BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Disiplin sangat
penting untuk pertumbuhan organisasi, digunakan terutama untuk memotivasi
pegawai dalam mendisiplinkan diri dalam melaksanankan pekerjain baik secara
perorangan maupun kelompok, disamping itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai
untuk mematuhi dan meneynangi peraturan, prosedur, maupun kebijakan yang ada,
sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.
Kurang
pengetahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada merupakan
penyebab terbanyak tindakan indisipliner. Salah satu upaya untuk menghadapi
tindakan tersebut, pihak pemimpin sebaiknya memberikan program orientasi kepada
tenaga kerja mulai dari hari pertama masuk, kedisiplinan tidak akan berjalan
dengan baik apabila kebijakan yang ada tidak diketahui dengan jelas aturanya.
Pimpinan harus menjelaskan secara rinci peraturan – peraturan yang sering
dilanggar berikut rasional dan konsekwensinya. Demikian pula peraturan /
prosedur atau kebijakan yang mengalami perubahan atau diperbaharui sebaiknya
diinformasikan melalui diskusi.
Usaha yang dapat
dilakukan oleh madrasah/sekolah dalam rangka penanaman disiplin terhadap siswa
dengan mengkondisikan lingkungan madrasah sedemikian rupa sehingga menjadai
kondusif dalam pembentukan disiplin bagi siswa. Terutama
yang harus dikondisikan adalah prilaku dan sikap yang dicerminkan oleh guru,
sehingga guru menjadi contoh dalam berdisiplin. Siswa tidak akan memiliki
disiplin manakala melihat gurunya sendiri juga tidak disiplin. Guru harus
menghindari ketidak sesuaian aturan dan tata tertib yang berlaku. Aturan yang
bersifat kurikuler misalnya agenda yang telah dibuat dan direncanakan haruslah
sesuai dengan jadual yang ditetapkan baik alokasi waktunya maupun dalam
proporsinya. Misalnya ulangan harian yang telah dijadualkan, pokok bahasan yang
telah dialokasikan waktu dan jumlah pertemuannya, hingga pada ketuntasan materi
yang yang menjadi beban belajar siswa dalam setiap semesternya. Demikian pula
jam masuk dan pulang serta keberadaan guru dalam ruangan. Pakaian dan penampilan guru pun
haruslah mencerminkan kedisiplinan guru yang seyogyanya dapat ditiru oleh
siswa. Memberlakukan peraturan tata tertib yang
jelas dan tegas merupakan faktor yang penting dalam pembentukan disiplin siswa.
Tata tertib ini harus disosialisasikan kepada siswa dan hendanya adanya
komitmen siswa dan orang tua siswa untuk mematuhinya, sehingga dalam
penerapannya siswa telah memahami dan orang tua pun dapat memakluminya. Tata
tertib yang dibuat hendaknya mudah diikuti dan mampu menciptakan suasana
kondusif untuk belajar baik yang klasikal dan terprogram maupun non
klasikal dan dan bersifat pembiasaan. Kedisiplinan yang diterapkan hendaknya disosialisasikan secara konsisten oleh para guru kepada siswa
dengan memberi pemahaman tentang pentingnya disiplin dalam belajar untuk dapat
mencapai hasil optimal, melalui pembinaan dan yang lebih penting
lagi melalui keteladanan.
Berdasarkan uraian tentang disiplin tersebut maka dapat disintesakan
bahwa perilaku disiplin adalah suatu sikap yang digambarkan siswa dalam
berprilaku yang sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku di suatu tempat
tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka ada beberapa permasalahan dalam menegakan disiplin
disekolah:
1. Apa yang dimaksud dengan disiplin?
2. Apa hakekat dari Disiplin?
3. Bagaimana cara merancang Disiplin Di sekolah?
4. Bagaimana Startegi dan
Tata Cara Disiplin Sekolah
?
1.3 Tujuan Penulisan makalah
Adapun
tujuan penulisan dalam makalah ini penulis ingin yaitu:
1. Mengetahui
Pengertian Disiplin.
2. Mengetahui
hakekat dari Disiplin?
3. Mengetahui bagaimana
cara merancang Disiplin Di sekolah?
4. Mengetahui bagaimana
Startegi dan Tata Cara Disiplin Sekolah?
BAB
II
KAJIAN TEORITIS
Tatacara
kehidupan mengandung arti bahwa tingkah tingkah laku seorang diatur dalam
keharusan untuk memperlihatkan suatu tingkahlaku. Disiplin pada anak adanya
pengertian-pengertian mengenai batasan-batasan kebebasan dari perbuatan yang
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak baik itu dilingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah. Disiplin itu perlu ditanamkan sedikit demi sedikit agar
anak dapat mengembangkan sikap disiplin dengan sendirinya.
2.1
Pengertian disiplin
Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat
diberbagai instansi pemerintah maupun swasta. Kita mengenal adanya disiplin
kerja, disiplin lalu lintas, disiplin belajar dan macam istilah disiplin yang
lain. Disiplin secara etimologi berasal dari bahasa latin “ disibel”
yang berarti pengikut. Seiring dengan perkembangan bahasa, kata tersebut
mengalami perubahan menjadi ‘disipline” yang artinya kepatuhan atau yang
menyangkut tata tertib. Berbeda dengan pendapat yang menyatakan bahwa disiplin
berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang berarti latihan atau
pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Jadi sifat
disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan.
Sekarang ini kata displin telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan,
sehingga banyak para ahli baik ahli bahasa maupun sosial dan etika dan estetika
memberikan definisi yang berbeda-beda.
Ada beberapa
tokoh yang mendefinisikan disiplin sebagai sebuah proses yang harus ditempuh
sebagaimana diringkas oleh carapedia.com berikut ini;
Disiplin merupakan hasil belajar dan
mencakup aspek kognitif, afektif, dan behavioral (Toto Asmara). Disiplin
merupakan wujud nyata dari penghargaan kita pada diri sendiri dan orang lain
(Tim Penulis Grasindo). Disiplin adalah proses pelatihan pikiran dan karakter,
yang meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan menumbuhkan
ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib atau nilai tertentu (Andrias
Harefa). Disiplin adalah merujuk pada autoriti, keadaan kelas yang teratur,
program studi yang sitematik, serta cara penetapan peraturan atau hukuman (R.
F. Olivia)
Dari
beberapa definisi tersebut dapat difahami bahwa disiplin adalah serangkaian
pelatihan atau pembiasaan yang untuk meningkatknya kemampuan aspek kognitif,
afektif dan behavioral serta pengendalian diri yang menjadi habit dalam
kehidupan.
Ada juga
yang mendefinisikan bahwa disiplin merupakan potensi diri siswa yang perlu
diekflor dalam proses pembelajaran yang berlangsung.sebagaiman dipaparkan oleh carapedia.com
berikut;
Disiplin merupakan salah satu aspek perkembangan
seorang individu yang berkaitan dengan cara untuk mengkoreksi atau memperbaiki
dan mengajarkan anak tingkah laku baik tanpa merusak harga diri anak (Euis
Sunarti).
Pada hakekatnya, disiplin merupakan hal yang dapat
dilatih. pelatihan disiplin diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri, karakter
atau keteraturan, dan efisiensi. Jadi secara singkat dapat disimpulkan bahwa
disiplin berhubungan dengan pengendalian diri supaya dapat menbedakan mana hal
yang benar dan mana hal yang salah sehingga dalam jangka panjang diharapkan
bisa menumbuhkan perilaku yang bertanggung jawab
Berikut ini adalah pengertian dan definisi disiplin
sebagaimana dipaparkan oleh carapedia.com adalah sebagai berikut;
Disiplin adalah hubungan tata tertib, tata susila,
adab, akhlak, dan kesopanan (Abdullah Sani Bin Yahaya). Disiplin adalah
jembatan antara tujuan dan prestasi (Jim Rohn).Disiplin merupakan latihan yang
diberikan kepada murid supaya mereka bertindak sesuai dengan peraturan di
rumah, sekolah, dan masyarakat (Mizan Adiliah). Disiplin adalah beraneka aturan
yang menjadi petunjuk dan pegangan kehidupan beradab suatu masyarakat agar
dapat melangsungkan keberadaannya dalam keadaan aman, tertib, serta terkendali
berdasarkan hukum dalam semua aspek kehidupan (Sukono) Disiplin adalah tata
tertib ( di sekolah, kemiliteran, dsb) atau ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan (tata tertib, dsb) (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
2.2
Hakikat Disiplin.
Sekilas dalam membahas Pengertian disiplin di atas, kita sudah menyentuh mengapa disiplin
itu perlu. Misalnya, makna disiplin dalam Bahasa Inggris menunjukkan bahwa
tujuan dari disiplin adalah melahirkan ketaatan pada aturan dan pengendalian
diri. Dalam pengertian Bahasa Arab, disiplin juga diperlukan untuk menegakkan
kemaslahatan umum. Selain itu, tujuan disiplin juga adalah menjaga diri
seseorang agar tidak jatun berbagai kesalahan, atau lebih luas lagi, agar
seseorang bisa mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam pengertian
terakhir ini, kata ta’dîb identik dengan pendidikan.
Dengan demikian, tujuan dari disiplin, jika kita
melihatnya dalam pengertian yang luas, adalah tercapainya tujuan pendidikan itu
sendiri. Untuk mencapai tujuan tersebut, tentu diperlukan metode-mdetode
tertentu. Tidak ada ketentuan yang baku dalam hal metode ini kecuali dua hal:
(1) metode tidak boleh bertentangan dengan tujuan; (2) metode yang baik adalah
metode yang paling efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.
Metode tidak boleh bertentangan dengan tujuan. Ini
prinsip yang amat penting. Tujuan yang baik, yang dicapai melalui cara-cara
yang salah, akan merusak tercapainya tujuan tersebut. Kalau saya mencuri dengan
tujuan bersedekah kepada fakir miskin, tindakan saya itu tetap haram, dan
sedekah saya tidak berpahala. Kalau saya ingin agar anak saya menjadi seorang
yang baik, tetapi saya membiarkan dia bergaul dengan orang-orang yang nakal dan
jahat, maka saya sudah melakukan cara yang bertentangan dengan tujuan.
Tetapi Anda mungkin akan berkata, kalau persoalan
jelas hitam-putih seperti contoh-contoh di atas, maka takkan ada masalah. Yang
jadi masalah adalah ketika cara-cara tertentu oleh sebagian orang dianggap
wajar, sebagian lagi menganggapnya tidak wajar bahkan melanggar hukum.
Misalnya, bisakah orangtua atau guru menempeleng anak didiknya yang melakukan
kesalahan besar dengan tujuan agar anak itu jera? Di zaman sekarang, pemukulan
pada anak bisa dijerat hukum karena dianggap melakukan tindak kekerasan pada
anak.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, saya berpendapat
bahwa perubahan sosial budaya masyarakat akan menentukan cara-cara apa saja
yang dapat diterima dalam mendidik anak. Barangkali, di zaman dulu pukul dan
tempeleng itu dianggap wajar dan biasa. Budaya masyakarat kita pada saat itu
lebih bersifat paternalistik (tunduk pada figur ayah atau guru) dan komunal
(kepentingan kelompok lebih diutamakan daripada kepentingan indvidu). Sekarang
zaman berubah. Anak-anak kita semakin berpendidikan, dan budaya kita semakin
individualis dalam arti orang dihargai lebih sebagai diri pribadi ketimbang
sebagai anggota dari satu kelompok. Perubahan sosial ini membuat apa yang dulu
wajar, sekarang malah dianggap melanggar hukum.
Apakah perubahan ini patut disyukuri atau disesali?
Saya kira kita tak perlu bersyukur atau menyesal karena yang penting adalah
prinsip kedua dalam menerapkan metode, yaitu sejauhmana sebuah metode efektif
mencapai tujuan yang diinginkan. Kalau di zaman dulu anak-anak menjadi disiplin
karena takut pada guru atau orangtua yang kalau marah bisa saja memukulnya,
sekarang kalau dipukul barangkali mereka tidak akan bertambah disiplin,
melainkan bertambah nakal. Jika demikian halnya, maka cara yang diterapkan
harus diubah, yakni dengan cara-cara persuasif dan kasih sayang. Selain itu,
karakter masing-masing anak dan latar belakang sosial keluarganya, seringkali
berpengaruh pula terhadap metode apa yang efektif untuk anak tersebut. Maka
dalam hal ini, seorang pendidik harus jeli dan bisa memahami karakter
masing-masing anak didiknya. Anak miskin dari keluarga tidak terpelajar, yang
tiap hari diomelin di rumah, mungkin akan berbeda cara penanganannya dengan
anak orang berduit dari keluarga terpelajar. Singkat kata, tidak ada metode
yang benar-benar universal.
Selain itu, yang tak kalah pentingnya adalah metode
tanpa suara, tetapi amat berpengaruh, yaitu contoh teladan. Semua kita tahu
akan hal ini, yakni bahwa contoh lebih fasih daripada kata-kata indah. Tetapi
dalam praktik, hal ini tidaklah mudah. Bagaimana guru dapat menanamkan disiplin
kalau dia sendiri sering terlambat dan sering tidak masuk? Bagaimana orangtua
dapat menyuruh anaknya rajin shalat kalau dia sendiri seringkali meningalkan
shalat?
Mengapa Manusia Perlu Disiplin?
Tetapi mengapa manusia perlu dilatih dan dididik
dengan disiplin? Karena manusia adalah makhluk yang belum selesai. Sejak lahir,
dia harus diasuh dan ditumbuhkembangkan, baik kehidupan fisik, psikis ataupun
sosialnya. Manusia tidak seperti binatang yang tidak lama setelah lahir sudah bisa
mengikuti pola hidup orangtuanya. Tetapi berbeda dengan binatang, manusia dapat
terus maju dan berkembang. Ia dapat mewariskan kepandaiannya kepada generasi
muda, yang akan mengembangkannya lagi sampai batas yang tak pernah diketahui.
Manusia adalah makhluk yang terus-menerus menjadi.
Dalam proses menjadi itu, manusia harus menjalaninya
melalui berbagai latihan dan pengajaran. Disiplin merupakan bagian dari latihan
itu. Dalam Bahasa Arab disebut riyâdhah. Dengan latihan dan pembiasaan,
manusia diharapkan akan terbiasa pada perbuatan baik, dan meninggalkan
perbuatan jahat. Proses pembiasaan inilah yang sebenarnya dilakukan dalam
menerapkan beragam metode di atas. Ini sebabnya, al-Ghazali (1995:57)
mengatakan, al-khuluq adalah sisi batin dari perilaku, sedangkan al-khalq
adalah sisi lahirnya. Pelatihan diperlukan untuk menanamkan pada batin
seseorang kebiasaan akan suatu perbuatan. Jika suatu perbuatan itu sudah
terbiasa sehingga ia mudah mengerjakannya tanpa hambatan batin lagi, maka
perbuatan itu bisa disebut al-khuluq dan jamaknya al-akhlâq. Jika
perbuatan itu baik, maka disebuat al-akhlâq al-karîmah, dan jika buruk disebut al-akhlâd
al-sayyiah.
Akhirnya, perlu kiranya juga disinggung di sini bahwa
dalam tradisi Islam, pendidikan itu bertujuan melahirkan keseimbangan. Karena
itu dalam agama ada perintah untuk berbuat baik, ada larangan berbuat jahat.
Ada ajaran tentang cinta kasih, adapula ajaran tentang keadilan. Menurut Cak
Nur, kalau agama Yahudi menekankan keketatan hukum dan Kristen menekankan cinta
kasih, maka Islam berada di tengah-tengah. Yahudi itu sangat ketat hukumnya
karena ia adalah agama untuk orang-orang yang pernah diperbudak. Budak biasanya
tidak taat kecuali diancam dengan hukum. Selanjutnya datang Nabi Isa untuk
melonggarkan keketatan itu dengan ajaran cinta kasih. Akhirnya Muhammad
menyempurnakannya dengan menggabungkan keadilan hukum dan cinta atau rahmat.
Dalam tradisi tasawuf, Tuhan itu juga memiliki dua
jenis sifat yaitu sifat-sifat jamâl yang indah seperti penyayang,
pengampun dan penerima taubat, dan sifat-sifat jalâl yang menakutkan
seperti memaksa dan menyiksa. Gabungan antara kedua jenis sifat ini kemudian
melahirkan kamâl atau kesempurnaan. Seorang Muslim diharapkan bersikap
seimbang pula dalam hidupnya. Ia tak boleh begitu takut pada Tuhan sehingga
putus asa, atau begitu berharap akan rahmat Tuhan sehingga berbuat dosa
seenaknya. Manusia harus berada di tengah-tengah antara takut dan harap. Begitu
pula dalam hal pendidikan. Anak yang hanya diberi kasih sayang tetapi tak
pernah ditegur, mungkin akan menjadi anak yang manja. Sebaliknya, anak yang
terus-menerus dimarahi mungkin akan menjadi tidak percaya diri. Disiplin adalah
upaya menciptakan keseimbangan, dan keseimbangan itu memang tidak mudah.
BAB III
PEMBAHASAN
3. 1 Merancang kedisiplinan Di Sekolah
Sekolah yang
tertib, aman, dan teratur merupakan prasyarat agar siswa dapat belajar secara
optimal. Kondisi semacam ini dapat terjadi jika disiplin sekolah berjalan
dengan baik. Kedisiplinan siswa dapat ditumbuh kembangkan jika iklim sekolah
menunjukan kedisiplinan. Siswa, baru akan segera menyesuaikan diri dengan
situasi di sekolah. Jika situasi
sekolah disiplin, siswa akan ikut disiplin. Guru dan kepala sekolah
memegang peranan penting dalam membentuk disiplin sekolah mulai dari merancang,
melaksanakan dan menjaganya.
Cara merancang kedisiplinan sekolah :
1. Penyusunan rancangan harus
melibatkan guru, stap adminstrasi, wakil siswa dan wakil orang tua serta komite
sekolah. Dengan ikut menyususun, diharapkan mereka merasa bertanggungjawab atas
kelancaran pelaksaaannya.
2. Rancangan harus sesuai dengan
misi dan tujuan sekolah. Artinya disiplin yang dirancang harus dijabarkan dari
tujuan sekolah.
3. Rancangan harus singkat dan
jelas sehingga mudah dipahami.
4. Rancangan harus memuat secara
jelas daftar prilaku yang dilarang serta sangsinya. Sangsi yang diterapkan
harus yang bersifat mendidik dan telah disepakati oleh siswa, guru, dan wakil
orang tua siswa.
5. Peraturan yang telah disepakati
oleh siswa, guru dan wakil orang tua siswa
6. Peraturan yang disepakati
bersama harus disosialisasikan. Misalnya melalui surat pemberitahuan, sehingga
semua pihak terkait memahaminya. Jika perlu dilakukan kampanye untuk itu.
7. Kegiatan yang terkait dengan
aktivitas siswa harus diarahkan dalam pembentukan disiplin sikolah.
Agar peraturan dapat berjalan dengan baik, perlu dilakukan langkah langkah
sebagai berikut :
1. Memasyarakatkan peraturan
tersebut sehingga mendapat dukungan dari berbagai pihak.
2. Yakinkan guru, siswa dan
orang tua bahwa peraturan tersebut dapat menumbuhkan kedisiplinan warga
sekolah.
3. Berilah kepercayaan kepada
guru, stap administrasi untuk melaksanakan kedisiplinan sehari - hari.
4. Lakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan peraturan, antara lain dengan mengunjungi kelas.
5. Menjadi teladan, dengan
berlaku disiplin sesuai dengan peraturan setiap tempat dan waktu. Ingat
keteladanan lebih ampuh dari pada seribu nasihat.
6. Segera atasi jika ada
pelanggaran dengan menetapkan sangsi secara konsisten. Dorong guru untuk
memberi peringatan jika tampak ada gejala penyimpangan dari siswa.
7. Secara periodik dilakukan
peninjauan kembali untuk mengetahui apakah peraturan tersebut masih cocok atau
perlu penyempurnaan.
3.2 Strategi implementasi dan Tata Cara Disiplin Sekolah
Terdapat beberapa cara untuk
menanamkan disiplin pada anak didik baik itu dilingkungan keluarga maupun
dilingkungan sekolah diantaranya sebagai berikut:
A. Cara Otoriter
Pada cara ini guru menentukan aturan-aturan batasan yang mutlak yang
harus ditaati oleh anak-anak, dan anak harus tunduk dan patuh dan tidak ada
pilihan lain. Akan tetapi dengan mempergunakan sikap otoriter ini anak akan
memperlihatkan reaksinya misal: menentang atau melawan karena anak merasa
dipaksa, maka menetang dan melawan, bisa ditampilkan dalam tingkah laku yang melanggar norma dan
menimbulkan persoalan pada dirinya. Cara otoriter memang biasa digunakan pada
permulaan menanamkan disiplin
B.
Cara Bebas
Pada cara bebas ini pengawasan menjadi berkurang, anak sudah terbiasa
mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya benar, pada umumnya kesadaran
ini terjadi pada keluarga. Keluarga yang keduanya bekerja dan tidak ada waktu
untuk mendidik anak dengan baik, yang mana orang tua lebih melimpahkan anak
kepada guru. Sedangkan orang tua sendiri hanya bertindak sebagai polisi yang
mengawasi, menegor dan mugkin memahrahi. Orang tua tidak bisa berintraksi
langsung dengan anak. Oleh karena itu hubungana anak dengan orang tua tidak
baik, dan anak akan merasa sendiri sehingga menjadikan perkembnagan
kepribadinya tidak terarah.
C.
Cara Demokratis
Cara ini dilakukan dengan cara memperhatikan dan menghargai kebebasan
anak, namun kebebasan disini tidak mutlak yaitu perlu adanya bimbingan penuh
pengertian antara anak dan guru atau orang tuanya. Dengan cara demokratis anak
akan tumbuh rasa tanggung jawab untuk memperhatikan sesuatu tingkah laku dan
memupuk kepervcayaan dirinya. Dan jika tingkah lakunya tidak berkenan bagi
teman-temanya maka anak mampu menghargai tutntutan pada lingkungan sekolhnya.
Teknik-teknik
penanaman disiplin
A. Teknik yang berorientasi pada kasih sayang
Teknik ini
dikenal dengan menanamkan disiplin dengan meyakinkan tanpa kekuasaan,
memberikan pujian dan menerangkan sebab-sebab sesuatu tingkah oleh anak, yang
mana anak memperkembangkan rasa tanggung jawab dan disiplin yang baik.
B. Teknik yang bersifat Material
Tehnik ini
menggunakan hadiah-hadiah yang benar-benar berwujud atau hukuman mendidik
meyakinkan melalui kekuasaan(power assertive discipline)
Jenis-jenis
disiplin
A. Disiplin dirumah yaitu:
ü Disiplin belajar
ü Disiplin membantu orang tua
ü Disiplin beribadah
B. Disiplin disekolah yaitu:
ü Masuk sekolah tepat waktu
ü Memakai pakaian seragam sekolah mentaati tatatertib
sekolh
ü Menghormati ibu tau bapak guru
Pentingnya
Disiplin pada Anak
Dengan
menerapkan disiplin kepada anak, akan bisa membagi waktu kapan mereka bermain
dan belajar, pentingnya disiplin bagi anak:
a. Dengan disiplin anak akan mengerti tentang suatu
peraturan yang diberikan oleh guru dan orang tua.
b. Menumbuhkan rasa kepercayaan anak.
c. Dengan disiplin anak dapat melaksanakan tugas yang telah deberikan
oleh orang tua dan gurunya.
Mentaati tata
tertib
Disiplin
merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada anak didik di sekolah sedini
mungkin. Sekolah adalah tempat utama melatih dan memahami pentingnya disiplin
dalam kehidupan sehari-hari. Supaya proses pembelajaran berlangsung kondusif
maka sekolah harus mempunyai tata tertib. Tata tertib itu antara lain:
Masuk Sekolah
·
Siwa harus
datang di sekolah selambat-lambatnya 10 menit sebelum pembelajaran dimulai
·
Menaruh tas dan
alat tulis lainnya di laci meja masing-masing kemudian keluar kelas
·
Siswa yang
mendapat tugas/piket harus hadir lebih awal
·
Siswa yang
sering terlambat harus diberi teguran
·
Siswa yang
tidak masuk karena alasan tertentu harus memberi tahu sebelum atau sesudahnya,
secara lisan atau tulisan
·
Guru tidak
boleh terlambat atau absen tanpa ijin
Masuk Kelas
·
Siswa segera
berbaris di depan kelas ketika bel berbunyi
·
Ketua kelas
menyiapkan barisan
·
Siswa masuk
kelas satu persatu dengan tertib dan duduk ditempat masing-masing
·
Guru memeriksa
kerapian, kebersihan dan kesehatan siswa satu per satu
Di Dalam Kelas
·
Berdo’a bersama
dipimpin oleh salah seorang siswa
·
Memberi salam
kepada guru saat pelajaran akan dimulai
·
Guru memanggil/mengabsen
siswa. Yang tidak masuk ditulis dipapan absen serta alasannya/keterangan kenapa
tidak masuk
·
Pada saat
pelajaran berlangsung siswa harus tetap tertib, tidak boleh ribut, bercanda
atau kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran
·
Siswa tidak
boleh meninggalkan kelas tanpaalasan tertentu
·
Guru juga tidak
diperkenankan meninggalkan kelas ketika pelajaran berlangsung, walaupun siswa
sedang mengerjakan tugas
Waktu Istirahat
·
Pada saat bel
istirahat berbunyi siswa keluar kelas dengan tertib
·
Guru keluar
kelas setelah semua siswa keluar
·
Siswa tidak
boleh ada dikelas ketika istirahat
·
Selama
istirahat siswa tidak diperkenankan meninggalkan sekolah tanpa ijin
·
Pada saat bel
masuk lagi berbunyi (setelah istirahat) siswa masuk kelas dengan tertib dan
duduk dengan tenang di tempat masing-masing
·
Sebaiknya guru
sudah berada dikelas lebih dulu menjelang bel masuk berbunyi
Waktu Pulang
·
Ketika bel
pulang berbunyi, pelajaran berakhir, ditutup dengan berdo’a dan salam kepada
guru
·
Guru memberikan
nasehat-nasehat, mengingatkan tentang tugas-tugas, pekerjaan rumah dan
sebagainya
·
Siswa keluar
kelas dengan tertib
Langkah langkah yang strategis
untuk dijalankan :
1. Berilah penghargaan kepada
guru karyawan dan siswa yang berprilaku disiplin, baik secara perorangan atau
kelomp[ok. Penghargaan dapat berupa piagam atau diumumkan dalam suatu acara
tertentu atau lainnya.
2. Tumbuhkan lingkungan yang
saling menghargai sesuai dengan budaya setempat misalnya memberi kritik, dengan
kritik prilakunya dan bukan orangnya. Fokuskan pada kerjasama dan kompetisi
yang sehat, hindari kata kata kasar dan hukuman fisik.
3. Bangun rasa kepedulian,
kebersamaan di sekolah, dengan meyakinkan semua pihak bahwa sekolah milik
bersama, sehingga baik buruk sekolah, termasuk disiplin merupakan tanggungjawab
semua pihak.
4. Ikut sertakan orang tua siswa,
sehingga mereka dapat mendorong anaknya untuk berprilaku didsiplin, baik di
sekolah maupun di rumah. Dengan keikutsertaan orang tua tidak akan kaget jika
ternyata anaknya melanggar dan mendapatkan sangsi di sekolah.
5. Ikut sertakan OSIS. Seringkali
siswa lebih mudah menerima jika dingatkan oleh teman sendiri. Dengan melibatkan
OSIS diharapkan akan terjadi mekanisme saling mengingatkan antar siswa.
6. Hindarkan sekolah dari ancaman
pihak luar, agar siswa merasa aman di sekolah. Untuk itu periksa situasi
lingkungan sekolah dan temukan dimana kemungkinan terjadi gangguan.
7. Siapkan prosedur yang harus
ditempuh jika ada keadaan darurat dan bila perlu keadaan tersebut dilaporkan
kepada pihak yang berwajib.
8. Buatlah daftar siswa yang
bermasalah ( peta siswa ) agar mereka meperoleh pembinaan khusus.
9. Lakukan evaluasi tentang
pelaksanan kedisiplinan melalui pertemuan warga sekolah.
BAB IV
PENUTUP
4.
1 Simpulan
Disiplin
berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang berarti latihan atau
pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Jadi sifat
disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan.
Sekarang ini kata displin telah berkembang mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan,
sehingga banyak para ahli baik ahli bahasa maupun sosial dan etika dan estetika
memberikan definisi yang berbeda-beda. Walaupun
beberapa ahli memberikan pendapat yang berbeda tapi pada intinya bahwa disiplin
adalah bertingkah sesuai dengan norma yang berlaku pada lingkungan dan tempat
tertentu.
Untuk menjadi disiplin terdapat
beberapa cara untuk menanamkan disiplin diantarnya yaitu:
a.
Cara otoriter
b.
Cara bebas
c.
Cara demokratis
Terdapat beberapa teknik yang digunakan untuk penanaman
disiplin yaitu teknik yang berorientasi kepada kasih sayang dan teknik yang
bersifat materian.
Pendisiplinan pada anak didik bila dilihat dari tempatnya
maka disiplin terbagi menjadi:
a.
Disiplin di
rumah
b. Disiplin di sekolah
Dengan menerapkan disiplin kepada anak, akan bisa membagi
waktu kapan mereka bermain dan belajar, dengan disiplin diharapkan: a). Anak
akan mengerti tentang suatu peraturan yang deberikan oleh guru dan orang tua.
b) menumbuhkan rasa kepercayaan anak, c) anak dapat melaksanakan tugas yang
telah diberikan oleh orang tua dan gurunya.
4.2 Saran
Dalam rangka
meningkatkan kedisiplinan siswa, ada beberapa upaya yang mungkin bisa dilakukan
diantaranya:
1. Untuk
menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru
disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka;
2. Guru
terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan
mendorong kepatuhan siswa;
3. Guru
disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah,sehingga membantu
siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari
perilaku yang salah.
Harus disadari
bahwa untuk mendisiplinkan siswa kadang guru, kepala sekolah ataupun yang
lainnya tidak menyadari bahwa anak didik akan lebih sadar mengenai disiplin sekolah
ataupun dirumah meniru dari apa yang mereka lihat dan rasakan sehari-hari
Daftar
Pustaka
M. Hosnan & Suherman, Kamus Profesional Guru,
Jakarta, Yudhistira, 2013
Priodarminto,
Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta, Pradika Pramita, 1994
Said
Hamid Hasan, Dkk Pengembangan Pendidikan
Budaya Dan Karakter Bangsa (Kementrian
Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum-Tahun
2010 2010).
Sulistiowati,
Cara Belajar Yang efektif dan Efisien, Jakarta, Cinta Ilmu, 1997
Walgito,
Bimbingan dan Penyuluhan d sekolah, Yogyakarta, Andi Offset,1989
http://dwi-yunita.blogspot.co.id/2011/09/hakikat-disiplin-dalam-pendidikan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Disiplinhttp://tarmizi.wordpress.com/2008/12/12/kedisiplinan-siswa-di-sekolah/
http://google.com/disiplinhttp://tarmizi.wordpress.com/kedisiplinan-siswa/
Mohon ijin kang Nawa, Kalau bisa dibuat foot notenya, jadi jelas rujukannnya per paragraf.
BalasHapusoke siap kang
BalasHapusbagus makalah nya, memang permasalahan kedisiplinan memang jadi polemik, kami punya solusi agar disiplin siswa lebih meningkat, silahkan kunjungi website kami ABSENSI SISWA
BalasHapus