Selasa, 24 November 2015

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU



MAKALAH
MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU
Disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah Manajemen Peningkatan Mutu
Oleh dosen: Dr. M. Hosnan Dip.Ed,M.Pd.
















PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIDKAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015




BAB I
MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU


A.    Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu 
1.             Definisi Manajemen
Pengertian manajemen menurut beberapa ahli diantaranya adalah:
a.              Menurut Drs. Oey Liang Lee mengartikan manajemen adalah ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari manusia untuk menentukan capaian tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.
b.             Pengertian manajemen menurut James A.F. Stoner adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunaan terhadap sumberdaya organisasi lainnya supaya tujuan organisasi dapat tercapai sesuai dengan yang ditetapkan.
c.              Pengertian manajemen menurut R. Terry adalah suatu proses khas terdiri tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengontrolan yang dilakukan dalam menentukan serta mencapai target yang sudah ditetapkan lewat pemanfaatan sumberdaya manusia dan lainnya.
d.             Pengertian manajemen menurut Lawrence A. Appley adalah suatu seni untuk mencapai tujuan tertentu lewat usaha yang dilakukan oleh orang lain
e.              Pengertian manajemen menurut Horold Koont dan Cyril O’Donnel adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan lewat kegiatan orang lain.
f.              Pengertian manajemen menurut stoner adalah suatu proses dalam membuat perencanaan, ppengorganisasian, mengendalikan dan memimpin segala macam usaha daripada anggota organisasi dan menggunakan segala sumber daya organisasi dalam mencapai sasaran.
g.             Pengertian manajemen menurut Wilson Bangun adalah suatu rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh para anggota organisasi agar tujuan dapat tercapai dengan rangkaian yang teratur dan tersusun baik. (sumber:http://informasiana.com/pengertian-manajemen-menurut-para-ahli/#)
Dari beberapa pengertian para ahli diatas, ada beberapa kesamaan makna walaupun disampaikan dalam bentuk dan tolak ukur yang berbeda. Adapun pengertian manajemen yang sering digunakan oleh orang yaitu pengertian manajemen menurut Ricky W. Griffin, dimana beliau mengartikan manajemen adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengordinasian dan pengendalian atau kontrol sumber daya dalam mencapai sasaran dengan efisien dan efektif.

2.             Definisi Mutu
Menurut Crosby (1979:68 dalam Abdul Hadis, 2012: 85) mutu ialah conferment to reqeurment, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk meiliki mutu apabila sesuai standar atau kriteria mutu yang telah ditentukan. Standar mutu berikut meliputi bahan baku, proses produksi, dan produk jadi.
Dalam pandangan Umaedi (2009), mutu dapat diartikan sebagai derajat keunggulan sesuatu barang atau jasa dibandingkan dengan yang lain. Mutu dapat bersifat abstrak, misal dalam cara hidup yang bermutu, sikap hidup yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianggap luhur dan sangat dihormati. Mutu dalam pendidikan dapat ditinjau dari segi relevansinya dengan kebutuhan masyarakat, cepat tidaknya lulusan memperoleh pekerjaan yang bergaji besar serta kemampuan di dalam mengatasi berbagai persoalan hidup.

Dari beberapa pendapat diatas dapat kami simpulkan bahwa manajemen peningkatan mutu adalah serangkaian proses dan aktifitas sekelompok orang untuk meningkatkan kualitas sebuah lembaga pendiiddkan dengan mengacu pada prinsip-prinsip manajemen berupa perencanaan, perngorganisasian, controring dan evaluasi.




3.             Fungsi, Peran dan Kedudukan Manajemen Mutu
Melihat pengertian manajemen yang diatas, ada empat tindakan yang sangat penting dalam proses manajemen, 4 tindakan manajemen ini merupakan fungsi utama dalam manajemen, berikut 4 fungsi utama dalam manajemen:
Ø   Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan proses dalam mengartikan seperti apa tujuan organisasi yang ingin dicapai, kemudian dari tujuan tersebut maka orang-orang di dalamnya mesti membuat strategi dalam mencapai tujuan tersebut dan dapat mengembangkan suatu rencana aktivitas suatu kerja organisasi. Perencanaan dalam manajemen sangat penting karena inilah awalan dalam melakukan sesuatu.
Dalam merencanakan, ada tindakan yang mesti dilakukan menetapkan seperti apa tujuan dan target yang dicapai, merumuskan taktik dan strategi agar tujuan dan target dapat tercapai, menetapkan sumber daya atau peralatan apa yang diperlukan, dan menentukan indikator atau standar keberhasilan dalam mencapai tujuan dan target.
Ø   Fungsi Pengorganisasian
Langkah selanjutnya setelah kita merencanakan, maka yang harus dilakukan adalah bagaimana rencana tersebut dapat terlaksana dengan memanfaatkan segala fasilitas yang tersedia dan dapat memastikan kepada semua orang yang ada dalam suatu organisasi untuk bekerja secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi, tindakan dalam fungsi pengorganisasian yaitu kita dapat mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menentukan tugas, serta menetapkan prosedur yang dibutuhkan; menentukan struktur organisasi untuk mengetahui bentuk garis tanggung jawab dan kewenangan; Melakukan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia atau sumberdaya tenaga kerja; Kemudian memberikan posisi kepada seseorang dengan posisi yang tepat.
Ø   Fungsi Pengarahan dan Implementasi
Proses implementasi program supaya bisa dijalankan kepada setiap pihak yang berada dalam organisasi serta dapat termotivasi agar semuah pihak dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan sangat penuh kesadaran dan produktivitas yang sangat tinggi. Adapun fungsi pengarahan dan imflementasi yaitu menginflementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian sebuah motivasi untuk tenaga kerja supaya mau tetap bekerja dengan efisien dan efektif untuk mencapai tujuan; Memberikan tugas dan penjelasan yang teratur mengenai pekerjaan; dan menjelaskan kebijakan yang telah ditetapkan.
Ø   Fungsi pengawasan dan pengendalian
Proses pengawasan dan pengendalian dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh rangkaian kegiatan yang sudah direncanakan, diorganisasikan dan diterapkan bisa berjalan sesuai dengan harapan target walaupun agak sedikit berbeda dengan yang target yang telah ditentukan sebelumnya karena kondisi lingkungan organisasi. Adapun fungsi pengawasan dan pengendalian yaitu untuk mengevaluasi suatu keberhasilan dalam mencapai tujuan dan target bisnis yang sesuai dengan tolak ukur yang telah ditentukan; mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas keanehan yang kemungkinan ditemukan; dan membuat alternatif solusi ketika ada masalah yang rumit terkait terhalangnya pencapaian tujuan dan target.

B.           Dimensi-Dimensi Manajemen Peningkatan Mutu
Menurut Garvin (1998) dalam bukunya Abdul Hadis (2012: 88) menyatakan bahwa ada delapan dimensi mutu yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik mutu barang yaitu:
ü   Performa
ü   Keistimewaan
ü   Reriabilitas
ü   Konformasi
ü   Daya tahan
ü   Kemampuan pelayanan
ü   Estetika dan
ü   Mutu yang dipersepsikan
Berdasarkan delapan dimensi tersebut, kami artikan bahwa dalam dimensi manajemen peningkatan mutu tidak terlepas dari delapan dimensi mutu tersebut. Dimana dalam sebuah lembaga ataupun sekolah untuk meningkatkan manajemen mutu sebuah lembaga bisa terlihat dari delapan dimensi tersebut.

C.           Hubungan Manajemen dan Peningkatan Mutu
Manajemen dan peningkatan mutu adalah serangkaian proses atau metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sebuah lembaga, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen lembaga untuk secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sebuah lembaga guna memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan (peserta didik dan masyarakat dalam dunia pendididkan).
Menurut Khris (2010) Dalam Peningkatan Mutu terkandung upaya a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik kurikuler maupun administrasi, b) melibatkan proses diagnose dan proses tindakan untuk menindak lanjuti diagnose, c) memerlukan partisipasi semua fihak : Kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa, orang tua dan pakar.
Berdasarkan beberapa uraian diatas manajemen Peningkatan Mutu memiliki beberapa prinsip diantaranya:
ü   Peningkatan mutu harus dilaksanakan di sekolah
ü   Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya kepemimpinan yang baik
ü   Peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif
ü   Peningkatan mutu harus memberdayakan dan melibatkan semua unsur yang ada di sekolah
ü   Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa, orang tua dan masyarakat.

Berdasarkan Panduan   Manajemen Sekolah (2000:200-202) dijelaskan Adapun penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik : a) school review, b) benchmarking, c) quality assurance, dan d) quality.


D.           School Review
School Review adalah suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah, serta mutu lulusan.
School review dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :
1.             Apakah yang dicapai sekolah sudah sesuai dengan harapan orang tua
2.             siswa dan siswa sendiri ?
3.             Bagaimana prestasi siswa ?
4.             Faktor apakah yang menghambat upaya untuk meningkatkan mutu ?
5.             Apakah faktor-faktor pendukung yang dimiliki sekolah ?
School review akan menghasilkan rumusan tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta rekomendasi untuk pengembangan program tahun mendatang.

E.           Benchmarking
Suatu kegiatan untuk menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun lembaga.
Tiga pertanyaan mendasar yang akan dijawab oleh benchmarking adalah :
1.             Seberapa baik kondisi kita?
2.             Harus menjadi seberapa baik?
3.             Bagaimana cara untuk mencapai yang baik tersebut?
4.             Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah :
5.             Tentukan fokus
6.             Tentukan aspek/variabel atau indikator
7.             Tentukan standar
8.             Tentukan gap (kesenjangan) yang terjadi.
9.             Bandingkan standar dengan kita
10.         Rencanakan target untuk mencapai standar
11.         Rumuskan cara-cara program untuk mencapai target




F.  Quality Insurance
Quality assurance adalah suatu teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan pada monitoring yang berkesinambungan, dan melembaga, menjadi subsistem sekolah. Quality assurance akan menghasilkan informasi, yang :
1.             Merupakan umpan balik bagi sekolah
2.             Memberikan jaminan bagi orang tua siswa bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa.
Untuk melaksanakan quality assurance menurut Bahrul Hayat dalam hand out pelatihan Calon kepala sekolah (2000:6), maka sekolah harus :
1.             Menekankan pada kualitas hasil belajar
2.             Hasil kerja siswa dimonitor secara terus menerus
3.             Informasi dan data dari sekolah dikumpulkan dan dianalisis untuk memperbaiki proses di sekolah.
4.             Semua pihak mulai kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, dan juga orang tua siswa harus memiliki komitmen untuk secara bersama mengevaluasi kondisi sekolah yang kritis dan berupaya untuk memperbaiki.                      

G.          Quality Control
Quality control adalah suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.








BAB II
MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERKUALITAS

 


A.           Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan keseluruhan kegiatan yang dirancang untuk membelajarkan peserta didik. Pada satuan pendidikan, proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Di Indonesia Proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah diatur dalam standar proses. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan hasil pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
12
Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pembelajaran, penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran serta penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan proses pembelajaran yang baik tentu akan berdampak pada proses pembelajaran yang baik pula. Oleh sebab itu, dalam penyusunan perencanaan dibutuhkan pedoman sehingga perencanaan proses pembelajaran berfungsi sebagaimana mestinya. Perencanaan proses pembelajaran meliputi program menyusun alokasi waktu, program tahunan, program semester, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Pelaksanaan proses pembelajaran menjadi komponen yang sangat penting dalam mewujudkan kualitas out put pendidikan. Oleh karena itu, pelaksanaan proses pembelajaran harus dilaksanakan secara tepat ideal dan prosporsional. Dengan demikian, guru harus mampu mengimplementasikan teori yang berkaitan dengan teori pembelajaran ke dalam realitas pembelajaran yang sebenarnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan membuka sampai menutup pelajaran, yang terbagi menjadi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Dalam proses pembelajaran, penilaian memegang peranan yang penting salah satunya untuk mengetahui tercapai tidaknya proses pembelajaran yang telah dilakukan. Penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interprestasi informasi atau data untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran. Penilaian pada dasarnya dilakukan untuk memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar.
Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila pembelajaran melibatkan seluruh komponen utama proses belajar mengajar, yaitu guru, siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur pembelajaran, yang meliputi tujuan pembelajaran, pemilihan materi pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang kondusif, lingkungan belajar yang mendukung kegiatan belajar mengajar (KBM), serta evaluasi yang sesuai dengan kurikulum. Prestasi belajar dapat dioptimalkan melalui peningkatan kualitas pembelajaran. Salah satu tugas guru yang cukup berat adalah mendiagnosis kesulitan belajar yang dihadapi siswa, selanjutnya memberikan bantuan kepada para siswa dalam mengatasinya. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

B.            Keterampilan Dasar Guru
Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar ini. Padahal 8 (delapan) keterampilan dasar bagi seorang guru sangatlah penting, karena menyangkut efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran, berikut ini adalah 8 (delapan) keterampilan dasar bagi seorang guru dalam pengelolaan kelas atau kegiatan belajar dan mengajar.

1. Keterampilan Bertanya

Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi arah. Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan anatra lain adalah :
a.              Menimbulkan rasa keingintahuan
b.             Merangsang fungsi berpikir
c.              Mengembangkan keterampilan berpikir
d.             Memfokuskan perhatian siswa
e.              Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
f.              Menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya
g.             Merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subjek didik.
Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta didik.

2.  Keterampilan Memberikan Penguatan

Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal. Penguatan verbal merupakan penghargaan yang dinyatakan dengan lisan, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan mimik, gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan lain-lainnya. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan. Manfaat penguatan bagi siswa untuk meningkatnya perhatian dalam belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri. Komponen Keterampilan Memberi Penguatan itu adalah : Penguatan verbal, diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya. Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.
3. Keterampilan Mengadakan Variasi
Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung. Tujuan utama guru mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mengurangi kebosanan siswa sehingga perhatian mereka terpusat pada pelajaran.
4. Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan ketrampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Dengan penguasaan keterampilan menjelaskan memungkinkan guru dapat meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan penyajian penjelasannya, merangsang tingkat pemahaman siswa, membantu siswa memperluas cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar. Kegiatan menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dan sebagainya secara objektif, membimbing siswa memahami pertanyaan, meningkatkan keterlibatan siswa, memberi siswa kesempatan untuk menghayati proses penalaran serta memperoleh balikan tentang pemahaman siswa.


5. Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran
a. Membuka Pelajaran
Kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran.
b. Menutup Pelajaran
Jangan akhiri pelajaran dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik mungkin agar sesuai. Guru perlu merencanakan suatu penutup yang tidak tergesa-gesa dan juga dengan doa sekitar tiga sampai lima menit. Kegiatan menutup pelajaran meliputi : menyimpulkan pelajaran, menyampaikan rencana pelajaran berikutnya, membangkitkan minat, dan memberikan tugas. 
6.  Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Komponen-komponen ketrampilan mengelola kelas yaitu, prefentip adalah yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran dan represif, yaitu berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
8.  Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa. Format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran. Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia.
C.           Faktor-Faktor Penentu Pembelajaran Berkualitas
Kualitas proses pembelajaran merupakan salah satu tolok ukur yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Kompetensi pendidik mempengaruhi kualitas pembelajaran karena pendidik yang bertugas membangun interaksi antara pendidik dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik lainnya, dan peserta didik dengan sumber belajar. Kualitas dan  profesionalitas guru juga penting karena bagaimanapun bagusnya dan lengkapnya strategi/ metode, sarana prasarana, tujuan pembelajaran, dan canggihnya teknologi pembelajaran jika tidak diimbangi dengan kulaitas guru yang mumpuni maka hal tersebut akan tidak memiliki efek yang signifikan bagi kualitas pembelajaran.
Pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang mampu meletakkan posisi guru dengan tepat sehingga guru mampu memainkan perannya dengan tepat sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik. Salah satu peran guru adalah sebagai motivator, dimana guru akan mendorong peserta didik untuk belajar. Peran guru sebagai motivator sangat penting dalam proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan motivasi dan pengembangan kegiatan belajar peserta didik. Di sini guru harus dapat menstimulus dan memberikan dorongan untuk mendinamisasikan potensi peserta didik, menumbuhkan swadaya dan daya cipta sehingga akan terjadi dinamika didalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila pembelajaran melibatkan seluruh komponen utama proses belajar mengajar, yaitu guru, siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsur-unsur pembelajaran, yang meliputi tujuan pembelajaran, pemilihan materi pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang kondusif, lingkungan belajar yang mendukung proses belajar mengajar, serta evaluasi yang sesuai dengan kurikulum.
Seperti telah dibahas pada bagian awal bahwaterdapat tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, yaitu :

1.        Guru
Pengaruh guru dalam proses pembelajaran di kelas berkaitan erat dengan keprofesionalitasan guru itu sendiri. Guru yang profesional didukung oleh tiga hal, yakni: keahlian, komitmen, dan keterampilan. Selain tiga hal keprofesionalan guru, hal-hal yang akan berpengaruh terhadap proses pembalajaran di antaranya:
a.              Kondisi dalam diri guru, yaitu kondisi psikis dan emosional guru akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas.
b.             Kemampuan mengajar, yaitu dapat merangsang terjadinya proses berpikir dan dapat membantu tumbuhnya sikap kritis serta mampu mengubah pandangan para muridnya.
c.              Kemampuan mengatur kondisi kelas, yaitu kondisi yang menuntut terjadinya interaksi antara guru dan peserta didik dengan baik dan saling menghargai, sehingga penyerapan materi yang disampaikan guru kepada peserta didik dapat berjalan maksimal dan menghasilkan hasil belajar seperti apa yang diharapkan.
2.        Peserta Didik
Pengaruh peserta didik dalam proses pembelajaran adalah kondisi peserta didik itu sendiri yang dipengaruhi beragam aspek dari dalam dirinya dan lingkungan sekitarnya yang nantinya akan berdampak pada kesiapannya dalam menerima pelajaran.
3. Lingkungan
Lingkungan yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas mencakup lingkungan kelas dan lingkungan sekitar sekolah.
a. Lingkungan Kelas
Kelas tidak hanya memiliki batasan ruang dalam sebuah gedung sekolah, tapi dapat dilakukan di mana saja asalkan terjadi interaksi pembelajaran antara guru dan peserta didik serta merupakan bagian dari proses pembelajaran yang sistematis. Lingkungan kelas akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan kondisi dalam kelas itu sendiri.
b. Lingkungan Sekitar Sekolah
Kondisi sekitar lingkungan sekolah juga turut mempengaruhi karakteristik peserta didik yang akan berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas.

D.           Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah yang berhasil adalah apabila memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik serta mampu melaksanakan peran kepala sekolah sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah.  Studi keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seseorang yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah.  Ada dua hal yang penting dari peran kepala sekolah sebagai pemimpin, yakni : kepala sekolah sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah, dan kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan sekolah, syarat memiliki kepedulian kepada staf dan siswa.  Dari posisi tertentu kepala sekolah dapat dipandang sebagai pejabat formal, sedang disisi lain kepala sekolah dapat berperan sebagai manajer, pemimpin, pendidik dan yang tak kalah pentingnya adalah kepala sekolah sebagai staf.
Pelaksanaan peran, fungsi dan tugas kepala sekolah tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena saling terkait dan mempengaruhi serta menyatu dalam pribadi seorang kepala sekolah yang profesional.  Menurut Mulyasa (2013: 98-122), peran, fungsi dan tugas seorang kepala sekolah yang profesional terdiri dari 7 (tujuh) karakteristik yang meliputi:
1.        Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)
Harus dapat menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberi dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik.
2.        Kepala sekolah sebagai manajer
Harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
3.        Kepala sekolah sebagai administrator
Harus memiliki hubungan yang sangat erat dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah.
4.        Kepala sekolah sebagai supervisor
Harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan.  Hal tersebut merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan serta merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpangan dan berhati-hati dalam bekerja.
5.        Kepala sekolah sebagai leader
Harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan tugas.
6.        Kepala sekolah sebagai innovator
Harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan keteladanan kepada seluruh tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif.
7.        Kepala sekolah sebagai motivator
Harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya.  Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan ligkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber belajar.

E.            Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan.
Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu:
1.        Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifat-sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor.
2.        Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan.
3.        Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.
4.        Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan.
5.        Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya.
6.        Supervisi akademik harus konstruktif. Dalam proses pelaksanaan supervisi akademik itu terdapat kegiatan penilaian unjuk kerjan guru, tetapi tujuannya bukan untuk mencari kesalahan-kesalahannya. Supervisi akademik akan mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem akademik yang dihadapi.
7.        Supervisi akademik harus obyektif. Objektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi akademik itu harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Begitu pula dalam mengevaluasi keberhasilan program supervisi akademik. Di sinilah letak pentingnya instrumen pengukuran yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk mengukur seberapa kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.




BAB III
MANAJEMEN MUTU TERPADU
A.           Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan
Istilah “Manajemen Mutu Terpadu” (MMT) merupakan terjemahan yang paling dianggap pas dari istilah Total Quality Management (TQM).MMT merupakan suatu upaya untuk mengerjakan setiap pekerjaan/program benar dari awal setiap waktu.Ketotalan dalam TQM mengharuskan setiap orang dalam organisasi terlibat sebagai pendukung upaya peningkatan secara berkesinambungan.
Konsep yang mendasari TQM adalah fungsi kontrol dalam manajemen.Kontrol bukan hanya menekankan pada pemecahan masalah disekitar deviasi kritis,namun juga kontrol kearah peningkatan kinerja secara terus-menerus.Di Jepang disebut Kaizen,artinya berkembang tiap hari dalam setiap cara yang mungkin (to improve every day in every way possible). Selain fokus pada pelanggan dan komitmen terhadap pengembangan berkelanjutan,kontrol juga dalam rangka penyelesaian masalah.
Di sisi lain, dalam industri manufaktur, pelaksanaan TQM harus berpasangan dengan pelaksanaan Just In Time (JIT) baik sebagai filosofi untuk menghilangkan pemborosan pada semua sektor yang ada maupun sebagai teknik pengendalian persediaan, penjadwalan, penyediaan produk dan sebagainya. Pendidikan yang menganut prinsip JIT dapat ditunjukkan dengan partisipasi dari para peserta didik. Prinsip utama JIT adalah semua peserta didik lebih terlibat dalam proses, adanya rasa memiliki terhadap organisasi atau lembaga pendidikan, menggunakan pengalaman yang dimiliki untuk mencapai keberhasilan, dan adanya dukungan atau komitmen semua pihak.
Pada dasarnya JIT menghendaki perubahan pikiran, mempertanyakan kondisi yang telah mantap, menghilangkan pemborosan atau segala aktivitas yang tidak perlu, menyusun kembali tata letak organisasi (layout), penyederhanaan dalam kegiatan operasi, mengembangkan fleksibilitas, mengubah pengukuran-pengukuran, mencapai perbaikan terus-menerus dan berkesinambungan, dan mutu. Misalnya, pelayanan administrasi juga harus mengadakan perbaikan diri, dalam arti pemberian pelayanan kepada pelanggan eksternal primer yang dalam hal ini adalah peserta didik, harus cepat dan tepat. Hal ini akan dapat terlaksana dengan baik bila ada komitmen dari semua pihak dan didukung sarana dan prasarana yang memadai.
Selanjutnya, dalam industri jasa pendidikan, kualitas suatu jasa pendidikan juga sangat penting, yaitu penilaian kualitas oleh pelanggan yang menikmati secara langsung jasa pendidikan yang ditawarkan. Istilah lain untuk Kaizen adalah Continuous Improvement dan Six Sigma, di mana konsep ini dilandasi dengan do it right the first time dengan pantang menerima, memproses, dan melanjutkan produk cacat. Perbaikan dalam proses itulah yang selalu ditekankan dalam konsep ini. Jasa pendidikan sebagai output memang tidak dapat kita perbaiki. Yang dapat kita perbaiki adalah proses penyelenggaraan program dan penyediaan jasa pendidikan.
Perbaikan secara berkesinambungan dapat dilakukan dengan cara mengadopsi praktek-praktek atau proses yang terbaik dari organisasi penyelenggara program dan penyediaan jasa pendidikan lain ke dalam organisasi dengan disesuaikan dengan kondisi yang dimiliki. Cara ini dikenal dengan benchmarking.Cara lain dikenal dengan reengineering, seperti yang dilakukan oleh Amerika untuk mengejar ketinggalannya dari Jepang.Dalam rangka pengendalian mutu penyelenggaraan program,Amerika membuat lompatan jauh ke depan atau membongkar proses yang selama ini dilakukan menjadi suatu proses yang baru dan lebih baik. Pembongkaran dilakukan secara menyeluruh sampai ke akar-akarnya.
Sejalan dengan arti “manajemen”, setiap orang dalam lembaga, apapun statusnya, posisi atau peranannya, adalah manajer bagi pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.Dalam kaitan ini, seluruh bagian dan sistem lembaga harus saling mendukung dan saling melengkapi.Keberhasilan unit-unit di seluruh tingkatan dan posisi mempengaruhi keberhasilan organisasi secara keseluruhan; dan mereka berpotensi memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya bagi organisasi.
Peningkatan yang berkelanjutansebagai filosofi TQM, dapat dijadikan alat praktis oleh lembaga pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keingian serta harapan pelanggan sekarang dan dimasa yang akan datang.
Berikut adalah gambaran umum lembaga yang menerapkan TQM, dan perbedaannyadengan lembaga tradisional.
LEMBAGA TQM
LEMBAGA TRADISIONAL
Memfokuskan pada pelanggan
Memfokuskan pada kebutuhan internal
Memfokuskan pada masalah pencegahan
Memfokuskan pada masalah deteksi
Investasi dalam diri personil/Staf
Pendekatan pengembangan tidak dilakukan secara sistematis
Memiliki strategi kualitas
Kurang memiliki pandangan kualitas yang strategis
Memperlakukan keluhan sebagai kesempatan untuk dipelajari
Memperlakukan keluhan sebagai gangguan
Mendefinisikan karakteristik kualitas pada seluruh bidang didalam organisasi
Standar kualitas samar-samar
Memiliki kebijkan kualitas dan rencana operasionalnya
Tidak memiliki rencana kualitas yang ditetapkan
Senior manajemen memimpin kualitas
Peranan manajemen dipandang sebagai suatu pengawasan
Proses peningkatan melibatkan setiap orang
Hanya tim manajemen yang terlibat
Fasilitator kualitas memimpin proses peningkatan
Tidak ada fasilitator
Orang dilihat sebagai yang menciptakan kualitas
Prosedur dan aturan dinilai sebagai hal yang penting
Terdapat kejelasan peran
Peran dan tanggung jawab samar-samar
Kualitas dinilai sebagai alat untuk meningkatkan kepuasan pelanggan
Melihat kualitas sebagai alat untuk menaikan biaya
Strategi evaluasi jelas
Strategi evaluasi tidak sistematik
Rencana jangka panjang
Rencana jangka pendek
Kualitas dilihat sebagai bagian budaya
Kualitas dipandang sebagai inisiatif yang menimbulkan masalah
Pengembangan kualitas sejalan dengan strategi
Pengujian kualitas untuk memenuhi permintaan pihak luar
Memperlakukan kolega sebagai pelanggan
Budaya hirarkis meruapakan keharusan

Dengan demikian, TQM bukan pengendalian mutu (quality control) yang merupakan pengendalian mutu setelah proses produksi (after-the-event process). Namun TQM selalu memusatkan pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dan mengadakan pengendalian mutu sejak awal.Hal ini juga berlaku untuk sektor pendidikan. Permasalahan di sektor pendidikan yang dapat diselesaikan dengan TQM antara lain masalah kurikulum, penggunaan sumber daya yang ada secara ekonomis, bagaimana mengendalikan peningkatan biaya, penggunaan teknologi dan pembelajaran, hubungan kerjasama dengan sektor lain, dan yang berhubungan dengan peraturan pemerintah.

B.            Fokus MMT dalam Pendidikan
Untuk dapat menerapkan TQM pada lembaga pendidikan, lebih dahulu ditinjau tujuan utama lembaga pendidikan tersebut menerapkan TQM.Tujuan utama lembaga pendidikan yang menerapkan filosofi TQM adalah memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya.Organisasi yang baik harus menciptakan dan memelihara kedekatan hubungan dengan pelanggan; kualitas harus disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.Siswa adalah pelanggan primer. Sehingga tanpa kemampuan untuk memenuhi pendidikan yang dibutuhkan siswa, tidak akan mungkin untuk suatu lembaga pendidikan dikatakan telah mencapai TQM.
Pengenalan pelaksanaan TQM tidak luput dari hambatan-hambatan yang dialami, khususnya untuk sektor pendidikan.Kenyataannya, pelaksanaan TQM merupakan pekerjaan yang berat dan memerlukan waktu lama untuk mengadakan perubahan budaya untuk quality improvement. Ketakutan terhadap metode atau cara baru merupakan hambatan yang besar dalam penerapan filosofi TQM. Takut akan ketidaktahuan, takut mengerjakan segala sesuatu dengan cara yang berbeda, takut percaya pada orang lain, takut membuat kesalahan, dan sebagainya.
Oleh karena berbagai kesulitan dan hambatan penerapan TQM pada lembaga pendidikan tersebut, maka yang paling penting dan harus diperhatikan dalam melaksanakan TQM menurut Sharples et al. (1994), adalah : 1) Tanggungjawab dan dukungan (commitment) dari pimpinan lembaga pendidikan; 2) Pendidikan dan pelatihan (education and training) untuk semua pihak atau semua staf, baik staf edukatif maupun non edukatif; 3) Penerapan dan praktek (application and practice); 4) Standarisasi dan pengenalan (standardization and recognition) sehingga penerapannya dapat seragam.
TQM merupakan suatu pendekatan yang sistematis untuk mencapai tingkat kualitas yang tepat dan konsisten, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang selalu berubah.Maka strategi pendekatan MMT juga fokus terhadap kebutuhan klien atau pelanggan, dengan strategi pendekatan:1) Peningkatan secara berkesinambungandalam semua tingkat organisasi dan staf, 2) Suatu perubahan budayauntuk bekerja secara layak dan efektif, 3)Upside-down organization atau hubungan efektif internal dan eksternal, 4) Profesionalisme dan fokus pada pelanggan, dan 5) Kualitas belajarpeserta didik sesuai dengan kebutuhan.
Terkait dengan fokus lembaga pendidikan terhadap kebutuhan klien atau pelanggan tersebut,terdapat lima faktor internal yang mempengaruhi implementasi TQM, yaitu :leadership, recruitment dan pelatihan, sistem reward, aturan organisasi, dan budaya kerja. Pimpinan lembaga pendidikan hendaknya memiliki tekad yang kuat untuk terus menerus memperbaiki mutu, juga memiliki sikap pelayanan dengan cara membantu orang-orang dalam lembaganya.
Faktor internal kedua yang mempengaruhi implementasi TQM, yaitu recruitment dan pelatihan.Staf yang bertugas harus memiliki kompetensi, dengan didukung oleh rincian pemilihan staf, pelatihan, motivasi, dan kebijakan pengembangan karir.Faktor ketiga yaitu sistem reward. Lembaga perlu merinci kebijakan atas kesempatan yang sama diiringi dengan sistem reward (imbalan, penghargaan) yang dapat menjamin rasa keadilan dan memungkinkan staf merasa “aman” berkontribusi secara maksimal untuk lembaga.
Faktor internal keempat yang mempengaruhi implementasi TQM, yaitu aturan organisasi.Sistem dan prosedur di lembaga pendidikan perlu diorganisir dan didesain secara komprehensif dan terintegrasi dalam suatu ketentuan yang disepakati,sehingga dapat dilaksanakan secara konsisten dan terpadu.Faktor kelima yaitu budaya kerja.Transformasi budaya kerja merupakan keterpaduan berbagai individu dalam peran-peran secara optimal sesuai dengan keahlian bidang kerja masing-masing, guna mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan.



C.           Total Quality Education atau Total Quality School
Selanjutnya, prinsip TQM yang dapat diterapkan di dunia bisnis dapat juga diterapkan di dunia pendidikan dan seringkali disebut dengan Total Quality Education(TQE) atau Total Quality School (TQS).Pendidikan kualitas total (TQE/TQS) mengacu pada proses menerapkan prinsip-prinsip Total Quality Management (TQM) dalam pendidikan. TQM berpusat pada seperangkat praktek manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas perusahaan dan produktivitas melalui partisipasi semua anggota organisasi. Proses manajemen ini dapat disesuaikan dengan prinsip-prinsip untuk perbaikan dalam pendidikan, yang juga perlu menerapkan program keunggulan dan perbaikan terus-menerus.
Pada intinya, TQM adalah konsep yang dikembangkan oleh W. Edwards Deming yang diadopsi dari Jepang setelah Perang Dunia II (1939-1945).Ide-ide yang membantu negara Jepang berubah menjadi raksasa ekonomi.Penekanan TQM adalah pada kepuasan kebutuhan pelanggan, spesifikasi dan harapan.Prinsip-prinsipnya telah diadopsi oleh bisnis di seluruh dunia dan terbukti memberikan keunggulan. Motorola Inc. IBM Corp, Xerox Corp, dan Hewlett-Packard Co adalah beberapa perusahaan-perusahaan yang telah mengangkat standar mereka dan berkomitmen untuk kepuasan pelanggan.
Arcaro (2005) menyatakan, lima karakteristik TQS adalah : fokus pada pelanggan, keterlibatan total, pengukuran, komitmen, dan perbaikan terus-menerus.
Salah satu prinsip utama TQM adalah memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Dalam bisnis, kebutuhan dan keinginan pelangganakanmenghasilkan perbaikan terus-menerus. Di sekolah umum, siswa, guru, kepala sekolah, orang tua / wali, bisnis dan konstituen lainnya semua harus membentuk sebuah komunitas, yang harus bersatu dan terlibat di semua tingkat.Partisipasi aktif dari semua anggota sekolah diperlukan untuk mencapai perubahan yang sukses dan perbaikan terus-menerus.
Prinsip kedua adalah partisipasi manajemen senior. Personil tingkat atas mengambil peran sebagai pemimpin tim, yang bertanggung jawab untuk membangun sebuah tim yang sukses, dan yang mengamankan bisnis. Sekolah juga dapat mengambil keuntungan lebih dari senior, atau guru yang lebih berpengalaman. Sebuah kategori baru dari guru pemimpin dapat diperkenalkan, yang perannya akan membantu dan membimbing rekan-rekan yang membutuhkan untuk meningkatkan kinerja mereka.Manajemen juga dapat bergerak ke struktur yang lebih kecil dengan memberdayakan karyawan dan mendorong partisipasinya.Sekolah dapat merestrukturisasi pendekatan ini misalnya dalam mengelola situs, untuk memastikan sekolah memenuhi keprihatinan pendidikan dan keyakinan sosial masyarakat.
Prinsip ketiga adalah pelatihan untuk peningkatan kualitas.Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa pendidikan dan pelatihan harus berkelanjutan, karena perubahan dan perbaikan perlu dilakukan secara terus menerus. Sebuah program pengembangan staf yang komprehensif di lingkungan sekolah akandapat mempengaruhi kualitas sekolah yang positif; sebagaimana pengembangan guru akan memainkan peran penting dalam peningkatan belajar siswa.
Prinsip ketiga adalah perbaikan proses produksiatau jasa. Dalam hal ini sekolah dapat merestrukturisasi cara evaluasi siswa, dan guru dapat menciptakan sarana pengujian dan alternatif penilaian. Sebagaimana bisnis selalu mencari langkah-langkah yang valid dalam meraih sukses; dan mencari prosedur penilaian yang dapat diukur dari waktu ke waktu untuk menentukan kualitas dan prestasi organisasi.Maka sekolah yang mengadopsi prinsip-prinsip TQM perlu menggunakan penilaian berbasis kinerja.Guru danadministrator yang mempengaruhi belajar siswa harus menjadi dasar untuk standar kinerja.
Prinsip keempat adalah kecepatan dan siklus waktu.Efisiensi dan kemahiran juga harus diperhitungkan dalam menghadapi persaingan.Sekolah dapat memprioritaskan jumlah waktu setiap pelajar menghabiskan tugas dan meningkatkannya melalui rincian kegiatan yang spesifik, tanggung jawab dan sumber daya. Peningkatan efisiensi di sekolah akan meningkatkan prestasi akademik.
Prinsip kelima adalah menggunakan metode berbeda untuk menyederhanakan sistem.Bisnis sudah terbiasa dalam memanfaatkan waktu dan sumber daya yang tersedia serta menghilangkan limbah. Sekolah juga perlu mempertimbangkan apa yang yang diajarkan kepada siswa dan menentukan pengetahuan yang penting. Guru juga harus menjaga harapan yang tinggi untuk semua siswa.
Prinsip keenam adalah Partisipasi Masyarakat.Metodologi bisnis dan pendidikan paralel dalam fondasi untuk program didasarkan pada faktor manusia; bisnis tahu pentingnya komitmen untuk kemitraan dengan pelanggan, sebagaimana lembaga pendidikan bersatu untuk mempromosikan pendidikan yang terbaik untuk semua. Maka, orang tua/wali tidak bisa hanya duduk diam dan menonton proses pendidikan, melainkan harus menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran sebagai relawan, tutor, dan pelajar sendiri. Keterlibatan orang tua membutuhkan pembangunan konsensus, berbagi kontrol, dan tanggung jawab.
Pendidikan perlu mengubah praktik manajemen yang telah terbukti berhasil dan menerapkan yang baru.TQM mencakup penetapan tujuan, pemecahan masalah dan bekerja bersama-sama, semua yang mempromosikan perbaikan abadi.Semua prinsip-prinsip ini dapat digunakan dalam sistem pendidikan untuk mencapai perbaikan terus-menerus.Menurut Fusco (1994), karakteristik atau syarat agar TQM dapat diterapkan di sektor atau lembaga pendidikan antara lain, lembaga pendidikan tersebut harus mempunyai hal-hal sebagai berikut.
1.    Kepemimpinan yang kuat. Filosofi TQM yang telah diubah menjadi TQE atau TQS akan dapat diterapkan bila ada dukungan dan komitmen dari para pimpinan. Pimpinan di suatu lembaga pendidikan misalnya kepala sekolah atau direktur program yang harus mendukung penerapan dan pelaksanaan filosofi tersebut. Bahkan filosofi tersebut hanya akan terwujud bila dilaksanakan secara menyeluruh, bukan hanya departemental. Bahkan, para pengajar dan seluruh staf beserta siswa sebagai pelanggan ikut serta terlibat dalam pelaksanaan filosofi tersebut.
2.    Perbaikan-perbaikan sistem secara berkesinambungan. Sistem merupakan serangkaian proses yang merupakan satu kesatuan dan saling terkait satu sama lain. Sistem pada suatu lembaga pendidikan menyangkut berbagai permasalahan yang sangat luas, mulai dari sistem penerimaan staf pengajar dan non pengajar sampai pada sistem penerimaan siswa. Dari penerapan visi dan misi suatu lembaga pendidikan hingga penyusunan kurikulum; semua sistem tersebut saling terkait. Untuk dapat menerapkan filosofi TQE/ TQS, sistem tersebut harus selalu dibenahi, diperbaiki, dan disempurnakan secara berkesinambungan dengan memegang pada pedoman “quality first”.
3.    Metode statistic. TQE/ TQS yang dikenal sebagai filosofi manajemen kualitas bukan hanya slogan atau target yang pencapaiannya tanpa bukti. Oleh karenanya, setiap personil yang ada diatasnya atau yang berpijak pada filosofi tersebut harus berani berbicara berdasarkan data atau fakta. Demikian pula penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, juga belum terbukti tanpa hitungan-hitungan kuantitatif. Jadi, kualitas bukan hanya bersifat kualitatif, tetapi juga bersifat kuantitatif.
4.    Memiliki visi dan nilai bersama. Nilai dan visi yang sama mengandung arti penting dalam mencapai kata sepakat. Sepakat dalam arti sepakat untuk menjadikan kualitas sebagai the way of life dan TQE/ TQS sebagai filosofi yang akan merubah budaya yang semula berorientasi pada hasil menjadi berorientasi pada proses yang berkualitas.
5.    Pesan dan perilaku yang konsisten yang perlu disampaikan kepada pelanggan. Industri jasa, khususnya pendidikan memang sulit dilihat hasilnya. Maka, dalam filosofi TQE/ TQS mereka yang nantinya akan lulus dari suatu lembaga pendidikan sebaiknya ditempatkan sebagai pelanggan. Sebagai pelanggan, mereka tentu ingin mendapatkan pelayanan yang baik dan memuaskan. Oleh karena itu, pihak pemberi jasa baik yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan pelanggan harus mempunyai satu kata sepakat dan konsisten dengan apa yang menjadi keputusannya.

D.           Sekolah MMT yang Bermutu
Praktek pendidikan dapat dianalogikan sebagai industri jasa, artinya sekolah merupakan lembaga yang memproduksi dan menjual jasa (service) kepada para pelanggannya.Berpegang pada konsep mutu sebagaimana uraian di atas, maka sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu memberikan layanan atau jasa pendidikan yang sesuai atau melebihi harapan dan kepuasan para pelanggannya.Dengan kata lain, mutu sekolah ditentukan oleh pelanggannya, yakni siswa dan stakeholders, bukan oleh produsen atau sekolah itu sendiri.
Pelanggan jasa pendidikan terdiri dari pelanggan primer yaitu siswa, pelanggan sekunder yaitu orang tua dan masyarakat atau penyandang dana, dan pelanggan tersier yaitu pemakai lulusan sekolah yang terdiri dari lembaga pendidikan yang lebih tinggi dan dunia kerja. Pelanggan sekunder dan tersierbisa disebut sebagai pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan di sekolah (stakeholders).
Namun berbedadengan dunia industri,mutu dalam pendidikan mempunyai dimensi yang khas.Mutu dalam pendidikan menunjuk pada dual hal, yaitu proses dan produk. Mutu proses pendidikan dapat diartikan sebagai kemampuan lembaga pendidikan, baik teknis maupun professional,dalam pengelolaan yang mendukung proses belajar peserta didik agar dapat mencapai prestasi belajar seoptimal mungkin.
Sedangkan produk pendidikan termasuk bermutu, jika memenuhi ciri-ciri berikut:
1. Kompetensi
Peserta didik menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi terhadap tugas belajar sesuai dengan tujuan dan sasaran pendidikan sehingga memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
2. Relevansi
Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan lingkungan khususnya dunia kerja
3. Fleksibilitas
Hasil pendidikansesuai dengan kebutuhan peserta didik sehingga dapat melakukan sesuatu untuk keperluan hidupnya dalam rangkapenyesuaian diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat
4. Efisiensi
Hasil pendidikan tidak mengakibatkan adanya pemborosan ekonomi maupun pemborosan sosial
5. Berdaya hasil
Hasil pendidikan dapat menghasilkan sesuatu yang produktif
6.Jaminan mutu
Hasil pendidikan memberikan kepastian/jaminan mutu
7. Kredibilitas
Hasil pendidikan dapat dipertanggungjawabkan dari segi kemampuannya
8.Justified
Hasil pendidikan memberikan sesuatu yang memenuhi spesifikasi dan bernilai tinggi sehingga mengakibatkan justifikasi uang yang dikeluarkan pemakainya
9. Responsiveness
Hasil pendidikan dapat merespons tuntutan kebutuhan masyarakat
10. Durability
Hasil pendidikan dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang relatif lama
11. Estetik
Hasil pendidikan dapat memberikan sesuatu yang menarik dan berseni
12. Performance
Hasil pendidikan dapat dilihat dari unjuk kerja  dan etos kerja
13. Security
Hasil pendidikan bebas dari bahaya dan resiko atau keraguan

BAB IV
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Sistem Informasi Manajemen merupakan sebuah bidang yang mulai berkembang sejak tahun 1960an. Walaupun tidak terdapat konsensus tunggal, secara umum Sistem Informasi Manajemen didefinisikan sebagai sistem yang menyediakan informasi yang digunakan untuk mendukung operasi, manajemen, serta pengambilan keputusan sebuah organisasi. Sistem Informasi Manajemen juga dikenal dengan ungkapan lainnya seperti: “Sistem Informasi”, “Sistem Pemrosesan Informasi”, “Sistem Informasi dan Pengambil Keputusan”. Sistem Informasi Manajemen menggambarkan suatu unit atau badan yang khusus bertugas untuk mengumpulkan berita dan memprosesnya menjadi informasi untuk keperluan manajerial organisasi dengan memakai prinsip sistem. Dikatakan memakai prinsip sistem karena berita yang tersebar dalam berbagai bentuk dikumpulkan, disimpan serta diolah dan diproses oleh satu badan yang kemudian dirumuskan menjadi suatu informasi (Sentranet, 2013).

A.      Sistem
Semua sistem memiliki 3 (tiga) unsur atau kegiatan utama, yaitu:
1.             Menerima data sebagai masukan ( input).
2.             Memproses data dengan melakukan perhitungan, penggabungan unsur data, pemutakhiran perkiraan dan lain-lain.
3.             Memperoleh informasi sebagai keluaran(output).

Prinsip ini berlaku baik untuk sistem informasi manual, elektromekanis maupun komputer.

 








Gambar pengolahan data

Secara sederhana suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu untuk mencapai suatu tujuan. Unsur-unsur yang mewakili suatu sistem secara umum adalah masukan (input), pengolahan (proses) dan keluaran (output). Di samping itu sistem senantiasa tidak lepas dari lingkungan sekitarnya, maka umpan balik (feedback) dapat berasal dari output akan tetapi dapat juga berasal dari lingkungan sistem yang dimaksud (Djumiarti, 2013).
Suatu sistem dapat terdiri dari sistem-sistem bagian (subsystem). Misalnya, sistem komputer terdiri dari subsistem perangkat keras dan subsistem perangkat lunak. Masing-masing subsistem dapat terdiri dari subsistem-subsistem yang lebih kecil lagi atau terdiri dari komponen-komponen. Subsistem perangkat keras (hardware) dapat terdiri dari alat masukan, alat pemroses, alat keluaran dan simpanan luar . Subsistem-subsistem saling berinteraksi dan saling berhubungan membentuk satu kesatuan sehingga tujuan atau sasaran sistem tersebut dapat tercapai. Interaksi dari subsistem-subsistem sedemikian rupa, sehingga dicapai suatu kesatuan yang terpadu atau terintegrasi (integrated). Anda dapat membayangkan, bagaimana seandainya sistem komputer yang Anda miliki, masing-masing komponennya saling bekerja sendiri-sendiri tidak terintegrasi, maka tujuan dari sistem komputer tersebut tidak akan tercapai (Pangestu, 2013).
Sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandangan, diantaranya adalah sebagai berikut ini:
1.             Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak (abstract system) dan sistem fisik (phisical system). Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Misalnya sistem teologia, yaitu sistem yang berupa pemikiran-pemikiran hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik. Misalnya sistem komputer, sistem akuntansi, sistem produksi dan lain sebagainya.
2.             Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah (natural system) dan sistem buatan manusia (human made system). Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat manusia. Misalnya sistem perputaran bumi. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi antara manusia dengan mesin disebut dengan human-machine system atau ada yang menyebut dengan man-machine system. Sistem informasi akuntansi merupakan contoh man-machine system, karena menyangkut penggunaan komputer yang berinteraksi dengan manusia.
3.             Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu (deterministic system) dan sistem tak tentu (probabilistic system). Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi diantara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti, sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan. Sistem komputer adalah contoh dari sistem tertentu yang tingkah lakunya dapat dipastikan berdasarkan program-program yang dijalankan. Sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.
4.             Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system). Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dengan lingkungan luarnya. Sistem ini beker ja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Secara teoritis sistem tertutup ini ada, tetapi kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system (secara relatip tertutup, tidak benar-benar tertutup). Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini mener ima masukan dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem yang lainnya. Karena sistem sifat terbuka dan terpengaruh oleh lingkunngan luarnya, maka suatu sistem harus mempunyai suatu sistem pengendalian yang baik. Sistem yang baik harus dirancang sedemikian rupa, sehingga secara relatip tertutup karena sistem tertutup akan bekerja secara otomatis, terbuka hanya untuk pengaruh yang baik saja. Gambar berikut menunjukkan sistem yang terbuka untuk sistem pengendalian persediaan.

1)   Komponen-komponen komputer
Komponen-komponen dalam sistem komputer terbagi 3, yang tidak bisa terpisahkan yaitu :
a)   Hardware (Perangkat Keras)
·                Processing Device (Pemrosesan data)
·                Input Device (Perangkat Masukan)
o      Mouse
o      Keyboard
o      Scanner, dll
·                Output Device
o      Monitor
o      Speaker
o      Printer, dll
·                Storage Device
o      Hardisk
o      Flashdisk
o      CD/DVD Drive
b)  Software (Perangkat Lunak)
·                Operating System
·                Application Program
·                Language Program
c)   Brainware (Orang Yang Mengoperasikan Komputer)
·                System Analis
·                Programmer
·                Operator/User
2)   Penggolongan Komputer
Penggolongan Komputer Literatur terbaru tentang komputer melakukan penggolongan komputer berdasarkan tigal hal: data yang diolah, penggunaan, kapasitas/ukurannya, dan generasinya. 
3)   Berdasarkan Data Yang Diolah
·                Komputer Analog
·                Komputer Digital
·                Komputer Hybrid
4)   Berdasarkan Penggunannya
·                Komputer Untuk Tujuan Khusus (Special Purpose Computer)
·                Komputer Untuk Tujuan Umum (General Purpose Computer)
5)   Berdasarkan Kapasitas dan Ukurannya
·                Komputer Mikro (Micro Computer)
·                Komputer Mini (Mini Computer)
·                Komputer Kecil (Small Computer)
·                Komputer Menengah (Medium Computer)
·                Komputer Besar (Large Computer)
·                Komputer Super (Super Computer)
6)   Berdasarkan Generasinya
·                Komputer Generasi Pertama (1946-1959)
·                Komputer Generasi Kedua (1959-1964)
·                Komputer Generasi Ketiga (1964-1970)
·                Komputer Generasi Keempat (1979-sekarang)
·                Komputer Generasi Kelima
7)   Manfaat Komputer dalam Bidang Pendidikan
Manfaat komputer dalam kehidupan sehari- hari sangat banyak dan sangat membantu, mempermudah , mempecepat pekerjaan –pekerjaan manusia diantaranya adalah :
·                Dengan adanya komputer mempermudah bagi pegawai administrasi sekolah untuk membuat kurikulum pengajaran, jadwal pelajaran sekolah, membuat daftar nama siswa, membuat daftar nilai siswa , membuat absen siswa , membuat perhitungan gaji pegawai dan membuat perencanaan pengajaran bagi guru-guru sekolah.
·                Mengakses Informasi Pendidikan lewat Internet. Seiring perkembangan jaman Internet telah merambah sekolah-sekolah setingkat kecamatan,sehingga akses informasipun semakin mudah diperoleh untuk kemajuan pendidikan tiap-tiap sekolah.




B.      Data dan Informasi
Yang berkaitan dengan sistem adalah data dan informasi. Kebanyakan orang mengartikan data dan informasi dengan pengertian yang sama, namun bagi kajian ilmiah atau kaum profesional , dua pengertian tersebut mengandung perbedaan yang mendasar. Data merujuk pada fakta-fakta baik berupa angka-angaka, teks, dokumen, gambar, bagan, suara yang mewakili diskripsi verbal atau kode-kode tertentu dan semacamnya. Apabila data tersebut telah di saring dan diolah melalui pengolahan sehingga memiliki arti dan nilai bagi seseorang, maka data tersebut berubah menjadi informasi. Jadi yang dimaksud dengan informasi adalah semua data yang telah diolah dan memiliki arti bagi pihak pemakai. Dengan demikian yang dipakai orang di dalam membuat keputusan adalah informasi, bukan data.
Oleh sebab itu ciri pokok dari suatu data adalah fakta. Data barulah menjadi informasi pada saat mereka digunakan untuk tujuan tertentu atau apabila mereka menyebabkan timbulnya aksin atau penambahan pengetahuan tertentu. Data terutama harus mengalami berbagai macam pengerjaan sebelum bermanfaat sebagai informasi. Data merupakan bahan dasar untuk proses pengerjaan, dan informasi menjadi produk selesainya.
Contoh-contoh data adalah Nomor Induk Mahasiswa yang tercatat di bagian akademik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTRITA),  Nomor Induk Kependudukan kota Jakarta Selatan yang tercatat di Kantor Capil dan kependudukan, Jadwal penerbangan di Bandara SOETA Tangerang, tetapi apabila seseorang menghubungi loket bandara untuk melihat jalur penerbangan ke Semarang lengkap dengan keterangan kapan waktu terbang, berapa harga tiket, maka yang dia tanyakan kepetugas di bandara adalah informasi. Untuk dapat memperoleh informasi, pemakai data harus mengetahui jenis keterangan yang diperlukan dan bagaimana sistem penyimpanan datanya.
Dalam contoh jadwal penerbangan di atas, pikiran manusia (petugas counter) dengan ditunjang perkakas komputer melakukan proses pemilihan data dan menyajikannnya untuk dapat dipergunakan sebagai informasi yang bermakna. Sesungguhnya jasa yang ditawarkan oleh agen perjalanan adalah penyediaan informasi yang tepat dan cepat kepada konsumen, untuk selanjutnya informasi dikumpulkan kembali, disimpan dan kelak dimanfaatkan dan berfungsi sebagai data kembali. Dari penjelasan di atas secara singkat dapat dirumuskan bahwa data adalah fakta yang tidak sedang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, biasanya dicatat diarsipkan tanpa maksud untuk segera di ambil kembali untuk pengambilan keputusan. Sebaliknya informasi adalah data yang telah diambil kembali, diolah atau digunakan untuk memberi dukungan keterangan bagi pengambil keputusan.
Informasi adalah data yang sudah disusun sedemikian rupa sehingga bermakna dan bermanfaat karena dapat dikomunikasikan kepada seseorang yang akan menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian informasi yang mempunyai kualitas tinggi akan menentukan efektivitas pengambilan keputusan.
Ada tiga pilar utama yang menentukan kualitas informasi (Wahyudi Kumorotomo, 1997: 7) yakni akurasi, ketepatan waktu dan relevansi, lebih lanjut diungkapkan secara lengkap tentang syarat-syarat informasi yang baik yakni :
1.   Ketersediaan (availability) : Sudah barang tentu syarat yang mendasar adalah tersedianya informasi itu sendiri, informasi harus dapat diperoleh bagi orang yang hendak memanfaatkannya.
2.   Mudah dipahami (comprehensibility) : Informasi harus mudah dipahami oleh pembuat keputusan, baik informasi tersebut diperuntukkan dalam pembuatan keputusan yang sifatnya rutin maupun strategis. Informasi yang rumit dan berbelit-belit hanya akan membuat kurang efektifnya keputusan manajemen
3.   Relevansi : Informasi yang diperlukan adalah yang benar-benar relevan dengan permasalahan, misi dan tujuan organisasi.
4.   Bermanfaat : Informasi harus tersaji kedalam bentuk-bentuk yang memungkinkan pemanfaatannya oleh organisasi yang bersangkutan.
5.   Tepat waktu : Informasi harus tersedia tepat pada waktunya, syarat ini utamanya sangat penting pada saat organisasi membutuhkan informasi ketika manajer hendak membuat keputusan yang krusial.
6.   Keandalan  : Informasi harus diperleh dari sumber-sumber yang dapat diandalkan kebenarannya. Pengolah data atau pemberi informasi harus dapat menjamin tingkat kepercayaan yang tinggi atas informasi yang disajikan.
7.   Akurat : Syarat ini mengharuskan informasi harus bersih dari kesalahan dan kekeliruan. Ini berarti juga bahwa informasi harus jelas dan secara akurat mencerminkan makna yang terkandung dari data pendukungnya.
8.   Konsisten : Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi di dalam penyajiannya, karena konsistensi merupakan syarat penting bagi dasar pengambilan keputusan.

Tampak bahwa ada berbagai macam syarat yang harus dipenuhi bagi informasi untuk kepentingan manajemen. Pengolah data atau penyedia informasi harus mempertimbangkan segi-segi waktu penyajian isi, format maupun segi-segi lain dari informasi tersebut. Ini dapat dipahami karena dalam organisasi modern, kualitas informasi yang dipergunakan dalam manajemen itulah yang akan menentukan efisiensi dan efektifitas organisasi yang bersangkutan.

C.      Manajemen
Berikutnya manajemen atau ilmu manajemen terhadap informasi. Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Gaol, 2008). Dari prinsip-prinsip administrasi klasik, kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer Menurut Luther M. Gullick  tercakup dalam akronim POSDCORB (planning, organizing, staffing, directing, coordinating/controlling, budgeting). Lebih ringkas lagi, kegiatan manajemen tercakup dalam tiga kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.
Di dalam perencanaan, manajer mendefinisikan tujuan organisasi, menentukan arah tindakan bagi organisasi, serta menentukan langkah-langkah strategis guna mencapai tujuan organisasi. Dalam pengorganisasian, manajer mengatur atau menata kegiatan-kegiatan operasional supaya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, antara lain dengan mengadakan pembagian kerja, penetapan struktur kewenangan dan rantai komando, penempatan pegawai dalam satuansatuan organisasi dan sebagainya. Pengendalian manajer mengadakan evaluasi apakah prestasi yang dicapai oleh organisasi telah sesuai dengan standar baku yang telah ditetapkan.

D.      Sistem Informasi Manajemen
Dari semua pengertian di atas mengenai sistem, informasi, dan manajemen, Sistem Informasi Manajemen dapat disimpulkan bahwa tujuan dibentuknya Sistem informasi manajemen adalah supaya organisasi memiliki suatu sistem yang dapat diandalkan dalammengolah data menjadi informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen baik yang berkaitan dengan keputusan keputusan rutin maupun keputusan-keputusan strategis.
Dengan demikian Sistem Informasis Manajemen adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi data maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi. Lebih lengkapnya Sistem Informasis Manajemen adalah jaringan prosedur pengolahan data yang dikembangkan dalam organisasi dan disatukan apabila di pandang perlu, dengan maksud memberikan data kepada manajemen setiap waktu diperlukan, baik data yang bersifat intern maupun yang bersifat ekstern, untuk dasar pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Sistem Informasi Manajemen merupakan kumpulan dari sistem-sistem informasi. SIM tergantung dari besar kecilnya organisasi dapat terdiri dari sistem-sistem informasi sebagai berikut:
1.             Sistem informasi akuntansi (accounting information system),menyediakan informasi dari transaksi keuangan.
2.             Sistem informasi pemasaran (marketing information system), menyediakan informasi untuk penjualan, promosi penjualan, kegiatan-kegiatan pemasaran, kegiatan-kegiatan penelitian pasar dan lain sebagainya yang berhubungan dengan pemasaran.
3.             Sistem informasi manajemen persediaan (inventory management information system).
4.             Sistem informasi personalia (personnel information systems).
5.             Sistem informasi distribusi (distribution information systems).
6.             Sistem informasi pembelian (purchasing information systems).
7.             Sistem informasi kekayaan (treasury information systems).
8.             Sistem informasi analisis kredit (credit analiysis information systems).
9.             Sistem informasi penelitian dan pengembangan (research and development information systems).
10.         Sistem informasi teknik (engineering information systems).

Semua sistem-sistem informasi tersebut dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada semua tingkatan manajemen, yaitu manajemen tingkat bawah (lower level management), managemen tingkat menengah (middle level management) dan manajemen tingkat atas (top level management).
Top level management dengan executive management dapat terdiri dari direktur utama (president), direktur (vise-president) dan eksekutif lainnya di fungsi-fungsi pemasaran, pembelian, teknik, produksi, keuangan dan akuntansi. Sedang middle level management dapat terdiri dari manajer-manajer devisi dan manajer-manajer cabang. Lower level management disebut degan operating management dapat meliputi mandor dan pengawas.
Top level management disebut juga dengan strategic level, middle level management dengan tactical level dan lower management dengan tehcnical level.
 










E.      Pengolahan Komputer
Semula komputer tidak direncanakan untuk pengolahan informasi, tetapi kini terutama justru diterapkan dalam bidang ini. Persyaratan teknis sebuah sistem informasi manajemen berdasarkan komputer secara singkat, adalah:










F.      Sistem Informasi Manajemen Di Mata User

Kebanyakan pemakai sistem informasi manajemen berdasarkan komputer adalah sebagai berikut:
 











Petugas administrasi dapat merasakan bertambahnya kebutuhan akan masukan (input) pada saat upaya SIM dimulai dan sebuah database sedang disusun. Prosedur baru untuk mengendalikan data akan ditetapkan. Proses administrasi akan berubah dengan memakai alat-alat online seperti unit peraga, alat pencetak, dan alat untuk memasukkan data. Para petugas di seluruh bagian organisasi akan diminta melaporkan informasi yang sebelumnya mereka simpan dalam arsip atau “catatan rahasia” mereka sendiri.
Para penyelia tingkat pertama akan membutuhkan lebih banyak masukan data tetapi akan merasakan peningkatan besar dalam pemer olehan informasi. Informasi keadaan juga akan dicapai secara jauh lebih mudah. Model-model keputusan dapat membantu perkiraan pertama dalam pemecahan persoalan misalnya penjadualan. Laporan cenderung menjadi lebih informatif dan cepat. Analisis dan laporan khusus lebih mudah diperoleh. Umpan balik berbagai prestasi menjadi lebih besar frekuensinya.
Staf ahli yang membantu manajemen tingkat lebih tinggi mendapat manfaat besar dari kemampuan SIM. Database diselidiki untuk kemungkinan sesuatu persoalan. Datanya dianalisis guna menemukan pemecahan yang mungkin. Model per encanaan dipakai untuk menghasilkan pendekatan pertama rencana yang akan diperiksa manajer. Model dasar tersebut memberikan cara-cara penelitian dan rancangan, sementara para staf ahli merumuskan data untuk kebutuhan manajerial.
Manajer pada semua tingkat mempunyai kemampuan baru untuk memper oleh informasi yang relevan dengan fungsi mereka. Untuk pengambilan keputusan, sistem tersebut dapat memberikan saran pemecahan yang optimal secara langsung atau dapat memberikan analisis manusia/mesin dan prosedur keputusan untuk membantu dalam mencapai sebuah keputusan yang baik. Sebagai contoh, seorang manajer untuk suatu ketersediaan barang akan memprogram pengambilan keputusan dalam banyak kasus, misalnya perihal jumlah pesanan.
Dalam situasi rumit seperti pesanan sebuah tempat muatan kendaraan untuk mencapai pembelian yang ekonomis, mungkin algoritma optimisasi tidak dipakai, tetapi sebuah prosedur keputusan diadakan untuk membantu manajer dalam mencapai sebuah pemecahan yang memuaskan. Perencanaan dibantu oleh model perencanaan disertai sebuah dialog manusia/mesin untuk mengadakan percobaan pemecahan.
Secara ringkas, pengolahan rutin paling sedikit terpengaruh oleh penerapan rancangan SIM. Petugas administrasi akan menyiapkan data yang kurang lebih sama, tetapi akan terdapat persyaratan data tambahan, dan semakin banyak alat onlie dipakai. Persyaratan data pada semua tingkat personalia akan ber kembang, tetapi akan terjadi peningkatan tersedianya informasi terbaru yang akurat. Laporan, jawaban atas permintaan informasi, analisis, perencanaan dan pengambilan keputusan akan mendapat pengolahan dan dukungan informasi lebih baik.

G.     Pokok-Pokok Sistem Informasi Manajemen
Sebuah sistem informasi manajemen mengandung elemen-elemen fisik sebagai berikut:
1.   Perangkat keras komputer
2.   Perangkat lunak:
a.              Perangkat lunak sistem umum
b.             Perangkat lunak terapan umum
c.              Program aplikasi
3.   Database (data yang tersimpan dalam media penyimpanan komputer)
4.   Prosedur
5.   Petugas Pengoperasian

Dalam hal penerapan, sebuah subsistem terapan yang lengkap terdiri dari:
1)   Program untuk melaksanakan pengolahan komputer.
2)   Prosedur untuk membuat terapan menjadi operasional (formulir, petunjuk untuk operator, petunjuk untuk pemakai, dan seterusnya).
Subsistem terapan dapat diuraikan dalam bentuk fungsi keorganisasian yang mendukung (pemasaran, produksi, dan sebagainya) atau dalam bentuk jenis kegiatan yang tengah dilaksanakan.

H.      Pengambilan Keputusan
Pemilihan solusi terbaik dapat dipilih dengan berbagai cara. Herry Mintzberg, seorang ahli manajemen telah mengidentifikasi tiga pendekatan (Raymond McLeod & Schell, 2008):
1.   Analisis – Evaluasi atas pilihan-pilihan secara sistematis, dengan mempertimbangkan konsekuensi pilihan-pilihan tersebut pada tujuan organisasi. Salah satu contohnya adalah pertimbangan yang dilakukan oleh para anggota komite pengawas SIM untuk memutuskan pendekatan mana yang harus diambil dalam mengimplementasikan sistem informasi eksekutif.
2.   Penilaian – Proses pemikiran yang dilakukan oleh seorang manajer. Sebagai contoh adalah manajer produksi yang menerapkan pengalaman dan intuisi dalam mengevaluasi gambar pabrik baru yang diusulkan dari model matematika.
3.   Penawaran – Negosiasi antara beberapa manajer. Salah satu contoh adalah proses member dan menerima yang berlangsung antara para anggota eksekutif mengenai pasar yang mana yang harus dimasuki selanjutnya. Di sinilah tempat di mana pengaruh politik dalam perusahaan dapat dilihat dengan jelas.
Ketiga cara tersebut dapat digunakan dalam pemilihan alternatif untuk menyelesaikan masalah atau dalam pengambilan keputusan pada proses bisnis yang penting. Proses keputusan dapat dianggap sebagai sebuah arus dari penyelidikan sampai perancangan dan kemudian pada pemilihan. Tetapi pada setiap tahap hasilnya mungkin dikembalikan ke tahap sebelumnya untuk dimulai lagi. Jadi tahapan tersebut merupakan unsur-unsur sebuah proses bersinambung. Sebagai contoh, pilihan mungkin menolak semua alternatif dan kembali ke tahap perancangan untuk menerbitkan pemecahan tambahan.
Kekuatan yang menggerakkan proses pengambilan keputusan dapat berupa ketidakpuasan atas keadaan saat itu atau imbalan yang diharapkan dari keadaan baru. Dalam kasus ketidakpuasan, kekuatan penggerak adalah penemuan sebuah persoalan. Dalam hal imbalan yang diharapkan, adalah hasil pencarian peluang. Cara lain untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan adalah dalam arti suatu kegiatan berkesinambungan yang digerakkan oleh sebuah sasaran mengubah sistem (bisnis, departemen, keluarga dan sebagainya) dari keadaan sekarang menjadi suatu keadaan yang diharapkan atau tujuan mengakibatkan suatu pencarian cara mencapainya. Proses ini sering disebut “analisis cara tujuan” (means-end analysis).
Beberapa model pengambilan keputusan lebih banyak menekankan pada umpan balik hasil keputusan. Sebagai contoh, Rubenstein dan Haberstroh mengusulkan langkah-langkah berikut ini :
1.             Pengenalan persoalan atau kebutuhan untuk pengambilan keputusan.
2.             Analisis dan laporan alternatif-alternatif.
3.             Pemilihan di antara alternatif yang ada.
4.             Komunikasi dan pelaksanaan keputusan.
5.             Langkah lanjutan dan umpan balik hasil keputusan.

I.       Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (SIMDIK)
Sistem Informasi Manajemen Pendidikan merupakan perpaduan antara sumber daya manusia dan aplikasi teknologi informasi untuk memilih, menyimpan, mengolah, dan mengambil kembali datadalam rangka mendukung kembali proses pengambilan keputusan bidang pendidikan.  Data-data tersebut adalah data empiris atau data/fakta sebenarnya yang benar-benar ada dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Dengan mempertimbangkan uraian-uraian di atas dapat dikemukakan definisi alternatif sistem informasi manajemen pendidikan, yakni: sistem, yang terdiri dari sekelompok orang, pedoman, dan perangkat pengolah data, yang memantau dan mengambil kembali data dari lingkungan, yang memperoleh data dari transaksi dan operasi dalam organisasi, dan yang menyaring, mengatur, dan memilih data serta menyajikannya sebagai informasi kepada para pemangku kepentingan pendidikan/sekolah, terutama bagi para manajer pendidikan pada semua level dan fungsi organisasi, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen, untuk mendukung komunikasi, dan untuk mendukung kegiatan operasional, termasuk di dalamnya kegiatan instruksional.
Tujuan atau kemajuan Lembaga Pendidikan atau sekolah akan bisa tercapai tergantung pada lingkungan pendidikan tersebut. Perubahan yang terjadi dilingkungan pendidikan juga mempengaruhi lembaga pendidikan. Lingkungan pendidikan yang dimaksud adalah ekonomi,politik dan sosial budaya masyarakat. Perlunya sistem informasi bagi lembaga pendidikan yaitu :
1.             Pada tahun 2000an hampir tidak ada lembaga pendidikan yang tidak memanfaatkan media massa untuk mengiklankan lembaga pendidikannya,apalagi menjelang tahun ajaran baru. Metode yang digunakan sangat bervariasi,model yang dipakai juga sangat beraneka ragam, yang menarik untuk dikaji, ada perguruan tinggi yang mempromosikan lembaganya dengan menggunakan model pelawak dan artis (bukan seorang ahli atau ilmuwan).
2.             Lembaga pendidikan tidak bisa lagi dianggap sebagai lembaga sosial semata, karena di dalam lembaga pendidikan tersebut ada berbagai kepentingan yang mengharuskan lembaga tersebut tetap eksis dalam situasi yang penuh persaingan.
3.             Sistem informasi tidak saja menginformasikan apa yang terjadi di dalam lembaga pendidikan , tetapi juga menyerap informasi dari lingkungan untuk kepentingan lembaga pendidikan dan masyarakat.
4.             Perubahan lingkungan ini sangat pesat, misalnya perubahan perundangan, kebijakan pemerintah, perkembangan teknologi  informasi harus segera direspon oleh lembaga pendidikan kalau lembaga tersebut tetap ingin eksis. Lembaga pendidikan yang besar melibatkan orang banyak artinya rentang kendalinya juga semakin meningkat dan pihak ekternal yang terlibat juga banyak.
5.             Semakin luasnya orang yang berkepentingan dengan lembaga atau organisasi diperlukan sistem informasi yang cepat , tepat , relevan , padat, jelas mempunyai daya kuantifikasi dan konsistensi. Oleh karena itu perlu bantuan teknologi informasi,dan juga pimpinan memerlukan peringkasan informasi dari masing-masing bagian dalam rangka pengambilan keputusan.
Manfaat lain dari sistem informasi ini adalah
1.             Lebih mendekatkan masyarakat dengan lembaga-lembaga pendidikan atau sebaliknya mendekatkan sekolah dengan masyarakat di sekitarnya.
2.             Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan dan menggalang dukungan dan bantuan masyarakat tehadap program-program lembaga pendidikan.
Tahap-tahap yang dilalui dalam sistem informasi adalah :
1.             Tahap masukan
2.             Tahap pemrosesan atau pengolahan
3.             Tahap keluaran

Terkait dengan tahap-tahap ini adalah fungsi-fungsi pengumpulan, pemprosesan data, penyediaan informasi,manajemen data dan pengendalian data. Fungsi-fungsi ini sering di sebut sebagai siklus pemprosesan data yang mentransformasi data dari berbagai sumber menjadi informasi yang dibutuhkan oleh internal maupun eksternal organisasi.
















BAB V
MENCIPTAKAN DISIPLIN DISEKOLAH

A. Merancang kedisiplinan Di Sekolah
Sekolah yang tertib, aman, dan teratur merupakan prasyarat agar siswa dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini dapat terjadi jika disiplin sekolah berjalan dengan baik. Kedisiplinan siswa dapat ditumbuh kembangkan jika iklim sekolah menunjukan kedisiplinan. Siswa, baru akan segera menyesuaikan diri dengan situasi di sekolah. Jika situasi sekolah disiplin, siswa akan ikut disiplin. Guru dan kepala sekolah memegang peranan penting dalam membentuk disiplin sekolah mulai dari merancang, melaksanakan dan menjaganya.
Cara merancang kedisiplinan sekolah :
1.   Penyusunan rancangan harus melibatkan guru, stap adminstrasi, wakil siswa dan wakil orang tua serta komite sekolah. Dengan ikut menyususun, diharapkan mereka merasa bertanggungjawab atas kelancaran pelaksaaannya.
2.   Rancangan harus sesuai dengan misi dan tujuan sekolah. Artinya disiplin yang dirancang harus dijabarkan dari tujuan sekolah.
3.   Rancangan harus singkat dan jelas sehingga mudah dipahami.
4.   Rancangan harus memuat secara jelas daftar prilaku yang dilarang serta sangsinya. Sangsi yang diterapkan harus yang bersifat mendidik dan telah disepakati oleh siswa, guru, dan wakil orang tua siswa.
5.   Peraturan yang telah disepakati oleh siswa, guru dan wakil orang tua siswa
6.   Peraturan yang disepakati bersama harus disosialisasikan. Misalnya melalui surat pemberitahuan, sehingga semua pihak terkait memahaminya. Jika perlu dilakukan kampanye untuk itu.
7.   Kegiatan yang terkait dengan aktivitas siswa harus diarahkan dalam pembentukan disiplin sikolah.
Agar peraturan dapat berjalan dengan baik, perlu dilakukan langkah langkah sebagai berikut :
1. Memasyarakatkan peraturan tersebut sehingga mendapat dukungan dari berbagai pihak.
2. Yakinkan guru, siswa dan orang tua bahwa peraturan tersebut dapat menumbuhkan kedisiplinan warga sekolah.
3. Berilah kepercayaan kepada guru, stap administrasi untuk melaksanakan kedisiplinan sehari - hari.
4. Lakukan pemantauan terhadap pelaksanaan peraturan, antara lain dengan mengunjungi kelas.
5. Menjadi teladan, dengan berlaku disiplin sesuai dengan peraturan setiap tempat dan waktu. Ingat keteladanan lebih ampuh dari pada seribu nasihat.
6. Segera atasi jika ada pelanggaran dengan menetapkan sangsi secara konsisten. Dorong guru untuk memberi peringatan jika tampak ada gejala penyimpangan dari siswa.
7. Secara periodik dilakukan peninjauan kembali untuk mengetahui apakah peraturan tersebut masih cocok atau perlu penyempurnaan.

B. Strategi implementasi dan Tata Cara Disiplin Sekolah
Terdapat beberapa cara untuk menanamkan disiplin pada anak didik baik itu dilingkungan keluarga maupun dilingkungan sekolah diantaranya sebagai berikut:
A. Cara Otoriter
Pada cara ini guru menentukan aturan-aturan batasan yang mutlak yang harus ditaati oleh anak-anak, dan anak harus tunduk dan patuh dan tidak ada pilihan lain. Akan tetapi dengan mempergunakan sikap otoriter ini anak akan memperlihatkan reaksinya misal: menentang atau melawan karena anak merasa dipaksa, maka menetang dan melawan, bisa ditampilkan  dalam tingkah laku yang melanggar norma dan menimbulkan persoalan pada dirinya. Cara otoriter memang biasa digunakan pada permulaan menanamkan disiplin

B.  Cara Bebas
Pada cara bebas ini pengawasan menjadi berkurang, anak sudah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya benar, pada umumnya kesadaran ini terjadi pada keluarga. Keluarga yang keduanya bekerja dan tidak ada waktu untuk mendidik anak dengan baik, yang mana orang tua lebih melimpahkan anak kepada guru. Sedangkan orang tua sendiri hanya bertindak sebagai polisi yang mengawasi, menegor dan mugkin memahrahi. Orang tua tidak bisa berintraksi langsung dengan anak. Oleh karena itu hubungana anak dengan orang tua tidak baik, dan anak akan merasa sendiri sehingga menjadikan perkembnagan kepribadinya tidak terarah.
C.  Cara Demokratis
Cara ini dilakukan dengan cara memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan disini tidak mutlak yaitu perlu adanya bimbingan penuh pengertian antara anak dan guru atau orang tuanya. Dengan cara demokratis anak akan tumbuh rasa tanggung jawab untuk memperhatikan sesuatu tingkah laku dan memupuk kepervcayaan dirinya. Dan jika tingkah lakunya tidak berkenan bagi teman-temanya maka anak mampu menghargai tutntutan pada lingkungan sekolhnya.

C. Teknik-teknik penanaman disiplin
A. Teknik yang berorientasi pada kasih sayang
Teknik ini dikenal dengan menanamkan disiplin dengan meyakinkan tanpa kekuasaan, memberikan pujian dan menerangkan sebab-sebab sesuatu tingkah oleh anak, yang mana anak memperkembangkan rasa tanggung jawab dan disiplin yang baik.



B.  Teknik yang bersifat Material
Tehnik ini menggunakan hadiah-hadiah yang benar-benar berwujud atau hukuman mendidik meyakinkan melalui kekuasaan(power assertive discipline)

D. Jenis-jenis disiplin
A. Disiplin dirumah yaitu:
ü   Disiplin belajar
ü   Disiplin membantu orang tua
ü   Disiplin beribadah
B.  Disiplin disekolah yaitu:
ü   Masuk sekolah tepat waktu
ü   Memakai pakaian seragam sekolah mentaati tatatertib sekolh
ü   Menghormati ibu tau bapak guru

Pentingnya Disiplin pada Anak
          Dengan menerapkan disiplin kepada anak, akan bisa membagi waktu kapan mereka bermain dan belajar, pentingnya disiplin bagi anak:
a.    Dengan disiplin anak akan mengerti tentang suatu peraturan yang diberikan oleh guru dan orang tua.
b.   Menumbuhkan rasa kepercayaan anak.
c.    Dengan disiplin anak dapat melaksanakan tugas yang telah deberikan oleh orang tua dan gurunya.

Mentaati tata tertib
          Disiplin merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada anak didik di sekolah sedini mungkin. Sekolah adalah tempat utama melatih dan memahami pentingnya disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Supaya proses pembelajaran berlangsung kondusif maka sekolah harus mempunyai tata tertib. Tata tertib itu antara lain:

Masuk Sekolah
·      Siwa harus datang di sekolah selambat-lambatnya 10 menit sebelum pembelajaran dimulai
·      Menaruh tas dan alat tulis lainnya di laci meja masing-masing kemudian keluar kelas
·      Siswa yang mendapat tugas/piket harus hadir lebih awal
·      Siswa yang sering terlambat harus diberi teguran
·      Siswa yang tidak masuk karena alasan tertentu harus memberi tahu sebelum atau sesudahnya, secara lisan atau tulisan
·      Guru tidak boleh terlambat atau absen tanpa ijin
Masuk Kelas
·      Siswa segera berbaris di depan kelas ketika bel berbunyi
·      Ketua kelas menyiapkan barisan
·      Siswa masuk kelas satu persatu dengan tertib dan duduk ditempat masing-masing
·      Guru memeriksa kerapian, kebersihan dan kesehatan siswa satu per satu

Di Dalam Kelas
·      Berdo’a bersama dipimpin oleh salah seorang siswa
·      Memberi salam kepada guru saat pelajaran akan dimulai
·      Guru memanggil/mengabsen siswa. Yang tidak masuk ditulis dipapan absen serta alasannya/keterangan kenapa tidak masuk
·      Pada saat pelajaran berlangsung siswa harus tetap tertib, tidak boleh ribut, bercanda atau kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran
·      Siswa tidak boleh meninggalkan kelas tanpaalasan tertentu
·      Guru juga tidak diperkenankan meninggalkan kelas ketika pelajaran berlangsung, walaupun siswa sedang mengerjakan tugas


Waktu Istirahat
·    Pada saat bel istirahat berbunyi siswa keluar kelas dengan tertib
·    Guru keluar kelas setelah semua siswa keluar
·    Siswa tidak boleh ada dikelas ketika istirahat
·    Selama istirahat siswa tidak diperkenankan meninggalkan sekolah tanpa ijin
·    Pada saat bel masuk lagi berbunyi (setelah istirahat) siswa masuk kelas dengan tertib dan duduk dengan tenang di tempat masing-masing
·    Sebaiknya guru sudah berada dikelas lebih dulu menjelang bel masuk berbunyi
Waktu Pulang
·      Ketika bel pulang berbunyi, pelajaran berakhir, ditutup dengan berdo’a dan salam kepada guru
·      Guru memberikan nasehat-nasehat, mengingatkan tentang tugas-tugas, pekerjaan rumah dan sebagainya
·      Siswa keluar kelas dengan tertib






E. Langkah langkah yang strategis untuk dijalankan :
1.    Berilah penghargaan kepada guru karyawan dan siswa yang berprilaku disiplin, baik secara perorangan atau kelomp[ok. Penghargaan dapat berupa piagam atau diumumkan dalam suatu acara tertentu atau lainnya.
2.    Tumbuhkan lingkungan yang saling menghargai sesuai dengan budaya setempat misalnya memberi kritik, dengan kritik prilakunya dan bukan orangnya. Fokuskan pada kerjasama dan kompetisi yang sehat, hindari kata kata kasar dan hukuman fisik.
3.    Bangun rasa kepedulian, kebersamaan di sekolah, dengan meyakinkan semua pihak bahwa sekolah milik bersama, sehingga baik buruk sekolah, termasuk disiplin merupakan tanggungjawab semua pihak.
4.    Ikut sertakan orang tua siswa, sehingga mereka dapat mendorong anaknya untuk berprilaku didsiplin, baik di sekolah maupun di rumah. Dengan keikutsertaan orang tua tidak akan kaget jika ternyata anaknya melanggar dan mendapatkan sangsi di sekolah.
5.    Ikut sertakan OSIS. Seringkali siswa lebih mudah menerima jika dingatkan oleh teman sendiri. Dengan melibatkan OSIS diharapkan akan terjadi mekanisme saling mengingatkan antar siswa.
6.    Hindarkan sekolah dari ancaman pihak luar, agar siswa merasa aman di sekolah. Untuk itu periksa situasi lingkungan sekolah dan temukan dimana kemungkinan terjadi gangguan.
7.    Siapkan prosedur yang harus ditempuh jika ada keadaan darurat dan bila perlu keadaan tersebut dilaporkan kepada pihak yang berwajib.
8.    Buatlah daftar siswa yang bermasalah ( peta siswa ) agar mereka meperoleh pembinaan khusus.
9.    Lakukan evaluasi tentang pelaksanan kedisiplinan melalui pertemuan warga sekolah.







BAB VI
MANAJEMEN KONFLIK
A. Hakekat Konflik
Konflik pada hakekatnya mengandung arti perbedaannya pandangan atau pendapat yang muncul diantara dua orang atau lebih. Konflik pasti pernah kita alami baik dalam pergaulan, dalam organisasi atau perusahaan begitu juga dalam dunia pendidikan selama masih berhubungan atau berinteraksi  dengan manusia. Masalah konflik merupakan fakta yang tidak bisa dihindarkan tapi harus di kelola dan di selesaikan.
Konflik adalah Suatu proses yang mulai bilamana satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang diperhatikan pihak pertama, segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua pihak atau lebih. Konflik tidak dapat dihindari oleh organisasi. Organisasi tidak harus menghilangkan semua konflik hanya konflik yang merugikan yang harus dihilangkan.
Sebenarnya konflik itu sendiri pada hakekatnya merupakan proses dinamis, dapat dilihat, dapat di uraikan dan dapat dianalisis. Konflik  mempunyai konotasi positif maupun negatif, memandang pada cara memilah hakekat konflik dan pengaruhnya terhadap efektivitas pencapaian tujuan organisasi.
Berikut ini pendapat dari beberapa orang mengenai konflik antara lain:
Menurut Nardjana (1994) Konflik yaitu akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya saling terganggu.

Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)


Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn
 (1998:580) yang dimaksud dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) yaitu Conflict is a situation which two or more people disagree over issues of organisational substance and/or experience some emotional antagonism with one another, yang kurang lebih artinya konflik adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.

B.  Tahapan Terjadinya Konflik
Pada umumnya konflik berlangsung dalam lima tahap, yaitu tahap potensial, konflik terasakan, pertentangan, konflik terbuka, dan akibat konflik.
1.             Tahap potensial, yaitu munculnya perbedaan di antara individu, organisasi, dan lingkungan merupakan potensi terjadinya konflik;
2.             Konflik terasakan, yaitu kondisi ketika perbedaan yang muncul dirasakan oleh individu, dan mereka mulai memikirkannya;
3.             Pertentangan, yaitu ketika konflik berkembang menjadi perbedaan pendapat di antara individu atau kelompok yang saling bertentangan;
4.             Konflik terbuka, yaitu tahapan ketika pertentangan berkembang menjadi permusuhan secara terbuka;
5.             Akibat konflik, yaitu tahapan ketika konflik menimbulkan dampak terhadap kehidupan dan kinerja.

     Louis R. Pondy (dalam George & Jones, 1999:660) merumuskan lima episode konflik yang disebut "Pondys Model of Organizational Conflict". Menurutnya, konflik berkembang melalui lima fase secara beruntun, yaitu : latent conflict, perceived conflict, felt conflict, manifest conflict and conflict aftermath.
1.             Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
2.             Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3.             Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi, ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan
4.             Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5.             Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
Pickering (2006:22,23) membagi tahap-tahap perkembangan konflik, yaitu :
1.             Tahap pertama, dimana terjadi perselisihan-perselisihan kecil sehari-hari. Biasanya dalam kelompok terdapat perbedaan nilai kehidupan, budaya, kebutuhan, dan tujuan hidup. Perbedaan-perbedaan ini, mulai bersinggungan dan menimbulkan rasa jengkel, dan sebagainya.
2.             Tahap kedua, dimana tantangan menjadi lebih besar. Unsur persaingan mulai menonjol. Bahkan sudah menyangkut urusan pribadi, dan mulai mencari kesalahan orang lain.
3.             Tahap ketiga, dimana terjadi pertarungan terbuka, mengakibatkan tujuan bergeser dari ingin menang menjadi ingin menyakiti.

C. Jenis Konflik Terbuka Dan Cara Penyelesaiannya  
Jenis Konflik berdasarkan Sifat Pelaku yang berkonflik terdiri dari dua jenis yaitu Konflik terbuka dan konflik tertutup. Konflik terbuka merupakan konflik yang diketahui semua pihak selain pihak yang bertikai atau yang mempunyai konflik sedangkan Konflik tertutup merupakan konflik yang hanya diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat konflik.
Konflik terbuka biasanya konflik yang melibatkan banyak orang, berdampak kepada orang banyak dan mempengaruhi kehidupan banyak orang.

Contoh Konflik Terbuka seperti:
1.             Konflik antara Indonesia dengan Malaysia karena memperebutkan hak kepemilikan batik.
2.             Konflik Daerah Aceh yang ingin merdeka dan melepaskan diri dari Indonesia.

Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana. Cepat-tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik tersebut serta kemampuan campur tangan (intervensi) pihak ketiga yang turut berusaha mengatasi konflik yang muncul. Sulit dalam menyelesaikan konflik karena begitu banyaknya orang-orang yang terkadang pro dan kontra, terlalu banyak pihak yang dirugikan, pihak yang terlibat.
Cara penyelesaian Konflik yang sifatnya terbuka biasanya melibatkan banyak orang dan biasanya ada orang yang bertindak sebagai mediator atau penegah yang membantu proses penyelesaian konflik tersebut.
Metode yang sering digunakan untuk menangani konflik adalah pertama dengan mengurangi konflik; kedua dengan menyelesaikan konflik. Untuk metode pengurangan konflik salah satu cara yang sering efektif adalah dengan mendinginkan persoalan terlebih dahulu (cooling thing down). Cara lain adalah dengan membuat “musuh bersama”, sehingga para anggota di dalam kelompok tersebut bersatu untuk menghadapi “musuh” tersebut. Cara semacam ini sebenarnya juga hanya mengalihkan perhatian para anggota kelompok yang sedang mengalami konflik. 
Cara kedua dengan metode penyelesaian konflik. Cara yang ditempuh adalah dengan mendominasi atau menekan, berkompromi dan penyelesaian masalah secara integratif.
1.             Dominasi (Penekanan)
Dominasi dan penekanan mempunyai persamaan makna, yaitu keduanya menekan konflik, dan bukan memecahkannya, dengan memaksanya “tenggelam” ke bawah permukaan dan mereka menciptakan situasi yang menang dan yang kalah. Pihak yang kalah biasanya terpaksa memberikan jalan kepada yang lebih tinggi kekuasaannya, menjadi kecewa dan dendam. Penekanan dan dominasi bisa dinyatakan dalam bentuk pemaksaan sampai dengan pengambilan keputusan dengan suara terbanyak (voting).
2.             Kompromi
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang di tengah dari dua pihak yang berkonflik ( win-win solution ). Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak membuat penyelesaian yang terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik
3.             Penyelesaian secara integratif
Dengan menyelesaikan konflik secara integratif, konflik antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan persoalan bersama yang bisa dipecahkan dengan bantuan tehnik-tehnik pemecahan masalah (problem solving). Pihak-pihak yang bertentangan bersama-sama mencoba memecahkan masalahnya,dan bukan hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi. Meskipun hal ini merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya sering sulit tercapai secara memuaskan karena kurang adanya kemauan yang sunguh-sungguh dan jujur untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan persoalan.

D. Cara Penyelesaian Konflik Yang Efektif
Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana. Cepat-tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik tersebut. Langkah langkah yang harus dilakukan sebelum menyelesaikan konflik adalah sebagai berikut:
1.             Usahakan memperoleh semua fakta mengenai keluhan itu,
2.             Usahakan memperoleh dari kedua belah pihak,
3.             Selesaikan problema itu secepat mungkin.

Menurut Wahyudi (2006: 15), untuk mengelola dan menyelesaikan konflik ada beberapa cara yang harus dilakukan antara lain:
1.             Disiplin
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah konflik. Seseorang harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk memahaminya.
2.             Pertimbangan pengalaman dalam tahapan kehidupan
Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya.
3.             Komunikasi
Suatu komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegiatan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
4.             Mendengarkan secara aktif
Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan seseorang telah memiliki pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali seseorang dengan tanda bahwa mereka telah mendengarkan.

Cara mengatasi konflik juga dapat dilakukan melalui hal-hal berikut ini:
1.             Rujuk
Merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama dan menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama.
2.             Persuasi
Usaha mengubah posisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian yang mungkin timbul, dengan bukti faktual serta dengan menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten dengan norma dan standar keadilan yang berlaku.
3.             Tawar-menawar
Suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak, dengan saling mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini dapat digunakan komunikasi tidak langsung, tanpa mengemukakan janji secara eksplisit
4.             Pemecahan masalah terpadu
Usaha menyelesaikan masalah dengan memadukan kebutuhan kedua pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan kebutuhan berlangsung secara terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternatif pemecahan secara bersama dengan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.
5.             Penarikan diri
Suatu penyelesaian masalah, yaitu salah satu atau kedua pihak menarik diri dari hubungan. Cara ini efektif apabila dalam tugas kedua pihak tidak perlu berinteraksi dan tidak efektif apabila tugas saling bergantung satu sama lain.
6.             Pemaksaan dan penekanan
Cara ini memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah; akan lebih efektif bila salah satu pihak mempunyai wewenang formal atas pihak lain. Apabila tidak terdapat perbedaan wewenang, dapat dipergunakan ancaman atau bentuk-bentuk intimidasi lainnya. Namun, cara ini sering kali kurang efektif karena salah satu pihak hams mengalah dan menyerah secara terpaksa.

Apabila pihak yang bersengketa tidak bersedia berunding atau usaha kedua pihak menemui jalan buntu, maka pihak ketiga dapat dilibatkan dalam penyelesaian konflik.
1.             Arbitrase (arbitration)
Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat. Cara ini mungkin tidak menguntungkan kedua pihak secara sama, tetapi dianggap lebih baik daripada terjadi muncul perilaku saling agresi atau tindakan destruktif.
2.             Penengahan (mediation)
Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta mela-pangkan jalan untuk pemecahan masalah secara terpadu. Efektivitas penengahan tergantung juga pada bakat dan ciri perilaku mediator.
3.             Konsultasi
Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua pihak serta mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik. Konsultan tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha untuk menengahi. la menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan persepsi dan kesadaran bahwa tingkah laku kedua pihak terganggu dan tidak berfungsi, sehingga menghambat proses penyelesaian masalah yang menjadi pokok sengketa.

E.  Proses Dan Tahapan Pengolaan Konflik
Manajemen harus mampu meredam persaingan yang sifatnya berlebihan (yang melahirkan konflik yang bersifat disfungsional  yang justru merusak  spirit sinergisme organisasi tanpa melupakan continous re-empowerment. Ada 6 tipe pengelolaan konflik yang dapat dipilih dalam menangani konflik yang muncul (Dawn M. Baskerville, 1993:65) yaitu:
1.             Avoiding; gaya seseorang atau organisasi yang cenderung untuk menghindari terjadinya konflik. Hal-hal yang sensitif dan potensial menimbulkan konflik sedapat mungkin dihindari sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka.
2.             Accomodating; gaya ini mengumpulkan dan mengakomodasikan pendapat-pendapat dan kepentingan pihak-pihak yang terlibat konflik, selanjutnya dicari jalan keluarnya dengan tetap mengutamakan kepentingan pihak lain atas dasar masukan-masukan yang diperoleh.
3.             Compromising; merupakan gaya menyelesaikan konflik dengan cara melakukan negosiasi terhadap pihak-pihak yang berkonflik, sehingga kemudian menghasilkan solusi (jalan tengah) atas konflik yang sama-sama memuaskan (lose-lose solution).
4.             Competing; artinya pihak-pihak yang berkonflik saling bersaing untuk memenangkan konflik, dan pada akhirnya harus ada pihak yang dikorbankan (dikalahkan) kepentingannya demi tercapainya kepentingan pihak lain yang lebih kuat atau yang lebih berkuasa (win-lose solution).
5.             Collaborating; dengan cara ini pihak-pihak yang saling bertentangan akan sama-sama memperoleh hasil yang memuaskan, karena mereka justru bekerja sama secara sinergis dalam menyelesaikan persoalan, dengan tetap menghargai kepentingan pihak lain. Singkatnya, kepentingan kedua pihak tercapai (menghasilkan win-win solution).
6.             Conglomeration (mixtured type); cara ini menggunakan kelima style bersama-sama dalam penyelesaian konflik

Untuk mengelola konflik, strategi manajemen konflik di tempuh dengan tujuan untuk menjembatani dan menekan masalah agar tidak terjadi konflik yang berakibat fatal. Istilah manajemen konflik sendiri adalah serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik.

Menurut Ross (1993: 7) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.

Sementara Minnery (1980: 220) menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan kota merupakan proses. Minnery juga berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan kota merupakan bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik perencanaan kota secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang representatif dan ideal. Sama halnya dengan proses manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa manajemen konflik perencanaan kota meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik. Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan kota dan melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai partisipan atau pihak ketiga.

F.  Aktivitas Dalam Penerapan Konflik Di Sekolah
Jennifer Batton, menyebutkan beberapa prinsip dasar implimentasi dalam manajemen konflik pendidikan, yaitu :
1. Needs Assessment (perkiraan kebutuhan)
2. Secure Administrative Support (Administrasi yang terjamin)
3. Select Site Leadership Team (Menyeleksi orang-orang yang terlibat dalam kepemimpinan)
4. Orient Students (Orientasi siswa)
5. Select Students and/or Staff to be Involved (menyeleksi para peserta didik dan staff untuk lebih terlibat dalam pendidikan)
6. Provide Training (Mengadakan training)
7. Publicize Programming (melakukan publikasi program)
8. Utilize the Program
9. Evaluate the Program (dan evaluasi program), (Jennifer Batton, 2007).

Implementasi manajemen konflik dalam pendidikan dilakukan dengan beberapa pendekatan. Menurut Donna Crawford dan Richard dalam laporannya menyebutkan bahwa memiliki empat pendekatan dalam melakukan implimentasi manajemen Konflik dalam bidang pendidikan yaitu :
1.         Process Curriculum: yaitu dalam penyusun kurikulum selalu melibat seluruh elemen yang berkepentingan. Disamping terus melakukan pelatihan-pelatihan untuk guru dan kalau memungkinkan selalu melibatkan masyarakat dalam proses penyusunan kurikulum, proses pengembangan dan selalu melakukan follow up terhadap gejala-gejala konflik dalam pendidikan.
2.         Mediation Program: menyiapkan training/pelatihan untuk guru supaya mampu memediasi persoalan-persoalan di sekolah. Disamping menyiapkan module untuk para guru.
3.         Peaceable Classroom: yaitu semua guru yang mengajar di sekolah mampu melakukan kerjasama dengan sesama guru dan pihak manajemen sekolah. Disamping memberi pemahaman kepada siswa sebagai peace maker.
4.         Peaceable School : Menerapkan manajemen konflik di sekolah secara konperehensif dalam sistem pendidikan. Dengan terus mengembangkan proses pembelajara untuk siswa, guru dan masyarakan. Guru terus dikembangkan menjadi profesional, murid diharapkan punya informasi tentang konflik dan masyarakat harus punya inistive untuk pemahaman (Donna Crawford dan Richard Bodine, 1996).
Dampak Konflik yang Positif dan Negatif
a.    Dampak Positif dari Konflik
1) Memungkinkan ketidakpuasan yang tersembunyi muncul ke permukaan, sehingga sekolah sebagai suatu organisasi dapat melakukan penyesuaian.
2)  Mendinamiskan suatu organisasi sekolah, sehingga tidak berjalan rutin dan statis.

b.    Dampak Negatif dari konflik
1)             Menimbulkan perasaan “tidak enak” sehingga menghambat komunikasi dan bahkan menimbulkan ketegangan.
2)             Menimbulkan perpecahan dalam sekolah yang dapat mengganggu perhatian guru dan staf dari program sekolah.

Jadi, yang terpenting bagi kepala sekolah bukan mengelak terhadap adanya konflik, tetapi mengelolanya agar dapat mendorong sekolah menjadi dinamis dan konflik tidak melampaui titik patah yang mengakibatkan terhambatnya program sekolah.





















BAB VII
MEMAHAMI/MENGIDENTIFIKASI MANAJEMEN KOMUNIKASI
A. HAKEKAT KOMUNIKASI
Hakikat komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk menyampaikan isi pesannya kepada manusia lain untuk mencapai tujuan tertentu. Manusia hidup dalam dunia komunikasi. Setiap hari dan setiap saat manusia melakukan aktifitas komunikasi antarpribadi, berbicara dengan anggota keluarga, tetangga, dan rekan sejawat. Pada saat berbicara dengan diri sendiri, meyakinkan diri dalam memutuskan sesuatu, manusia melakukan komunikasi intra pribadi. Pada sebuah organisasi, manusia memecahkan masalah atau mengembangkan ide-ide atau inovasi, saling berinteraksi dalam komunikasi kelompok atau organisasi. Jika berinteraksi dengan pihak lain yang mempunyai latar belakang budaya berbeda, maka manusia sudah melakukan komunikasi antarbudaya.
Isi dari interaksi antarmanusia adalah komunikasi. Dua orang dikatakan melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang dilakukan manusia baik perseorangan, kelompok, atau pun organisasi dalam ilmu komunikasi disebut tindakan komunikasi.
B. TAHAPAN UNSUR YANG TERLIBAT DALAM KOMUNIKASI
Menurut Thomas Leech dalam bukunya “Say it like Shakespeare”. Ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu:
(1)Pengirim pesan (sender),
(2)Pesan yang dikirimkan (message),
(3)Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media),
(4)Penerima pesan (receiver),
(5)Umpan balik (feedback).
Leech menambahkan, bahwa untuk membangun komunikasi yang efektif, setidaknya kita harus menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitumembaca-menulis (bahasa tulisan) dan mendengar-berbicara (bahasa lisan). Begitu pentingmya, banyakorang menghabiskan waktunya untukmelakukan,paling tidak,salah satu keempat keterampilan itu
Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi. Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik secara lisan maupun tulisan. Namun, tidak semua orang mampu melakukan komunikasi dengan baik. Terkadang ada orang yang mampu menyampaikan semua informasi secara lisan tetapi tidak secara tulisan ataupun sebaliknya.
Bagaimana membangun sebuah komunikasi efektif tersebut, berikut beberapa unsur yang sebaiknya jadi pertimbangan untuk dikembangkan :
Kontak Mata
Hal pertama yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menatap lawan bicara dan mengambil jeda untuk memulai sebuah pembicaraan. Ini merupakan salah satu cara yang membantu untuk menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan mempertahankan kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara Anda tak merasa diabaikan.


Ekspresi Wajah
Wajah merupakan cermin kepribadian individual. Ekspresi wajah mengungkapkan pikiran yang sedang melintas pada diri seseorang. Sebagi contoh: sebuah senyum mengungkap keramah-tamahan dan kasih-sayang;Mengangkat alis mata menunjukan ekpresi heran; Mengernyitkan dahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan. Semua emosi dan berbagai macam tingkah manusia diekspresikan dalam emosi yang berbeda yang tergambar di wajah. Jadi saat melakukan komunikasi tunjukan ekspresi bahwa Anda tertarik dengan bahan pembicaraan.
Postur Tubuh
Setiap gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengan kekuatan meyakinkan dari Anda. Mereka bisa jadi semacam tambahan untuk cara efektif yang dapat ditangkap secara visual daripada secara verbal.
Sebagai contoh : menundukan kepala menunjukkan penyelesaian pernyataan; mengangkat kepala menunjukkan akhir pertanyaan ; Terlalu sering menggerakan bagian tubuh mengungkapkan sedang bergegas atau kebingungan. Untuk itu perhatikan gerak-gerik Anda saat melakukan komunikasi dengan lawan bicara.
Selera Berbusana
Busana memiliki tugas penting dalam menimbulkan kesan. Orang yang berbusana sesuai dengan struktur tubuh mereka nampak lebih menarik. Penampilan fisik seseorang dan busana yang dikenakan membuat dampak pasti pada proses komunikasi. Kita semua berbusana dan mungkin banyak diantara kita tak terlalu memperhatikan, namun hal kecil ini memiliki peran untuk sebuah efektif. Jika kita memperhatikan bagaimana cara berbusana, hal itu akan memperbaiki kemampun komunikasi kita.
Bagaimanakah caranya agar kita mampu melakukan komunikasi yang baik, komunikasi yang dua arah, komunikasi yang efektif, sehingga target informasi yang harus disampaikan ataupun diserap sesuai dengan harapan ?
Keterampilan dalamberkomunikasi secara efektif dapat dipelajari dan dikuasai dengan latihan rutin dan berkesinambungan secara terus menerus. Untuk dapat melakukan komunikasi efektif ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan yaitu :
1.   Menganalisa                                 3. Menghakimi           
2.   Menyalahkan                                4. Mengintrogasi
Keterampilan yang harus dimiliki dalam melakukan komunikasi efektif adalah keterampilan mendengarkan dan bertanya. Dalam proses berkomunikasi, seseorang harus mampu mendengarkan dan memahaminya dengan baik. Kemudian mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang saling memiliki keterkaitan dan mengarah pada suatu solusi atau ketenangan untuk masing-masing pihak. Sehingga tujuan utama dalam komunikasi yang efektif adalah sebuah win-win solution. Tak ada satupun orang yang mau disalahkan, inilah konsep dasar dari komunikasi efektif.
Komunikasi efektif atau dalam bahasa lain sering pula disebut diplomasi, perlu dilakukan untuk dapat membangun sebuah kesamaan keinginan dari sebuah informasi yang disajikan. Sehingga tujuan yang ingin diraih dapat dilakukan secara bersama-sama.
C. CIRI KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya “the communication is in tune” ,yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan. Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tidakan. Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Dan ada beberapa orang yang mengalami hambatan komunikasi berupa bahasa. Orang yang menghadapi masalah kebahasaan harus diberi suasana aman yang memungkinkannya untuk mengekpresikan emosi dan perasaannya ( Mubayidh,M, 2006)
Ciri-ciri Komunikasi yang Efektif
·      Langsung ke inti persoalan, tidak ragu menyampaikan pesan.
·      Asertif, yang artinya tegas sekalipun jauh dari kesan keras atau mendikte.
·      Bersahabat.
·      Isi pesan jelas dan mudah dipahami.
·      Terbuka, tidak ada pesan dan makna yang tersem-bunyi.
·      Dapat berlangsung secara lisan atau tulisan..
·      Dua arah (seimbang antara berbicara dan mende-ngarkan).
·      Responsif (memperhatikan keperluan dan pandang-an orang lain).
·      Nyambung (menafsirkan pesan dan kebutuhan orang lain dengan tepat).
·      Jujur dalam pengungkapan gagasan, perasaan, atau kebutuhan yang sesungguhnya.
Sedangkan ciri-ciri komunikasi yang  tidak  efektif, antara lain dapat dilihat dari beberapa indikasi-indikasi berikut ini:
1.   Komunikasi dilakukan terlalu bertele-tele..
2.   Komunikator mengkomunikasikan pesannya dengan tidak percaya diri (malu-malu).
3.   Pesan / Informasi disampaikan dengan cara yang tidak simpatik (misalnya: dengan marah-marah).
4.   Pembicaraan yang dilakukan tidak jelas dan tidak fokus pada pesan yang ingin disampaikan.
5.   Komunikasi yang dilakukan berlangsung satu arah. Tidak ada interaksi dengan komunikan.
Komunikasi efektif dipandang sebagai suatu hal yang
penting dan kompleks . Dianggap penting karena ragam dinamika kehidupan (bisnis, politik, misalnya) yang terjadi biasanya menghadirkan situasi kritis yang perlu penanganan secara tepat, munculnya kecenderungan untuk tergantung pada teknologi komunikasi, serta beragam kepentingan yang ikut muncul.
Sebuah komunikasi yang efektif membutuhkan kejernihan pesan, kelengkapan pesan, ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan penampilan fisik secara eksternal. Di era modern ini mungkin nampak 'tolol' melihat seseorang berusaha menciptakan kesadaran komunikasi. Banyak di antara kita memberi sedikit perhatian pada hal ini tetapi kenyataanya komunikasi ini terus berlangsung, tak peduli siapa Anda, jika Anda tidak bisa berkomunikasi dengan semestinya maka tak seorangpun akan mendengarkan Anda. Jadi komunikasi merupakan sebuah asset penting sebagai tambahan untuk kepribadian Anda. 


D. CARA/ TEKHNIK BERKOMUNIKASI SECARA EFEKTIF
Agar proses komunikasi mampu mencapai sasaran (efektif), maka perlu memperhatikan teknik-teknik umum berikut ini:
1.   Perlu adanya ide atau gagasan yang jelas sebelum berkomunikasi.
2.   Periksa tujuan & motif komunikasi.
3.   Periksa lingkungan fisik dan manusia sebelum berkomunikasi (lihat situasi dan kondisi).
4.   Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara.
5.   Komunikasikanlah hal-hal yang bermanfaat saja.
6.   Komunikasi yang efektif perlu tindak lanjut.
7.   KISS: Keep It Short and Simple.
8.   Tindakan komunikator harus sesuai dengan yang dikomunikasikan.
9.   Jadilah pendengar yang baik.
10.         Informasi atau pesan yang disampaikan harus sesuai dengan data dan fakta.
11.         Menggunakan kata-kata yang mudah dipahami oleh komunikan/penerima informasi.
Banyak faktor yang dapat menjadi penghambat seseorang dapat melakukan komunikasi secara efektif. Faktor-faktor tersebut bisa berupa faktor teknis maupun non-teknis. Adapun beberapa faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1.   Perbedaan budaya yang dapat mempengaruhi keefektifan dalam berkomunikasi.
2.   Perbedaan bahasa dapat pula mempengaruhi kefektifan berkomunikasi.
3.   Faktor Biologis. Misalnya seperti adanya kelainan pada mulut seperti gagap dan juga cadel.
4.   Faktor kredibilitas dari komunikator yang menyampaikan informasi.
5.   Faktor kepribadian, seperti misalnya kepribadian yang tertutup dapat mempengaruhi efektifitas dalam berkomunikasi. Kepribadian yang tertutup menghalangi penerimaan pesan yang ingin disampaikan dan tidak terbuka terhadap segala hal.
Lima Aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi efektif (Hoesnan, 2013) antara lain kejelasan (clarity), Ketepatan (accurary), Konsteks(contex), Alur (flow) dan Budaya (culture).
E. PROSES DAN TAHAPAN DALAM BERKOMUNIKASI
Menurut Courtland L. Bovee dan John V. Thil tahapan-tahapan dalam proses komunikasi dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu:
1)     Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan.
2)     Ide diubah menjadi suatu pesan.
3)     Pemindahan pesan.
4)     Penerima menerima pesan.
5)      Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan-balik kepada pengirim.
Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide
Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas dihadapan kita. Sebelum melakukan komunikasi syarat utama adalah adanya ide/gagasan. Seorang komunikator yang baik, harus dapat menyaring hal-hal yang tidak penting atau tidak relevan, dan memusatkan perhatian pada hal-hal yang memang penting dan relevan. Proses tersebut dikenal sebagai abstraksi.

Tahap Kedua: Mengubah Ide menjadi Suatu Pesan

Dalam suatu proses komunikasi tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara sempurna pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu: subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audience, gaya personal, dan latar belakang budaya. Ide yang berbentuk abstrak harus diubah kedalam bentuk pesan.

Tahap Ketiga: Pemindahan Pesan

 Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada kepada si penerima. Pesan tak mungkin dapat dipahami oleh pihak lain tanpa adanya pemindahan pesan. Panjang-pendeknya saluran komunikasi yang digunakan, akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan.

Tahap Keempat: Penerima Menerima Suatu Pesan

Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima suatu pesan pesan tersebut. Pesan tak mungkin dapat dipahami oleh pihak lain tanpa adanya pemindahan pesan.
Tahap Kelima: Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan-Balik ke Pengirim
Umpan-balik (feed back) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Ia merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Feed back dapat berfungsi sebagai koreksi bagi pengirim.

F. CATATAN YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM BERKOMUNIKASI
Ada tiga elemen atau faktor lainnya yang juga penting dalam proses komunikasi, yaitu:
1.   Akibat/dampak/hasil
2.   Akibat ini terjadi pada pihak penerima/komunikan setelah menerima pesan.
3.   Adalah tanggapan balik dari pihak penerima/komunikan atas pesan yang diterimanya
Umpan balik/feedback Ada 6 hal yang perlu dipersiapkan dalam berbicara efektif, yaitu: mengapa,siapa, di mana, kapan, apa dan bagaimana.
Mengapa: Menetapkan Sasaran
Hal pertama yang harus jelas dalam pikiran Anda sebagai pembicara adalah menetapkan sasaran pembicaraan. Penetapan sasaran sangat membantu dalam menentukan arah pembicaraan dan juga bermanfaat dalam memilih bahan yang sesuai dengan sasaran.Pada umumnya sasaran pembicaraan dapat dikelompokkan berdasarkan tujuan, misalnya presentasi tugas, memimpin rapat, mengisi kajian, dan sebagainya.
Siapa: Pendengar
Meneliti apa dan siapa pendengar dapat membantu dalam menetapkan bahan yang akan disampaikan dan meyakinkan diri Anda bahwa Anda menyampaikan bahan pembicaraan kepada pendengar yang tepat.
Hal yang perlu diketahui dari sidang pendengar antara lain :
1. Berapa banyak orang yang hadir?
2. Mengapa mereka hadir di ruang tersebut?
3.       Bagaimana tingkat pengetahuan yang mereka miliki atas topik pembicaraan?
4. Apa harapan mereka atas topik pembicaraan?
5. Bagaimana usia, pendidikan, dan jenis kelamin mereka?

Di Mana: Tempat dan Sarana
Penting bagi Anda untuk mengetahui dan memperhatikan tempat pembicaraan akan dilaksanakan.Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi pembicara:
1.      Melakukan praktek: Apabila pembicaraan dilaksanakan pada ruang yang besar dan luas, maka akan lebih baik untuk mencoba suara terlebih dahulu, sebelum betul-betul berbicara di depan sidang pendengar.
2.      Mempelajari sarana yang tersedia: Sangat bermanfaat, bila Anda lebih dahulu melakukan latihan untuk dapat mengoperasikan tombol-tombol lampu, slide projector, dan OHP (Over Head Projector).
3.      Meneliti gangguan yang mungkin timbul: Anda perlu mewaspadai gangguan yang mungkin timbul, misalnya pembicaraan dilakukan dekat jalan raya sehingga suaramu harus dapat mengalahkan suara kendaraan yang lewat.
4.      Tata letak tempat duduk :Tata letak tempat duduk perlu diperhatikan, diatur, dipersiapkan, dan dikaitkan dengan sasaran pembicaraan.

Kapan: Waktu
Berapa lama waktu yang diperlukan dalam pembicaraan? Anda perlu memperhatikan manajemen waktu.
1. Waktu penyelenggaraan sangat mempengaruhi: Biasanya, waktu sesudah makan siang dikenal sebagai waktu ‘kuburan’. Pendengar yang sudah makan kenyang, apalagi jika makanan yang disajikan enak rasanya, akan membuat pendengar lebih tertarik untuk ‘berngantuk ria’ daripada mendengarkan pembicaraan.
2. Berapa lama waktu yang digunakan: Anda perlu memperhatikan waktu, misalnya waktu untuk pembahasan, waktu istirahat, atau waktu tanya jawab. Agar punya manajemen waktu yang baik, maka perlu latihan terlebih dulu.
3. Masalah konsentrasi: Sangat sulit bagi pendengar untuk berkonsentrasi penuh selama lebih dari 2 jam. Apalagi bila mereka merasa bahwa pembicaraan Anda tidak menarik, tidak bermanfaat, dan tidak berminat. Umumnya seseorang dapat berkonsentrasi penuh pada 20 menit di awal pembicaraan, setelah itu konsentrasi akan menurun sedikit demi sedikit.
Apa: Bahan yang Akan Digunakan
Agar sasaran pembicaraan dapat dicapai, maka persiapan bahan perlu dilakukan. Berikut ini beberapa saran dalam pemilihan bahan:
1.  Menyusun dan memilih bahan: Susunlah pokok-pokok pembicaraan. Sebaiknya pada 45 menit pertama jangan terlalu banyak pokok-pokok yang akan disampaikan. Dalam pemilihan bahan perlu diperhatikan: sasaran pembicaraan, waktu yang tersedia, pendengar, mana bahan yang harus diberikan dan bahan yang tidak perlu diberikan.
2.   Gunakan contoh: Sederhanakan informasi yang sulit dan kompleks. Gunakan juga contoh-contoh yang benar-benar terjadi dan kaitkan dengan pokok-pokok yang ingin disampaikan.
3. Membuka dan menutup pembicaraan: Dalam membuka pembicaraan perlu dirancang agar dapat menimbulkan minat pendengar, dapat menimbulkan rasa butuh dari pendengar, dapat menjelaskan garis besar dan sasaran pembicaraan. Dalam menutup pembicaraan, Anda harus dapat menyimpulkan hal-hal yang telah dibicarakan.
4.   Membuat catatan-catatan apa yang ingin dibicarakan. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengingat urut-urutan dalam pembicaraan adalah membuat catatan tertulis dengan menggunakan kartu-kartu atau kertas kecil. Hal yang dituliskan dalam kartu sebaiknya kata-kata kunci saja dan waktu yang digunakan untuk membicarakan apa yang tertulis di setiap kartu.
Bagaimana: Teknik Penyampaian
Penggunaan kata merupakan basis komunikasi, tetapi dalam kenyataannya keberhasilan dalam pembicaraan tidak hanya ditentukan dari penggunaan kata saja, tetapi justru penggunaan nonkata.
Bicara di depan umum yang berhasil seharusnya memenuhi persentase kontribusi sebagai berikut :
7%    : penggunaan kata
38%  : penggunaan nada dan suara
55%  : penggunaan ekspresi muka, bahasa tubuh, dan gerakan tubuh
          Dalam komunikasi ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan  dalam menciptakan suatu komunikasi efektif (Hoesnan, 2013:193) adalah;
1.             Ketahui mitra bicara (Audience)
Kita harus tau dengan siapa kita berbicara. Dengan mengetahui audience kita harus cerdik dalam memilih-milih kata yang digunakan untuk menyampaikan informasi atau buah pikiran kita.
2.             Ketahui Tujuan
Tujuan kita berkomunikasi akan sangat menentukan cara kita menyampaikan informasi. Bila kita sekedar menyampaikan informasi, tentu komunikaasi bersifat pengumuman.
3.             Perhatian Konstek
Konstek disini bisa berarti keadaan atau lingkunagan pada saat komunikasi. Pada saat komunikasi, konstek sangat berperan dalam memperjelas informasi yang disampaikan.
4.             Pelajari Kultur
Kultur atau budaya, habit atau kebiasaan orang atau masyarakat juga diperhatikan dalam berkominikasi
5.             Pahami Bahasa
“Bahasa menunjukkan bangsa” artinya bahasa dapat menjadi ciri atau identitas suatu bangsa.













DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I             : MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU
A.  Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu ………………………… 1
B.  Dimensi-Dimensi Manajemen Peningkatan Mutu .................................  4
C.  Hubungan Manajemen dan Peningkatan Mutu ……………………….. 5
D.  School Review ………………………………………………………………6
E.  Benchmarking …………………………………………………………… 6
F.   Quality Insurance ……………………………………………………….. 7
G. Quality Control ……………………………………………………………7
BAB II            : MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERKUALITAS
A.  Proses Pembelajaran ………………………………………………………8
B.  Keterampilan Dasar Guru ………………………………………………. 9
C.  Faktor-Faktor Penentu Pembelajaran Berkualitas ………………….. 13
D.  Kepemimpinan Kepala Sekolah ……………………………………….. 15
E.  Supervisi Akademik ……………………………………………………. 16
BAB III          : MANAJEMEN MUTU TERPADU
A.  Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan ………………………. 18
B.Fokus MMT dalam Pendidikan ……………………………………….. 21
C.  Total Quality Education atau Total Quality School  …………………. 23
D.  Sekolah MMT yang Bermutu …………………………………………... 26
BAB IV                        : SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
A.      Sistem …………………………………………………………………….. 28
B.      Data dan Informasi ………………………………………………………. 33
C.      Manajemen ……………………………………………………………...... 35
D.      Sistem Informasi Manajemen …………………………………………… 35
E.      Pengolahan Komputer  …………………………………………………   37
F.       Sistem Informasi Manajemen Di Mata User …………………………    38
G.     Pokok-Pokok Sistem Informasi Manajemen ………………………….   39
H.      Pengambilan Keputusan ………………………………………………… 40
I.         Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (SIMDIK) ………………… 41


BAB V              : MENCIPTAKAN DISIPLIN DISEKOLAH
A.         Merancang kedisiplinan Di Sekolah………………………………. 44
B.         Strategi implementasi dan Tata Cara Disiplin Sekolah ………… 45
C.         Teknik-teknik penanaman disiplin ……………………………….. 46
D.         Jenis-jenis disiplin ………………………………………………….. 46
E.         Langkah langkah yang strategis untuk dijalankan ……………..   49
BAB VI                        : MANAJEMEN KONFLIK
A.    Hakekat Konflik ……………………………………………………… 50
B.     Tahapan Terjadinya Konflik ………………………………………… 51
C.    Jenis Konflik Terbuka Dan Cara Penyelesaiannya ………………… 52
D.    Cara Penyelesaian Konflik Yang Efektif ……………………………. 54
E.     Proses Dan Tahapan Pengolaan Konflik ……………………………  57
F.     Aktivitas Dalam Penerapan Konflik Di Sekolah …………………..   59

BAB VII           : MEMAHAMI/MENGIDENTIFIKASI MANAJEMEN KOMUNIKASI
A.      Hakekat Komunikasi ………………………………………………….. 62
B.       Tahapan Unsur Yang Terlibat Dalam Komunikasi ………………… 62
C.      Ciri Komunikasi Yang Efektif ………………………………………   65
D.      Cara/Tekhnik Berkomunikasi Secara Efektif ……………………….. 67
E.       Proses Dan Tahapan Dalam Berkomunikasi ………………………..  68
F.       Catatan Yang Perlu Diperhatikan Dalam Berkomunikasi …………. 69







KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT. yang senantiasa melimpahkan nikmat dan kerunia-Nya, karena atas rahmat-nya lah kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan paper ini tepat pada waktunya.
Adapun Tugas pembuatan paper ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh Bapak Dosen Mata Kuliah Manajemen Peningkatan Mutu Pasca Sarjana Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan masukan dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan dalam penyusunan yang akan datang.
Akhirnya, mudah-mudahan paper ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi dunia pendidikan di Indonesia.




Penyusun

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar