata lain ada kecenderungan kesesuaian antara
menyenangi inovasi dan menerapkan inovasi. Namun perlu diketahui bahwa
sebenarnya antara sikap dan aktifitas masih ada jarak. Orang menyenangi
inovasi belum tentu ia menerapkan inovasi. Ada jarak atau kesenjangan antara
pengetahuan-sikap, dan penerapan ( praktik ). Misalnya seorang guru tahu
tentang metode diskusi, tahu cara menggunakannya, ddan senang seandainya
menggunakan, tetapi ia tidak pernah menggunakan, karena beberapa factor :
tempat duduknya tidak memungkinkan, jumlah siswanya terlalu besar, dan takut
bahan pelajarannya tidak akan dapat disajikan sesuai batas waktu yang
ditentukan. Perlu adanya bantuan pemecahan masalah.
3. Tahap
Keputusan ( Decision )
Tahap
keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan
yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menerima inovasi
berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi
berarti tidak akan menerapkan inovasi.
Sering
terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia mencoba lebih dahulu. Bahkan
jika mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan
secara keseluruhan jika sudah terbukti berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Tetapi tidak semua inovasi dapat dicoba dengan dipecahkan menjadi beberapa
bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian akan lebih cepat diterima.
Dapat juga terjadi percobaan cukup dilakukan sekelompok orang dan yang lain
cukup memepercayai dengan hasil percobaan temannya.
Perlu
diperhatikan bahwa dalam kenyataan pada setiap tahap dalam proses keputusan
inovasi dapat terjadi penolakan inovasi. Misalnya penolakan dapat terjadi pada
awal tahap pengetahuan, dapat juga terjadi pada tahap persuasi, mungkin juga
terjadi setelah konfirmasi, dan sebagainya.
Ada
dua macam penolakan inovasi yaitu : ( a) penolakan aktif artinya
penolakan inovasi setelah inovasi setelah melalui mempertimbangkan untuk
menerima inovasi atau mungkin sudah mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan
terakhir menolak inovasi, dan ( b ) penolakan pasif artinya
penolakan inovasi dengan tanpa pertimbangan sama sekali.
Dalam
pelaksanaan difusi inovasi antara : pengetahuan , persuasi, dan keputusan
inovasi sering berjalan bersamaan. Satu dengan yuang lainnya saling berkaitan.
Bahkan untuk jenis inovasi tertentu dapat terjadi urutan :
pengetahuan-keputusan inovasi-baru persuasi.
4. Tahap
Implementasi ( Implementation )
Tahap
implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapka
inovasi. Dalam tahap implementasi ini berlang sung keaktifan baik mental maupun
perbuatan. Keputuisan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktik.
Pada umumnya implementasi tentu mengikuti hasil keputussan inovasi. Tetapi
daoat juga terjadi karena sesuatu hal sudah memutuskan menerima inovasi
tidak diikuti imlementasi. Biasanya hal ini terjadi karena fasilitas penerapan
yang tidak tersedia.
Kapan
tahap implementasi berakhir? Mungkin tahap ini berlangsung dalam waktu yang
sangat lama, tergantung dari keadaan inovasi itu sendiri. Tetapi biasanya
suatu tanda bahwa taraf imlpementasi inovasi berakhir jika penerapan inovasi
itu sudah melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang bersifat rutin. Sudah tidak
merupakan hal yang baru lagi.
Hal-hal
yang memungkinkan terjadinya re-invensi antara inovasi yang sangat komplek dan
sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat memahami inovasi karena sukar
untuk menemui agen pembaharu, inovasi Yang memungkinkan berbagai kemungkinan
komunikasi, apabila inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang sangat
luas, kebanggaan akan inovasi yng dimiliki suatu daerah tertentu juga dapat
menimbulkan reinvensi
5. Tahap
Konfirmasi ( Confirmation )
Dalam
tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah
diambilnya,dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh
informasi yang bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini
sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima
atau menolak inovasi yang berlangsung tak terbatas. Selama dalam konfirmasi
seseorang berusaha menghindri terjadinya disonansin paling
tidak berusaha menguranginya.
Terjadinya
perubahan tingkah laku seseorang antara lain disebabkan karena terjadinya
ketidakseimbangan internal. Orang itu merasa dalam dirinya ada sesuatu yang
tidak sesuai atau tidak selaras yang disebut disonansi, sehingga
orang itu merasa tidak enak. Jika seseorang merasa dalam dirinya terjadi
ddisonansi, maka ia akan berusaha akan menghilangkannya atau paling tidak
menguranginya dengan cara pengetahuannya, sikap atau perbuatannya. Dalam
hubungannya dengan difussi inovasi, usaha mengurangi ddisonanasi terjadi :
a)
Apabila seseorang menyadari akan ssesuatu kebutuhan dan berusaha mencari
sesuatu untuk memenuhi kebutuhan misalnya dengan mencari informasi
tentang inovasi hal ini pada terjadi tahap pengetahuan dalam proses keputusan
inovasi :
b)
Apabila seseorang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenagi inovasi,
tersebut tetapi belum menetapkan keputusan untuk menerima inovasi. Maka
ia akan berusaha untuk menerimanya, guna mengurangi adanya disonansi antara apa
yang disenangi dan diyakini dengn apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada
tahap keputusan inovasi, dan tahap implementasi dalam proses keputusan inovasi.
c) Setelah
seseorang menetapkan menerima dan menerapkan inovasi, kemudian diajaka unuk
menolaknya. Maka disonansi ini dapat dikurangi dengan cara tidak melanjutkan
penerimaan dan penerapan inovasi ( discontinuiting ). Ada kemungkinan
lagi seseorang telah menetapkan untuk menolak inovasi, kemudian diajak
menerimanya. Maka usaha mengurangi disonansi dengan cara menerima inovasi (
mengubah keputusan semula ). Perubahan ini terjadi ( tidak meneruskan inovasi
atau mengikuti inovasi terlambatpada tahap konfirmasi ).
Ketiga
cara mengurangi disonansi tersebut, berkaitan dengan perubahan tingkah
l;aku seseorang sehingga antara sikap, perasaan, pikiran, perbuatan sangat erat
hubungannya bahkan sukar dipisahkan karena yang satu mempengaruhi yang lain.
Sehingga dalam kenyataannya kadang-kadang sukar orang akan mengubah
keputusan yang sudah terlanjur mapan dan disenangi, walaupun secara rasional
diketahui adanya kelemahannya. Oleh karena sering terjadi untuk menghindari
timbulnya disonansi, maka itu hanya berubah mencari informasi yang dapat
memperkuat keputusannya. Dengan kata lain orang itu melakukan seleksi informasi
dalam tahap konfirmasi ( selective exposure ). Untuk menghindari
terjadinga drop out dalam penerimaan dan imlementasi inovasi ( discontinue
) peranan agen pembaharu sangat dominan. Tanpa ada monitoring dan penguatan
orang akan mudah terpengaruh pada informasi negative tentang inovasi.
C.
Tipe Keputusan Inovasi
Inovasi
dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem
sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan
untuk menerima inovasi berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan
(kekuasaan). Dengan dasar kenyataan tersebut maka dapat dibedakan adanya
beberapa tipe keputusan inovasi :
1. Keputusan
inovasi opsional, yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi,
berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu (seseorang) secara mandiri
tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem sosial yang lain.
Meskipun dalam hal ini individu mengambil keputusan itu berdasarkan norma
sistem sosial atau hasil komunikasi interpersonal dengan anggota sistem sosial
yang lain. Jadi hakikat pengertian keputusan inovasi opsional ialah individu
yang berperan sebagai pengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu
inovasi.
2. Keputusan
inovasi kolektif, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi,
berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan kesepakatan
antara anggota sistem sosial. Semua anggota sistem sosial harus mentaati
keputusan bersama yang telah dinuatnya. Misalnya, atas kesepakatan warga
masyarakat di setiap RT untuk tidak membuang sampah di sungai, yang kemudian
disahkan pada rapat antar ketua RT dalam suatu wilayah RW. Maka konsekuensinya
semua warga RW tersebut harus mentaati keputusan yang telah dibuat tersebut,
walaupun mungkin secara pribadi masih ada beberapa individu yang masih merasa
keberatan.
3. Keputusan
inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi,
berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok orang yang
mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada
anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota sama sekali tidak
mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan inovasi. Para anggota
sistem sosial tersebut hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh unit
pengambil keputusan misalnya, seorang pimpinan perusahaan memutuskan agar sejak
tanggal 1 maret semua pegawai harus memakai seragam hitam putih. Maka semua
pegawai sebagai anggota sistem sosial di perusahaan itu harus melaksanakan apa
yang telah diputuskan oleh atasannya.
Ketiga
tipe keputusan inovasi tersebut merupakan rentangan dari keputusan opsional
(individu dengan penuh tanggung jawab secara mandiri mengambil keputusan),
dilanjutkan dengan keputusan kolektif (individu memperoleh sebagian sebagian
wewenang untuk mengambil keputusan), dan yang terakhir keputusan otoritas
(individu sama sekali tidak mempunyai hak untuk mengambil alih keputusan).
Keputusan kolektif dan otoritas banyak digunakan dalam organisasi formal,
seperti perusahaan, sekolah, perguruan tinggi, organisasi pemerintahan, dan
sebagainya. Sedangkan keputusan opsional sering digunakan dalam penyebaran
inovasi kepada petani, konsumen, atau inovasiyang sasarannya anggota masyarakat
sebagai individu bukan sebagai anggota organisasi tertentu.
Biasanya
yang paling cepat diterimanya inovasi dengan menggunakan tipe keputusan
otoritas, tetapi masih juga tergantung bagaimana pelaksanaannya. Sering terjadi
juga kebohongan dalam pelaksanaan keputusan keputusan otoritas. Dapat juga
terjadi bahwa keputusan opsional lebih cepat dari keputusan kolektif, jika
ternyata untuk membuat kesepakatan dalam musyawarah antara anggota sistem sosial
mengalami kesukaran. Cepat lambatnya difusi inovasi tergantung pada berbagai
faktor.
Tipe
keputusan yang digunakan untuk menyebarluaskan suatu inovasi dapat juga berubah
dalam waktu tertentu. Rogers memberi contoh inovasi penggunaan tali pengaman
bagi pengendara mobil (auto mobil seat belts). Pada mulanya pemasangan seatbelt
di mobil diserahkan kepada pemilik kendaraan yang mampu membiayai
pemasangannya. Jadi menggunakan keputusan opsional. Kemudian pada tahun
berikutnya peraturan pemerintah mempersyaratkan semua mobil baru harus
dilengkapi dengan tali pengaman. Jadi keputusan inovasi pemasangan tali
pengaman dibuat secara kolektif. Kemudian banyak reaksi terhadap peraturan ini
sehingga pemerintah kembali kepada peraturan lama keputusan menggunakan tali
pengaman diserahkan kepda tiap individu (tipe keputusan opsional).
4. Keputusan
inovasi kontingensi (contingent), yaitu pemilihan menerima atau
menolak suati inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi
yang mendahuluinya. Misalnya di sebuah Perguruan Tinggi, seorang dosen tidak
mungkin untuk memutuskan secara opsional untuk memakai komputer sebelum
didahului keputusan oleh pimpinan fakultasnya untuk melengkapi peralatan
fakultas dengan komputer. Jadi ciri pokok dari keputusan inovasi kontingan
ialah digunakannya dua atau lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk
menangani suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan dapat
keputusan opsional, kolektif atau otoritas.
Sistem
sosial terlibat secara langsung dalam proses keputusan inovasi kolektif,
otoritas dan kontingen dan mungkin tidak secara langsung terlibat dalam
keputusan inovasi opsional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar