MAKALAH
MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU
Disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah Manajemen Peningkatan
Mutu
Oleh dosen: Dr. M. Hosnan Dip.Ed,M.Pd.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIDKAM
PASCASARJANA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
BAB I
MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU
A.
Konsep Dasar Manajemen Peningkatan
Mutu
1.
Definisi Manajemen
Pengertian manajemen menurut beberapa
ahli diantaranya adalah:
a.
Menurut Drs. Oey Liang Lee mengartikan
manajemen adalah ilmu dalam perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan dan pengawasan dari manusia untuk menentukan capaian tujuan
sebagaimana yang telah ditetapkan.
b.
Pengertian manajemen menurut James A.F.
Stoner adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunaan terhadap
sumberdaya organisasi lainnya supaya tujuan organisasi dapat tercapai sesuai
dengan yang ditetapkan.
c.
Pengertian manajemen menurut R. Terry
adalah suatu proses khas terdiri tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengontrolan yang dilakukan dalam menentukan
serta mencapai target yang sudah ditetapkan lewat pemanfaatan sumberdaya
manusia dan lainnya.
d.
Pengertian manajemen menurut Lawrence A.
Appley adalah suatu seni untuk mencapai tujuan tertentu lewat usaha yang
dilakukan oleh orang lain
e.
Pengertian manajemen menurut Horold Koont
dan Cyril O’Donnel adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan lewat kegiatan
orang lain.
f.
Pengertian manajemen menurut stoner
adalah suatu proses dalam membuat perencanaan, ppengorganisasian, mengendalikan
dan memimpin segala macam usaha daripada anggota organisasi dan menggunakan
segala sumber daya organisasi dalam mencapai sasaran.
g.
Pengertian manajemen menurut Wilson
Bangun adalah suatu rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh para anggota
organisasi agar tujuan dapat tercapai dengan rangkaian yang teratur dan
tersusun baik.
(sumber:http://informasiana.com/pengertian-manajemen-menurut-para-ahli/#)
Dari beberapa pengertian para ahli
diatas, ada beberapa kesamaan makna walaupun disampaikan dalam bentuk dan tolak
ukur yang berbeda. Adapun pengertian manajemen yang sering digunakan oleh orang
yaitu pengertian manajemen menurut Ricky W. Griffin, dimana beliau mengartikan
manajemen adalah sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengordinasian
dan pengendalian atau kontrol sumber daya dalam mencapai sasaran dengan efisien
dan efektif.
2.
Definisi Mutu
Menurut Crosby (1979:68 dalam Abdul Hadis,
2012: 85) mutu ialah conferment to reqeurment, yaitu sesuai dengan yang
disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk meiliki mutu apabila sesuai standar
atau kriteria mutu yang telah ditentukan. Standar mutu berikut meliputi bahan
baku, proses produksi, dan produk jadi.
Dalam pandangan Umaedi (2009), mutu dapat
diartikan sebagai derajat keunggulan sesuatu barang atau jasa dibandingkan
dengan yang lain. Mutu dapat bersifat abstrak, misal dalam cara hidup yang
bermutu, sikap hidup yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianggap luhur dan
sangat dihormati. Mutu dalam pendidikan dapat ditinjau dari segi relevansinya
dengan kebutuhan masyarakat, cepat tidaknya lulusan memperoleh pekerjaan yang
bergaji besar serta kemampuan di dalam mengatasi berbagai persoalan hidup.
Dari beberapa pendapat diatas dapat kami
simpulkan bahwa manajemen peningkatan mutu adalah serangkaian proses dan
aktifitas sekelompok orang untuk meningkatkan kualitas sebuah lembaga
pendiiddkan dengan mengacu pada prinsip-prinsip manajemen berupa perencanaan,
perngorganisasian, controring dan evaluasi.
3.
Fungsi, Peran dan Kedudukan
Manajemen Mutu
Melihat pengertian manajemen yang diatas,
ada empat tindakan yang sangat penting dalam proses manajemen, 4 tindakan
manajemen ini merupakan fungsi utama dalam manajemen, berikut 4 fungsi utama
dalam manajemen:
Ø
Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan proses dalam
mengartikan seperti apa tujuan organisasi yang ingin dicapai, kemudian dari
tujuan tersebut maka orang-orang di dalamnya mesti membuat strategi dalam
mencapai tujuan tersebut dan dapat mengembangkan suatu rencana aktivitas suatu
kerja organisasi. Perencanaan dalam manajemen sangat penting karena inilah
awalan dalam melakukan sesuatu.
Dalam merencanakan, ada tindakan yang
mesti dilakukan menetapkan seperti apa tujuan dan target yang dicapai,
merumuskan taktik dan strategi agar tujuan dan target dapat tercapai,
menetapkan sumber daya atau peralatan apa yang diperlukan, dan menentukan
indikator atau standar keberhasilan dalam mencapai tujuan dan target.
Ø
Fungsi Pengorganisasian
Langkah selanjutnya setelah kita
merencanakan, maka yang harus dilakukan adalah bagaimana rencana tersebut dapat
terlaksana dengan memanfaatkan segala fasilitas yang tersedia dan dapat
memastikan kepada semua orang yang ada dalam suatu organisasi untuk bekerja
secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi, tindakan dalam
fungsi pengorganisasian yaitu kita dapat mengalokasikan sumber daya, merumuskan
dan menentukan tugas, serta menetapkan prosedur yang dibutuhkan; menentukan
struktur organisasi untuk mengetahui bentuk garis tanggung jawab dan
kewenangan; Melakukan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengembangan
sumberdaya manusia atau sumberdaya tenaga kerja; Kemudian memberikan posisi
kepada seseorang dengan posisi yang tepat.
Ø
Fungsi Pengarahan dan Implementasi
Proses implementasi program supaya bisa
dijalankan kepada setiap pihak yang berada dalam organisasi serta dapat
termotivasi agar semuah pihak dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan sangat
penuh kesadaran dan produktivitas yang sangat tinggi. Adapun fungsi pengarahan
dan imflementasi yaitu menginflementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan,
dan pemberian sebuah motivasi untuk tenaga kerja supaya mau tetap bekerja
dengan efisien dan efektif untuk mencapai tujuan; Memberikan tugas dan
penjelasan yang teratur mengenai pekerjaan; dan menjelaskan kebijakan yang
telah ditetapkan.
Ø
Fungsi pengawasan dan pengendalian
Proses pengawasan dan pengendalian
dilakukan untuk memastikan bahwa seluruh rangkaian kegiatan yang sudah direncanakan,
diorganisasikan dan diterapkan bisa berjalan sesuai dengan harapan target
walaupun agak sedikit berbeda dengan yang target yang telah ditentukan
sebelumnya karena kondisi lingkungan organisasi. Adapun fungsi pengawasan dan
pengendalian yaitu untuk mengevaluasi suatu keberhasilan dalam mencapai tujuan
dan target bisnis yang sesuai dengan tolak ukur yang telah ditentukan;
mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas keanehan yang kemungkinan
ditemukan; dan membuat alternatif solusi ketika ada masalah yang rumit terkait
terhalangnya pencapaian tujuan dan target.
B.
Dimensi-Dimensi Manajemen Peningkatan
Mutu
Menurut Garvin (1998) dalam bukunya Abdul
Hadis (2012: 88) menyatakan bahwa ada delapan dimensi mutu yang dapat digunakan
untuk menganalisis karakteristik mutu barang yaitu:
ü
Performa
ü
Keistimewaan
ü
Reriabilitas
ü
Konformasi
ü
Daya tahan
ü
Kemampuan pelayanan
ü
Estetika dan
ü
Mutu yang dipersepsikan
Berdasarkan delapan dimensi tersebut, kami artikan bahwa dalam dimensi
manajemen peningkatan mutu tidak terlepas dari delapan dimensi mutu tersebut.
Dimana dalam sebuah lembaga ataupun sekolah untuk meningkatkan manajemen mutu
sebuah lembaga bisa terlihat dari delapan dimensi tersebut.
C.
Hubungan Manajemen dan Peningkatan
Mutu
Manajemen dan peningkatan mutu adalah
serangkaian proses atau metode peningkatan mutu yang bertumpu pada sebuah
lembaga, mengaplikasikan sekumpulan teknik, mendasarkan pada ketersediaan data
kuantitatif & kualitatif, dan pemberdayaan semua komponen lembaga untuk
secara berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasi sebuah
lembaga guna memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan (peserta didik dan
masyarakat dalam dunia pendididkan).
Menurut Khris (2010) Dalam Peningkatan
Mutu terkandung upaya a) mengendalikan proses yang berlangsung di sekolah baik
kurikuler maupun administrasi, b) melibatkan proses diagnose dan proses
tindakan untuk menindak lanjuti diagnose, c) memerlukan partisipasi semua fihak
: Kepala sekolah, guru, staf administrasi, siswa, orang tua dan pakar.
Berdasarkan beberapa uraian diatas
manajemen Peningkatan Mutu memiliki beberapa prinsip diantaranya:
ü
Peningkatan mutu harus dilaksanakan di
sekolah
ü
Peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan
dengan adanya kepemimpinan yang baik
ü
Peningkatan mutu harus didasarkan pada
data dan fakta baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif
ü
Peningkatan mutu harus memberdayakan dan
melibatkan semua unsur yang ada di sekolah
ü
Peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa
sekolah dapat memberikan kepuasan kepada siswa, orang tua dan masyarakat.
Berdasarkan Panduan Manajemen Sekolah (2000:200-202) dijelaskan Adapun
penyusunan program peningkatan mutu dengan mengaplikasikan empat teknik : a)
school review, b) benchmarking, c) quality assurance, dan d) quality.
D.
School Review
School Review adalah suatu proses dimana
seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga
profesional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah, serta
mutu lulusan.
School review dilakukan untuk menjawab
pertanyaan berikut :
1.
Apakah yang dicapai sekolah sudah sesuai
dengan harapan orang tua
2.
siswa dan siswa sendiri ?
3.
Bagaimana prestasi siswa ?
4.
Faktor apakah yang menghambat upaya untuk
meningkatkan mutu ?
5.
Apakah faktor-faktor pendukung yang
dimiliki sekolah ?
School review akan menghasilkan rumusan
tentang kelemahan-kelemahan, kelebihan-kelebihan dan prestasi siswa, serta
rekomendasi untuk pengembangan program tahun mendatang.
E.
Benchmarking
Suatu kegiatan untuk menetapkan standar
dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat
diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun lembaga.
Tiga pertanyaan mendasar yang akan
dijawab oleh benchmarking adalah :
1.
Seberapa baik kondisi kita?
2.
Harus menjadi seberapa baik?
3.
Bagaimana cara untuk mencapai yang baik
tersebut?
4.
Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah
:
5.
Tentukan fokus
6.
Tentukan aspek/variabel atau indikator
7.
Tentukan standar
8.
Tentukan gap (kesenjangan) yang terjadi.
9.
Bandingkan standar dengan kita
10.
Rencanakan target untuk mencapai standar
11.
Rumuskan cara-cara program untuk mencapai
target
F.
Quality Insurance
Quality assurance adalah suatu teknik untuk menentukan bahwa proses
pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan
dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Teknik menekankan
pada monitoring yang berkesinambungan, dan melembaga, menjadi subsistem
sekolah. Quality assurance akan menghasilkan informasi, yang :
1.
Merupakan umpan balik bagi sekolah
2.
Memberikan jaminan bagi orang tua siswa
bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa.
Untuk melaksanakan quality assurance
menurut Bahrul Hayat dalam hand out pelatihan Calon kepala sekolah (2000:6),
maka sekolah harus :
1.
Menekankan pada kualitas hasil belajar
2.
Hasil kerja siswa dimonitor secara terus
menerus
3.
Informasi dan data dari sekolah
dikumpulkan dan dianalisis untuk memperbaiki proses di sekolah.
4.
Semua pihak mulai kepala sekolah, guru,
pegawai administrasi, dan juga orang tua siswa harus memiliki komitmen untuk
secara bersama mengevaluasi kondisi sekolah yang kritis dan berupaya untuk
memperbaiki.
G.
Quality Control
Quality control adalah suatu sistem untuk
mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan
standar. Quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti,
sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi.
BAB II
MANAJEMEN PEMBELAJARAN BERKUALITAS
|
A.
Proses Pembelajaran
Proses
pembelajaran merupakan keseluruhan kegiatan yang dirancang untuk membelajarkan
peserta didik. Pada satuan pendidikan, proses pembelajaran diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Di Indonesia Proses pembelajaran pada
satuan pendidikan dasar dan menengah diatur dalam standar proses. Berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 41 tahun 2007
tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, bahwa
standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan menengah diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan hasil
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
12
|
Pelaksanaan
proses pembelajaran menjadi komponen yang sangat penting dalam mewujudkan
kualitas out put pendidikan. Oleh karena itu, pelaksanaan proses pembelajaran
harus dilaksanakan secara tepat ideal dan prosporsional. Dengan demikian, guru
harus mampu mengimplementasikan teori yang berkaitan dengan teori pembelajaran
ke dalam realitas pembelajaran yang sebenarnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran
meliputi kegiatan membuka sampai menutup pelajaran, yang terbagi menjadi
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Dalam proses
pembelajaran, penilaian memegang peranan yang penting salah satunya untuk
mengetahui tercapai tidaknya proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Penilaian adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan
interprestasi informasi atau data untuk menentukan sejauh mana peserta didik
telah mencapai tujuan pembelajaran. Penilaian pada dasarnya dilakukan untuk
memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Hasil yang
diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar.
Pembelajaran dikatakan berkualitas apabila pembelajaran melibatkan
seluruh komponen utama proses belajar mengajar, yaitu guru, siswa dan interaksi
antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur pembelajaran, yang
meliputi tujuan pembelajaran, pemilihan materi pelajaran, sarana prasarana yang
menunjang, situasi dan kondisi belajar yang kondusif, lingkungan belajar yang
mendukung kegiatan belajar mengajar (KBM), serta evaluasi yang sesuai dengan
kurikulum. Prestasi belajar dapat dioptimalkan melalui peningkatan kualitas
pembelajaran. Salah satu tugas guru yang cukup berat adalah mendiagnosis
kesulitan belajar yang dihadapi siswa, selanjutnya memberikan bantuan kepada
para siswa dalam mengatasinya. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila
siswa mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek kognitif, afektif
maupun psikomotorik.
B.
Keterampilan Dasar Guru
Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan
pola tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar
ini. Padahal 8 (delapan) keterampilan dasar bagi seorang guru sangatlah
penting, karena menyangkut efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran, berikut
ini adalah 8 (delapan) keterampilan dasar bagi seorang guru dalam pengelolaan
kelas atau kegiatan belajar dan mengajar.
1. Keterampilan Bertanya
Pada hakikatnya
melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa
saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka
kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan
adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi arah. Kegiatan bertanya akan
lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti
atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan
anatra lain adalah :
a.
Menimbulkan rasa keingintahuan
b.
Merangsang fungsi berpikir
c.
Mengembangkan keterampilan berpikir
d.
Memfokuskan perhatian siswa
e.
Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
f.
Menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya
g.
Merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap
gagasan dan terapan siswa sebagai subjek didik.
Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu
guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan
baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta juga
dapat menggugah perhatian siswa atau peserta didik.
2. Keterampilan Memberikan Penguatan
Penguatan
adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali perilaku itu. Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal. Penguatan verbal
merupakan penghargaan yang dinyatakan dengan lisan, sedangkan penguatan
nonverbal dinyatakan dengan mimik, gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan
lain-lainnya. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan
penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan
memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan
perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak
menyenangkan. Manfaat penguatan bagi siswa untuk meningkatnya perhatian dalam
belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri.
Komponen Keterampilan Memberi Penguatan itu adalah : Penguatan verbal,
diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan
sebagainya. Dan penguatan non-verbal, terdiri dari penguatan berupa mimik
dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan
(contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan.
3. Keterampilan Mengadakan Variasi
Dalam kegiatan
pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang
disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat
perhatian siswa selama pelajaran berlangsung. Tujuan utama guru mengadakan
variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mengurangi kebosanan siswa sehingga
perhatian mereka terpusat pada pelajaran.
4. Keterampilan
Menjelaskan
Yang dimaksud
dengan ketrampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang
diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu
dengan yang lainnya. Dengan penguasaan keterampilan menjelaskan memungkinkan
guru dapat meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan penyajian
penjelasannya, merangsang tingkat pemahaman siswa, membantu siswa memperluas
cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan
sumber belajar. Kegiatan menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran bertujuan
untuk membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dan sebagainya
secara objektif, membimbing siswa memahami pertanyaan, meningkatkan
keterlibatan siswa, memberi siswa kesempatan untuk menghayati proses penalaran
serta memperoleh balikan tentang pemahaman siswa.
5. Keterampilan
Membuka Dan Menutup Pelajaran
a. Membuka
Pelajaran
Kalimat-kalimat
awal yang diucapkan guru merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh
pelajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru
di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi
tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran.
b. Menutup
Pelajaran
Jangan akhiri
pelajaran dengan tiba-tiba. Penutup harus dipertimbangkan dengan sebaik mungkin
agar sesuai. Guru perlu merencanakan suatu penutup yang tidak tergesa-gesa dan
juga dengan doa sekitar tiga sampai lima menit. Kegiatan menutup pelajaran
meliputi : menyimpulkan pelajaran, menyampaikan rencana pelajaran
berikutnya, membangkitkan minat, dan memberikan tugas.
6. Keterampilan Membimbing Diskusi
Kelompok Kecil
Diskusi
kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau
informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok
merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau
memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk
berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian
diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan
berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
7. Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan
kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar
mengajar. Komponen-komponen ketrampilan mengelola kelas yaitu, prefentip adalah
yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran dan represif, yaitu berkaitan dengan
respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru
dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang
optimal.
8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil
dan Perseorangan
Pengajaran
kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap
setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa
dengan siswa. Format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal
yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi
siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya,
adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan
belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran
dalam kegiatan pembelajaran. Setiap guru dapat menciptakan format
pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan
perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa, serta waktu
dan fasilitas yang tersedia.
C.
Faktor-Faktor Penentu Pembelajaran Berkualitas
Kualitas proses pembelajaran merupakan salah satu tolok ukur yang dapat
menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Kompetensi pendidik mempengaruhi kualitas pembelajaran karena pendidik yang bertugas membangun interaksi antara pendidik dengan peserta didik, peserta didik
dengan peserta didik lainnya, dan peserta didik dengan sumber belajar. Kualitas dan profesionalitas guru juga penting karena bagaimanapun
bagusnya dan lengkapnya strategi/ metode, sarana prasarana, tujuan
pembelajaran, dan canggihnya teknologi pembelajaran jika tidak diimbangi dengan
kulaitas guru yang mumpuni maka hal tersebut akan tidak memiliki efek yang
signifikan bagi kualitas pembelajaran.
Pembelajaran
yang berkualitas adalah pembelajaran yang mampu meletakkan posisi guru dengan
tepat sehingga guru mampu memainkan perannya dengan tepat sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik. Salah satu peran guru adalah sebagai
motivator, dimana guru akan mendorong peserta didik untuk belajar. Peran guru
sebagai motivator sangat penting dalam proses pembelajaran dalam rangka
meningkatkan motivasi dan pengembangan kegiatan belajar peserta didik. Di sini
guru harus dapat menstimulus dan memberikan dorongan untuk mendinamisasikan
potensi peserta didik, menumbuhkan swadaya dan daya cipta sehingga akan terjadi
dinamika didalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran
dikatakan berkualitas apabila pembelajaran melibatkan seluruh komponen utama
proses belajar mengajar, yaitu guru, siswa dan interaksi antara keduanya, serta
didukung oleh berbagai unsur-unsur pembelajaran, yang meliputi tujuan
pembelajaran, pemilihan materi pelajaran, sarana prasarana yang menunjang,
situasi dan kondisi belajar yang kondusif, lingkungan belajar yang mendukung
proses belajar mengajar, serta evaluasi yang sesuai dengan kurikulum.
Seperti telah
dibahas pada bagian awal bahwaterdapat tiga faktor utama
yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, yaitu :
1.
Guru
Pengaruh guru dalam proses pembelajaran di
kelas berkaitan erat dengan keprofesionalitasan guru itu sendiri. Guru yang
profesional didukung oleh tiga hal, yakni: keahlian, komitmen, dan
keterampilan. Selain tiga hal keprofesionalan guru, hal-hal yang akan
berpengaruh terhadap proses pembalajaran di antaranya:
a.
Kondisi dalam
diri guru, yaitu kondisi psikis dan emosional guru akan sangat mempengaruhi
proses pembelajaran di dalam kelas.
b.
Kemampuan
mengajar, yaitu dapat merangsang terjadinya proses berpikir dan dapat membantu
tumbuhnya sikap kritis serta mampu mengubah pandangan para muridnya.
c.
Kemampuan
mengatur kondisi kelas, yaitu kondisi yang menuntut terjadinya interaksi antara
guru dan peserta didik dengan baik dan saling menghargai, sehingga penyerapan
materi yang disampaikan guru kepada peserta didik dapat berjalan maksimal dan
menghasilkan hasil belajar seperti apa yang diharapkan.
2.
Peserta Didik
Pengaruh
peserta didik dalam proses pembelajaran adalah kondisi peserta didik itu
sendiri yang dipengaruhi beragam aspek dari dalam dirinya dan lingkungan
sekitarnya yang nantinya akan berdampak pada kesiapannya dalam menerima
pelajaran.
3.
Lingkungan
Lingkungan yang
mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas mencakup lingkungan kelas dan
lingkungan sekitar sekolah.
a. Lingkungan
Kelas
Kelas tidak
hanya memiliki batasan ruang dalam sebuah gedung sekolah, tapi dapat dilakukan
di mana saja asalkan terjadi interaksi pembelajaran antara guru dan peserta
didik serta merupakan bagian dari proses pembelajaran yang sistematis.
Lingkungan kelas akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Hal ini
berkaitan dengan kondisi dalam kelas itu sendiri.
b. Lingkungan
Sekitar Sekolah
Kondisi sekitar
lingkungan sekolah juga turut mempengaruhi karakteristik peserta didik yang
akan berpengaruh dalam proses pembelajaran di kelas.
D.
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepala sekolah
yang berhasil adalah apabila memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi
yang kompleks dan unik serta mampu melaksanakan peran kepala sekolah sebagai
seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Studi
keberhasilan kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah seseorang
yang menentukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Ada dua hal yang
penting dari peran kepala sekolah sebagai pemimpin, yakni : kepala sekolah
sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah, dan
kepala sekolah harus memahami tugas dan fungsi mereka demi keberhasilan
sekolah, syarat memiliki kepedulian kepada staf dan siswa. Dari posisi
tertentu kepala sekolah dapat dipandang sebagai pejabat formal, sedang disisi
lain kepala sekolah dapat berperan sebagai manajer, pemimpin, pendidik dan yang
tak kalah pentingnya adalah kepala sekolah sebagai staf.
Pelaksanaan
peran, fungsi dan tugas kepala sekolah tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
karena saling terkait dan mempengaruhi serta menyatu dalam pribadi seorang
kepala sekolah yang profesional. Menurut Mulyasa (2013: 98-122), peran,
fungsi dan tugas seorang kepala sekolah yang profesional terdiri dari 7 (tujuh)
karakteristik yang meliputi:
1.
Kepala sekolah
sebagai educator (pendidik)
Harus dapat menciptakan iklim sekolah yang
kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberi dorongan kepada
seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang
menarik.
2.
Kepala sekolah
sebagai manajer
Harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama atau kooperatif, memberi
kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan
mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang
menunjang program sekolah.
3.
Kepala sekolah
sebagai administrator
Harus memiliki hubungan yang sangat erat dengan
berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan,
penyusunan, dan pendokumenan seluruh program sekolah.
4.
Kepala sekolah
sebagai supervisor
Harus mampu
melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan. Hal tersebut merupakan kontrol agar kegiatan
pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan serta merupakan
tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan
penyimpangan dan berhati-hati dalam bekerja.
5.
Kepala sekolah
sebagai leader
Harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan,
meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan
mendelegasikan tugas.
6.
Kepala sekolah
sebagai innovator
Harus memiliki strategi yang tepat untuk
menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan keteladanan kepada seluruh tenaga
kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model pembelajaran yang
inovatif.
7.
Kepala sekolah
sebagai motivator
Harus memiliki strategi yang tepat untuk
memberikan motivasi kepada tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas
dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui pengaturan
ligkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif,
dan penyediaan berbagai sumber belajar.
E.
Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
pencapaian tujuan.
Dengan demikian, esensi
supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalismenya.
Ada beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh supervisor dalam
melaksanakan supervisi akademik, yaitu:
1.
Supervisi
akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Dalam
pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifat-sifat, seperti sikap membantu,
memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor.
2.
Supervisi
akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan
tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan.
3.
Supervisi
akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan
supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi akademik yang demokratis adalah
aktif dan kooperatif.
4.
Program
supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan secara keseluruhan.
Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis
antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan.
5.
Supervisi
akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup
keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan
pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan
akademik sebelumnya.
6.
Supervisi
akademik harus konstruktif. Dalam proses pelaksanaan supervisi akademik itu
terdapat kegiatan penilaian unjuk kerjan guru, tetapi tujuannya bukan untuk
mencari kesalahan-kesalahannya. Supervisi akademik akan mengembangkan
pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem
akademik yang dihadapi.
7.
Supervisi
akademik harus obyektif. Objektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa
program supervisi akademik itu harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata
pengembangan profesional guru. Begitu pula dalam mengevaluasi keberhasilan
program supervisi akademik. Di sinilah letak pentingnya instrumen pengukuran
yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk mengukur seberapa
kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
BAB III
MANAJEMEN MUTU TERPADU
A.
Manajemen Mutu Terpadu dalam
Pendidikan
Istilah “Manajemen Mutu Terpadu” (MMT) merupakan terjemahan yang
paling dianggap pas dari istilah Total
Quality Management (TQM).MMT merupakan suatu upaya untuk mengerjakan setiap
pekerjaan/program benar dari awal setiap waktu.Ketotalan dalam TQM mengharuskan
setiap orang dalam organisasi terlibat sebagai pendukung upaya peningkatan
secara berkesinambungan.
Konsep yang mendasari TQM adalah fungsi kontrol dalam
manajemen.Kontrol bukan hanya menekankan pada pemecahan masalah disekitar
deviasi kritis,namun juga kontrol kearah peningkatan kinerja secara
terus-menerus.Di Jepang disebut Kaizen,artinya berkembang tiap hari dalam setiap
cara yang mungkin (to improve every day
in every way possible). Selain fokus pada pelanggan dan komitmen terhadap
pengembangan berkelanjutan,kontrol juga dalam rangka penyelesaian masalah.
Di sisi lain, dalam industri manufaktur, pelaksanaan TQM harus berpasangan
dengan pelaksanaan Just In Time (JIT)
baik sebagai filosofi untuk menghilangkan pemborosan pada semua sektor yang ada
maupun sebagai teknik pengendalian persediaan, penjadwalan, penyediaan produk
dan sebagainya. Pendidikan yang menganut prinsip JIT dapat ditunjukkan dengan
partisipasi dari para peserta didik. Prinsip utama JIT adalah semua peserta
didik lebih terlibat dalam proses, adanya rasa memiliki terhadap organisasi
atau lembaga pendidikan, menggunakan pengalaman yang dimiliki untuk mencapai
keberhasilan, dan adanya dukungan atau komitmen semua pihak.
Pada dasarnya JIT menghendaki perubahan pikiran, mempertanyakan
kondisi yang telah mantap, menghilangkan pemborosan atau segala aktivitas yang
tidak perlu, menyusun kembali tata letak organisasi (layout), penyederhanaan dalam kegiatan operasi, mengembangkan
fleksibilitas, mengubah pengukuran-pengukuran, mencapai perbaikan terus-menerus
dan berkesinambungan, dan mutu. Misalnya, pelayanan administrasi juga harus
mengadakan perbaikan diri, dalam arti pemberian pelayanan kepada pelanggan
eksternal primer yang dalam hal ini adalah peserta didik, harus cepat dan
tepat. Hal ini akan dapat terlaksana dengan baik bila ada komitmen dari semua
pihak dan didukung sarana dan prasarana yang memadai.
Selanjutnya, dalam industri jasa pendidikan, kualitas suatu jasa
pendidikan juga sangat penting, yaitu penilaian kualitas oleh pelanggan yang
menikmati secara langsung jasa pendidikan yang ditawarkan. Istilah lain untuk
Kaizen adalah Continuous Improvement
dan Six Sigma, di mana konsep ini
dilandasi dengan do it right the first
time dengan pantang menerima, memproses, dan melanjutkan produk cacat.
Perbaikan dalam proses itulah yang selalu ditekankan dalam konsep ini. Jasa
pendidikan sebagai output memang tidak dapat kita perbaiki. Yang dapat kita
perbaiki adalah proses penyelenggaraan program dan penyediaan jasa pendidikan.
Perbaikan secara berkesinambungan dapat dilakukan dengan cara
mengadopsi praktek-praktek atau proses yang terbaik dari organisasi
penyelenggara program dan penyediaan jasa pendidikan lain ke dalam organisasi
dengan disesuaikan dengan kondisi yang dimiliki. Cara ini dikenal dengan benchmarking.Cara lain dikenal dengan reengineering, seperti yang dilakukan
oleh Amerika untuk mengejar ketinggalannya dari Jepang.Dalam rangka
pengendalian mutu penyelenggaraan program,Amerika membuat lompatan jauh ke
depan atau membongkar proses yang selama ini dilakukan menjadi suatu proses
yang baru dan lebih baik. Pembongkaran dilakukan secara menyeluruh sampai ke
akar-akarnya.
Sejalan dengan arti “manajemen”, setiap orang dalam lembaga, apapun
statusnya, posisi atau peranannya, adalah manajer bagi pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya.Dalam kaitan ini, seluruh bagian dan sistem lembaga harus
saling mendukung dan saling melengkapi.Keberhasilan unit-unit di seluruh
tingkatan dan posisi mempengaruhi keberhasilan organisasi secara keseluruhan;
dan mereka berpotensi memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya bagi
organisasi.
Peningkatan yang berkelanjutansebagai filosofi TQM, dapat dijadikan
alat praktis oleh lembaga pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keingian serta
harapan pelanggan sekarang dan dimasa yang akan datang.
Berikut adalah gambaran umum lembaga yang menerapkan TQM, dan
perbedaannyadengan lembaga tradisional.
LEMBAGA TQM
|
LEMBAGA TRADISIONAL
|
Memfokuskan pada pelanggan
|
Memfokuskan pada kebutuhan internal
|
Memfokuskan pada masalah pencegahan
|
Memfokuskan pada masalah deteksi
|
Investasi dalam diri personil/Staf
|
Pendekatan pengembangan tidak dilakukan
secara sistematis
|
Memiliki strategi kualitas
|
Kurang memiliki pandangan kualitas yang
strategis
|
Memperlakukan keluhan sebagai kesempatan
untuk dipelajari
|
Memperlakukan keluhan sebagai gangguan
|
Mendefinisikan karakteristik kualitas pada
seluruh bidang didalam organisasi
|
Standar kualitas samar-samar
|
Memiliki kebijkan kualitas dan rencana
operasionalnya
|
Tidak memiliki rencana kualitas yang
ditetapkan
|
Senior manajemen memimpin kualitas
|
Peranan manajemen dipandang sebagai suatu
pengawasan
|
Proses peningkatan melibatkan setiap orang
|
Hanya tim manajemen yang terlibat
|
Fasilitator kualitas memimpin proses
peningkatan
|
Tidak ada fasilitator
|
Orang dilihat sebagai yang menciptakan
kualitas
|
Prosedur dan aturan dinilai sebagai hal
yang penting
|
Terdapat kejelasan peran
|
Peran dan tanggung jawab samar-samar
|
Kualitas dinilai sebagai alat untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan
|
Melihat kualitas sebagai alat untuk
menaikan biaya
|
Strategi evaluasi jelas
|
Strategi evaluasi tidak sistematik
|
Rencana jangka panjang
|
Rencana jangka pendek
|
Kualitas dilihat sebagai bagian budaya
|
Kualitas dipandang sebagai inisiatif yang
menimbulkan masalah
|
Pengembangan kualitas sejalan dengan
strategi
|
Pengujian kualitas untuk memenuhi
permintaan pihak luar
|
Memperlakukan kolega sebagai pelanggan
|
Budaya hirarkis meruapakan keharusan
|
Dengan demikian, TQM bukan pengendalian mutu (quality control) yang merupakan pengendalian mutu setelah proses
produksi (after-the-event process).
Namun TQM selalu memusatkan pada kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dan mengadakan pengendalian mutu sejak
awal.Hal ini juga berlaku untuk sektor pendidikan. Permasalahan di sektor
pendidikan yang dapat diselesaikan dengan TQM antara lain masalah kurikulum,
penggunaan sumber daya yang ada secara ekonomis, bagaimana mengendalikan
peningkatan biaya, penggunaan teknologi dan pembelajaran, hubungan kerjasama
dengan sektor lain, dan yang berhubungan dengan peraturan pemerintah.
B.
Fokus MMT dalam Pendidikan
Untuk dapat menerapkan TQM pada lembaga pendidikan, lebih dahulu
ditinjau tujuan utama lembaga pendidikan tersebut menerapkan TQM.Tujuan utama
lembaga pendidikan yang menerapkan filosofi TQM adalah memenuhi kebutuhan dan
keinginan pelanggannya.Organisasi yang baik harus menciptakan dan memelihara
kedekatan hubungan dengan pelanggan; kualitas harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan harapan pelanggan.Siswa adalah pelanggan primer. Sehingga tanpa
kemampuan untuk memenuhi pendidikan yang dibutuhkan siswa, tidak akan mungkin
untuk suatu lembaga pendidikan dikatakan telah mencapai TQM.
Pengenalan pelaksanaan TQM tidak luput dari hambatan-hambatan yang
dialami, khususnya untuk sektor pendidikan.Kenyataannya, pelaksanaan TQM
merupakan pekerjaan yang berat dan memerlukan waktu lama untuk mengadakan
perubahan budaya untuk quality improvement.
Ketakutan terhadap metode atau cara baru merupakan hambatan yang besar dalam
penerapan filosofi TQM. Takut akan ketidaktahuan, takut mengerjakan segala
sesuatu dengan cara yang berbeda, takut percaya pada orang lain, takut membuat
kesalahan, dan sebagainya.
Oleh karena berbagai kesulitan dan hambatan penerapan TQM pada
lembaga pendidikan tersebut, maka yang paling penting dan harus diperhatikan
dalam melaksanakan TQM menurut Sharples et al. (1994), adalah : 1)
Tanggungjawab dan dukungan (commitment)
dari pimpinan lembaga pendidikan; 2) Pendidikan dan pelatihan (education and training) untuk semua
pihak atau semua staf, baik staf edukatif maupun non edukatif; 3) Penerapan dan
praktek (application and practice);
4) Standarisasi dan pengenalan (standardization
and recognition) sehingga penerapannya dapat seragam.
TQM merupakan suatu pendekatan yang sistematis untuk mencapai
tingkat kualitas yang tepat dan konsisten, sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan pelanggan yang selalu berubah.Maka strategi pendekatan MMT juga fokus
terhadap kebutuhan klien atau pelanggan, dengan strategi pendekatan:1)
Peningkatan secara berkesinambungandalam semua tingkat organisasi dan staf, 2)
Suatu perubahan budayauntuk bekerja secara layak dan efektif, 3)Upside-down organization atau hubungan
efektif internal dan eksternal, 4) Profesionalisme dan fokus pada pelanggan,
dan 5) Kualitas belajarpeserta didik sesuai dengan kebutuhan.
Terkait dengan fokus lembaga pendidikan terhadap kebutuhan klien
atau pelanggan tersebut,terdapat lima faktor internal yang mempengaruhi
implementasi TQM, yaitu :leadership, recruitment dan pelatihan, sistem reward, aturan organisasi, dan budaya
kerja. Pimpinan lembaga pendidikan hendaknya memiliki tekad yang kuat untuk
terus menerus memperbaiki mutu, juga memiliki sikap pelayanan dengan cara
membantu orang-orang dalam lembaganya.
Faktor internal kedua yang mempengaruhi implementasi TQM, yaitu recruitment dan pelatihan.Staf yang
bertugas harus memiliki kompetensi, dengan didukung oleh rincian pemilihan staf,
pelatihan, motivasi, dan kebijakan pengembangan karir.Faktor ketiga yaitu
sistem reward. Lembaga perlu merinci
kebijakan atas kesempatan yang sama diiringi dengan sistem reward (imbalan, penghargaan) yang dapat menjamin rasa keadilan dan
memungkinkan staf merasa “aman” berkontribusi secara maksimal untuk lembaga.
Faktor internal keempat yang mempengaruhi implementasi TQM, yaitu
aturan organisasi.Sistem dan prosedur di lembaga pendidikan perlu diorganisir
dan didesain secara komprehensif dan terintegrasi dalam suatu ketentuan yang
disepakati,sehingga dapat dilaksanakan secara konsisten dan terpadu.Faktor
kelima yaitu budaya kerja.Transformasi budaya kerja merupakan keterpaduan
berbagai individu dalam peran-peran secara optimal sesuai dengan keahlian bidang
kerja masing-masing, guna mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan.
C.
Total
Quality Education atau Total Quality School
Selanjutnya, prinsip TQM yang dapat diterapkan di dunia bisnis
dapat juga diterapkan di dunia pendidikan dan seringkali disebut dengan Total Quality Education(TQE) atau Total Quality School (TQS).Pendidikan
kualitas total (TQE/TQS) mengacu pada proses menerapkan prinsip-prinsip Total Quality Management (TQM) dalam
pendidikan. TQM berpusat pada seperangkat praktek manajemen yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas perusahaan dan produktivitas melalui partisipasi
semua anggota organisasi. Proses manajemen ini dapat disesuaikan dengan
prinsip-prinsip untuk perbaikan dalam pendidikan, yang juga perlu menerapkan
program keunggulan dan perbaikan terus-menerus.
Pada intinya, TQM adalah konsep yang dikembangkan oleh W. Edwards
Deming yang diadopsi dari Jepang setelah Perang Dunia II (1939-1945).Ide-ide
yang membantu negara Jepang berubah menjadi raksasa ekonomi.Penekanan TQM
adalah pada kepuasan kebutuhan pelanggan, spesifikasi dan
harapan.Prinsip-prinsipnya telah diadopsi oleh bisnis di seluruh dunia dan
terbukti memberikan keunggulan. Motorola Inc. IBM Corp, Xerox Corp, dan
Hewlett-Packard Co adalah beberapa perusahaan-perusahaan yang telah mengangkat
standar mereka dan berkomitmen untuk kepuasan pelanggan.
Arcaro (2005) menyatakan, lima karakteristik TQS adalah : fokus
pada pelanggan, keterlibatan total, pengukuran, komitmen, dan perbaikan
terus-menerus.
Salah satu prinsip utama TQM adalah memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan. Dalam bisnis, kebutuhan dan keinginan pelangganakanmenghasilkan
perbaikan terus-menerus. Di sekolah umum, siswa, guru, kepala sekolah, orang
tua / wali, bisnis dan konstituen lainnya semua harus membentuk sebuah
komunitas, yang harus bersatu dan terlibat di semua tingkat.Partisipasi aktif
dari semua anggota sekolah diperlukan untuk mencapai perubahan yang sukses dan
perbaikan terus-menerus.
Prinsip kedua adalah partisipasi manajemen senior. Personil tingkat
atas mengambil peran sebagai pemimpin tim, yang bertanggung jawab untuk
membangun sebuah tim yang sukses, dan yang mengamankan bisnis. Sekolah juga
dapat mengambil keuntungan lebih dari senior, atau guru yang lebih
berpengalaman. Sebuah kategori baru dari guru pemimpin dapat diperkenalkan,
yang perannya akan membantu dan membimbing rekan-rekan yang membutuhkan untuk
meningkatkan kinerja mereka.Manajemen juga dapat bergerak ke struktur yang
lebih kecil dengan memberdayakan karyawan dan mendorong partisipasinya.Sekolah
dapat merestrukturisasi pendekatan ini misalnya dalam mengelola situs, untuk
memastikan sekolah memenuhi keprihatinan pendidikan dan keyakinan sosial
masyarakat.
Prinsip ketiga adalah pelatihan untuk peningkatan kualitas.Hal ini
didasarkan pada gagasan bahwa pendidikan dan pelatihan harus berkelanjutan,
karena perubahan dan perbaikan perlu dilakukan secara terus menerus. Sebuah
program pengembangan staf yang komprehensif di lingkungan sekolah akandapat
mempengaruhi kualitas sekolah yang positif; sebagaimana pengembangan guru akan
memainkan peran penting dalam peningkatan belajar siswa.
Prinsip ketiga adalah perbaikan proses produksiatau jasa. Dalam hal
ini sekolah dapat merestrukturisasi cara evaluasi siswa, dan guru dapat
menciptakan sarana pengujian dan alternatif penilaian. Sebagaimana bisnis
selalu mencari langkah-langkah yang valid dalam meraih sukses; dan mencari
prosedur penilaian yang dapat diukur dari waktu ke waktu untuk menentukan
kualitas dan prestasi organisasi.Maka sekolah yang mengadopsi prinsip-prinsip
TQM perlu menggunakan penilaian berbasis kinerja.Guru danadministrator yang
mempengaruhi belajar siswa harus menjadi dasar untuk standar kinerja.
Prinsip keempat adalah kecepatan dan siklus waktu.Efisiensi dan
kemahiran juga harus diperhitungkan dalam menghadapi persaingan.Sekolah dapat
memprioritaskan jumlah waktu setiap pelajar menghabiskan tugas dan
meningkatkannya melalui rincian kegiatan yang spesifik, tanggung jawab dan
sumber daya. Peningkatan efisiensi di sekolah akan meningkatkan prestasi
akademik.
Prinsip kelima adalah menggunakan metode berbeda untuk
menyederhanakan sistem.Bisnis sudah terbiasa dalam memanfaatkan waktu dan
sumber daya yang tersedia serta menghilangkan limbah. Sekolah juga perlu
mempertimbangkan apa yang yang diajarkan kepada siswa dan menentukan
pengetahuan yang penting. Guru juga harus menjaga harapan yang tinggi untuk
semua siswa.
Prinsip keenam adalah Partisipasi Masyarakat.Metodologi bisnis dan
pendidikan paralel dalam fondasi untuk program didasarkan pada faktor manusia;
bisnis tahu pentingnya komitmen untuk kemitraan dengan pelanggan, sebagaimana
lembaga pendidikan bersatu untuk mempromosikan pendidikan yang terbaik untuk
semua. Maka, orang tua/wali tidak bisa hanya duduk diam dan menonton proses
pendidikan, melainkan harus menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran
sebagai relawan, tutor, dan pelajar sendiri. Keterlibatan orang tua membutuhkan
pembangunan konsensus, berbagi kontrol, dan tanggung jawab.
Pendidikan perlu mengubah praktik manajemen yang telah terbukti
berhasil dan menerapkan yang baru.TQM mencakup penetapan tujuan, pemecahan
masalah dan bekerja bersama-sama, semua yang mempromosikan perbaikan
abadi.Semua prinsip-prinsip ini dapat digunakan dalam sistem pendidikan untuk
mencapai perbaikan terus-menerus.Menurut Fusco (1994), karakteristik atau
syarat agar TQM dapat diterapkan di sektor atau lembaga pendidikan antara lain,
lembaga pendidikan tersebut harus mempunyai hal-hal sebagai berikut.
1.
Kepemimpinan yang kuat. Filosofi TQM yang telah diubah menjadi TQE
atau TQS akan dapat diterapkan bila ada dukungan dan komitmen dari para
pimpinan. Pimpinan di suatu lembaga pendidikan misalnya kepala sekolah atau
direktur program yang harus mendukung penerapan dan pelaksanaan filosofi
tersebut. Bahkan filosofi tersebut hanya akan terwujud bila dilaksanakan secara
menyeluruh, bukan hanya departemental. Bahkan, para pengajar dan seluruh staf
beserta siswa sebagai pelanggan ikut serta terlibat dalam pelaksanaan filosofi
tersebut.
2.
Perbaikan-perbaikan sistem secara berkesinambungan. Sistem
merupakan serangkaian proses yang merupakan satu kesatuan dan saling terkait
satu sama lain. Sistem pada suatu lembaga pendidikan menyangkut berbagai
permasalahan yang sangat luas, mulai dari sistem penerimaan staf pengajar dan
non pengajar sampai pada sistem penerimaan siswa. Dari penerapan visi dan misi
suatu lembaga pendidikan hingga penyusunan kurikulum; semua sistem tersebut
saling terkait. Untuk dapat menerapkan filosofi TQE/ TQS, sistem tersebut harus
selalu dibenahi, diperbaiki, dan disempurnakan secara berkesinambungan dengan
memegang pada pedoman “quality first”.
3.
Metode statistic. TQE/ TQS yang dikenal sebagai filosofi manajemen
kualitas bukan hanya slogan atau target yang pencapaiannya tanpa bukti. Oleh
karenanya, setiap personil yang ada diatasnya atau yang berpijak pada filosofi
tersebut harus berani berbicara berdasarkan data atau fakta. Demikian pula
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, juga belum terbukti tanpa
hitungan-hitungan kuantitatif. Jadi, kualitas bukan hanya bersifat kualitatif,
tetapi juga bersifat kuantitatif.
4.
Memiliki visi dan nilai bersama. Nilai dan visi yang sama
mengandung arti penting dalam mencapai kata sepakat. Sepakat dalam arti sepakat
untuk menjadikan kualitas sebagai the way
of life dan TQE/ TQS sebagai filosofi yang akan merubah budaya yang semula
berorientasi pada hasil menjadi berorientasi pada proses yang berkualitas.
5.
Pesan dan perilaku yang konsisten yang perlu disampaikan kepada
pelanggan. Industri jasa, khususnya pendidikan memang sulit dilihat hasilnya.
Maka, dalam filosofi TQE/ TQS mereka yang nantinya akan lulus dari suatu
lembaga pendidikan sebaiknya ditempatkan sebagai pelanggan. Sebagai pelanggan,
mereka tentu ingin mendapatkan pelayanan yang baik dan memuaskan. Oleh karena
itu, pihak pemberi jasa baik yang langsung maupun tidak langsung berhubungan
dengan pelanggan harus mempunyai satu kata sepakat dan konsisten dengan apa
yang menjadi keputusannya.
D.
Sekolah MMT yang Bermutu
Praktek pendidikan dapat dianalogikan sebagai industri jasa,
artinya sekolah merupakan lembaga yang memproduksi dan menjual jasa (service) kepada para
pelanggannya.Berpegang pada konsep mutu sebagaimana uraian di atas, maka
sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu memberikan layanan atau jasa
pendidikan yang sesuai atau melebihi harapan dan kepuasan para
pelanggannya.Dengan kata lain, mutu sekolah ditentukan oleh pelanggannya, yakni
siswa dan stakeholders, bukan oleh produsen atau sekolah itu sendiri.
Pelanggan jasa pendidikan terdiri dari pelanggan primer yaitu
siswa, pelanggan sekunder yaitu orang tua dan masyarakat atau penyandang dana,
dan pelanggan tersier yaitu pemakai lulusan sekolah yang terdiri dari lembaga
pendidikan yang lebih tinggi dan dunia kerja. Pelanggan sekunder dan
tersierbisa disebut sebagai pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pendidikan
di sekolah (stakeholders).
Namun berbedadengan dunia industri,mutu dalam pendidikan mempunyai
dimensi yang khas.Mutu dalam pendidikan menunjuk pada dual hal, yaitu proses
dan produk. Mutu proses pendidikan dapat diartikan sebagai kemampuan lembaga
pendidikan, baik teknis maupun professional,dalam pengelolaan yang mendukung proses
belajar peserta didik agar dapat mencapai prestasi belajar seoptimal mungkin.
Sedangkan produk pendidikan termasuk bermutu, jika memenuhi
ciri-ciri berikut:
1. Kompetensi
|
Peserta didik menunjukkan tingkat
penguasaan yang tinggi terhadap tugas belajar sesuai dengan tujuan dan
sasaran pendidikan sehingga memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan
|
2. Relevansi
|
Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan
lingkungan khususnya dunia kerja
|
3. Fleksibilitas
|
Hasil pendidikansesuai dengan kebutuhan
peserta didik sehingga dapat melakukan sesuatu untuk keperluan hidupnya dalam
rangkapenyesuaian diri dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan di
masyarakat
|
4. Efisiensi
|
Hasil pendidikan tidak mengakibatkan adanya
pemborosan ekonomi maupun pemborosan sosial
|
5. Berdaya hasil
|
Hasil pendidikan dapat menghasilkan sesuatu
yang produktif
|
6.Jaminan mutu
|
Hasil pendidikan memberikan
kepastian/jaminan mutu
|
7. Kredibilitas
|
Hasil pendidikan dapat
dipertanggungjawabkan dari segi kemampuannya
|
8.Justified
|
Hasil pendidikan memberikan sesuatu yang
memenuhi spesifikasi dan bernilai tinggi sehingga mengakibatkan justifikasi
uang yang dikeluarkan pemakainya
|
9. Responsiveness
|
Hasil pendidikan dapat merespons tuntutan
kebutuhan masyarakat
|
10. Durability
|
Hasil pendidikan dapat dimanfaatkan dalam
jangka waktu yang relatif lama
|
11. Estetik
|
Hasil pendidikan dapat memberikan sesuatu
yang menarik dan berseni
|
12. Performance
|
Hasil pendidikan dapat dilihat dari unjuk
kerja dan etos kerja
|
13. Security
|
Hasil pendidikan bebas dari bahaya dan
resiko atau keraguan
|
BAB IV
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
Sistem
Informasi Manajemen merupakan sebuah bidang yang mulai berkembang sejak tahun
1960an. Walaupun tidak terdapat konsensus tunggal, secara umum Sistem Informasi
Manajemen didefinisikan sebagai sistem yang menyediakan informasi yang
digunakan untuk mendukung operasi, manajemen, serta pengambilan keputusan
sebuah organisasi. Sistem Informasi Manajemen juga dikenal dengan ungkapan
lainnya seperti: “Sistem Informasi”, “Sistem Pemrosesan Informasi”, “Sistem
Informasi dan Pengambil Keputusan”. Sistem Informasi Manajemen menggambarkan
suatu unit atau badan yang khusus bertugas untuk mengumpulkan berita dan
memprosesnya menjadi informasi untuk keperluan manajerial organisasi dengan
memakai prinsip sistem. Dikatakan memakai prinsip sistem karena berita yang
tersebar dalam berbagai bentuk dikumpulkan, disimpan serta diolah dan diproses
oleh satu badan yang kemudian dirumuskan menjadi suatu informasi (Sentranet, 2013).
A. Sistem
Semua sistem memiliki 3 (tiga) unsur
atau kegiatan utama, yaitu:
1.
Menerima data sebagai masukan ( input).
2.
Memproses data dengan melakukan
perhitungan, penggabungan unsur data, pemutakhiran perkiraan dan lain-lain.
3.
Memperoleh informasi sebagai
keluaran(output).
Prinsip ini
berlaku baik untuk sistem informasi manual, elektromekanis maupun komputer.
Gambar pengolahan data
Secara
sederhana suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari
unsur, komponen atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi,
saling tergantung satu sama lain dan terpadu untuk mencapai suatu tujuan.
Unsur-unsur yang mewakili suatu sistem secara umum adalah masukan (input),
pengolahan (proses) dan keluaran (output). Di samping itu sistem
senantiasa tidak lepas dari lingkungan sekitarnya, maka umpan balik (feedback)
dapat berasal dari output akan tetapi dapat juga berasal dari lingkungan sistem
yang dimaksud (Djumiarti, 2013).
Suatu sistem
dapat terdiri dari sistem-sistem bagian (subsystem). Misalnya, sistem
komputer terdiri dari subsistem perangkat keras dan subsistem perangkat lunak.
Masing-masing subsistem dapat terdiri dari subsistem-subsistem yang lebih kecil
lagi atau terdiri dari komponen-komponen. Subsistem perangkat keras (hardware)
dapat terdiri dari alat masukan, alat pemroses, alat keluaran dan simpanan luar
. Subsistem-subsistem saling berinteraksi dan saling berhubungan membentuk satu
kesatuan sehingga tujuan atau sasaran sistem tersebut dapat tercapai. Interaksi
dari subsistem-subsistem sedemikian rupa, sehingga dicapai suatu kesatuan yang
terpadu atau terintegrasi (integrated). Anda dapat membayangkan,
bagaimana seandainya sistem komputer yang Anda miliki, masing-masing
komponennya saling bekerja sendiri-sendiri tidak terintegrasi, maka tujuan dari
sistem komputer tersebut tidak akan tercapai (Pangestu, 2013).
Sistem dapat
diklasifikasikan dari beberapa sudut pandangan, diantaranya adalah sebagai
berikut ini:
1.
Sistem diklasifikasikan sebagai sistem
abstrak (abstract system) dan sistem fisik (phisical system).
Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak
tampak secara fisik. Misalnya sistem teologia, yaitu sistem yang berupa
pemikiran-pemikiran hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sistem fisik
merupakan sistem yang ada secara fisik. Misalnya sistem komputer, sistem
akuntansi, sistem produksi dan lain sebagainya.
2.
Sistem diklasifikasikan sebagai sistem
alamiah (natural system) dan sistem buatan manusia (human made system).
Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat
manusia. Misalnya sistem perputaran bumi. Sistem buatan manusia yang melibatkan
interaksi antara manusia dengan mesin disebut dengan human-machine system atau
ada yang menyebut dengan man-machine system. Sistem informasi akuntansi
merupakan contoh man-machine system, karena menyangkut penggunaan
komputer yang berinteraksi dengan manusia.
3.
Sistem diklasifikasikan sebagai sistem
tertentu (deterministic system) dan sistem tak tentu (probabilistic
system). Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat
diprediksi. Interaksi diantara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti,
sehingga keluaran dari sistem dapat diramalkan. Sistem komputer adalah contoh dari
sistem tertentu yang tingkah lakunya dapat dipastikan berdasarkan
program-program yang dijalankan. Sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi
masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.
4.
Sistem diklasifikasikan sebagai sistem
tertutup (closed system) dan sistem terbuka (open system). Sistem
tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dengan lingkungan luarnya.
Sistem ini beker ja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak
luarnya. Secara teoritis sistem tertutup ini ada, tetapi kenyataannya tidak ada
sistem yang benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed system
(secara relatip tertutup, tidak benar-benar tertutup). Sistem terbuka adalah
sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini
mener ima masukan dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau
subsistem yang lainnya. Karena sistem sifat terbuka dan terpengaruh oleh
lingkunngan luarnya, maka suatu sistem harus mempunyai suatu sistem
pengendalian yang baik. Sistem yang baik harus dirancang sedemikian rupa,
sehingga secara relatip tertutup karena sistem tertutup akan bekerja secara
otomatis, terbuka hanya untuk pengaruh yang baik saja. Gambar berikut
menunjukkan sistem yang terbuka untuk sistem pengendalian persediaan.
1)
Komponen-komponen
komputer
Komponen-komponen
dalam sistem komputer terbagi 3, yang tidak bisa terpisahkan yaitu :
a)
Hardware
(Perangkat Keras)
·
Processing
Device (Pemrosesan data)
·
Input Device
(Perangkat Masukan)
o Mouse
o Keyboard
o Scanner, dll
·
Output Device
o Monitor
o Speaker
o Printer, dll
·
Storage Device
o Hardisk
o Flashdisk
o CD/DVD Drive
b) Software (Perangkat Lunak)
·
Operating
System
·
Application
Program
·
Language
Program
c)
Brainware
(Orang Yang Mengoperasikan Komputer)
·
System Analis
·
Programmer
·
Operator/User
2)
Penggolongan
Komputer
Penggolongan
Komputer Literatur terbaru tentang komputer melakukan penggolongan
komputer berdasarkan tigal hal: data yang diolah, penggunaan,
kapasitas/ukurannya, dan generasinya.
3)
Berdasarkan
Data Yang Diolah
·
Komputer Analog
·
Komputer
Digital
·
Komputer Hybrid
4)
Berdasarkan
Penggunannya
·
Komputer Untuk
Tujuan Khusus (Special Purpose Computer)
·
Komputer Untuk
Tujuan Umum (General Purpose Computer)
5)
Berdasarkan
Kapasitas dan Ukurannya
·
Komputer Mikro
(Micro Computer)
·
Komputer Mini
(Mini Computer)
·
Komputer Kecil
(Small Computer)
·
Komputer
Menengah (Medium Computer)
·
Komputer Besar
(Large Computer)
·
Komputer Super
(Super Computer)
6)
Berdasarkan
Generasinya
·
Komputer
Generasi Pertama (1946-1959)
·
Komputer
Generasi Kedua (1959-1964)
·
Komputer Generasi
Ketiga (1964-1970)
·
Komputer
Generasi Keempat (1979-sekarang)
·
Komputer
Generasi Kelima
7)
Manfaat
Komputer dalam Bidang Pendidikan
Manfaat
komputer dalam kehidupan sehari- hari sangat banyak dan sangat membantu,
mempermudah , mempecepat pekerjaan –pekerjaan manusia diantaranya adalah :
·
Dengan adanya
komputer mempermudah bagi pegawai administrasi sekolah untuk membuat kurikulum
pengajaran, jadwal pelajaran sekolah, membuat daftar nama siswa, membuat daftar
nilai siswa , membuat absen siswa , membuat perhitungan gaji pegawai dan
membuat perencanaan pengajaran bagi guru-guru sekolah.
·
Mengakses
Informasi Pendidikan lewat Internet. Seiring perkembangan jaman Internet telah
merambah sekolah-sekolah setingkat kecamatan,sehingga akses informasipun
semakin mudah diperoleh untuk kemajuan pendidikan tiap-tiap sekolah.
B. Data
dan Informasi
Yang berkaitan dengan sistem adalah data
dan informasi. Kebanyakan orang mengartikan data dan informasi dengan
pengertian yang sama, namun bagi kajian ilmiah atau kaum profesional , dua
pengertian tersebut mengandung perbedaan yang mendasar. Data merujuk pada
fakta-fakta baik berupa angka-angaka, teks, dokumen, gambar, bagan, suara yang
mewakili diskripsi verbal atau kode-kode tertentu dan semacamnya. Apabila data
tersebut telah di saring dan diolah melalui pengolahan sehingga memiliki arti
dan nilai bagi seseorang, maka data tersebut berubah menjadi informasi. Jadi
yang dimaksud dengan informasi adalah semua data yang telah diolah dan memiliki
arti bagi pihak pemakai. Dengan demikian yang dipakai orang di dalam membuat
keputusan adalah informasi, bukan data.
Oleh sebab itu ciri pokok dari suatu
data adalah fakta. Data barulah menjadi informasi pada saat mereka digunakan
untuk tujuan tertentu atau apabila mereka menyebabkan timbulnya aksin atau
penambahan pengetahuan tertentu. Data terutama harus mengalami berbagai macam
pengerjaan sebelum bermanfaat sebagai informasi. Data merupakan bahan dasar
untuk proses pengerjaan, dan informasi menjadi produk selesainya.
Contoh-contoh data adalah Nomor Induk
Mahasiswa yang tercatat di bagian akademik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
(UNTRITA), Nomor Induk Kependudukan kota
Jakarta Selatan yang tercatat di Kantor Capil dan kependudukan, Jadwal
penerbangan di Bandara SOETA Tangerang, tetapi apabila seseorang menghubungi
loket bandara untuk melihat jalur penerbangan ke Semarang lengkap dengan
keterangan kapan waktu terbang, berapa harga tiket, maka yang dia tanyakan
kepetugas di bandara adalah informasi. Untuk dapat memperoleh informasi,
pemakai data harus mengetahui jenis keterangan yang diperlukan dan bagaimana
sistem penyimpanan datanya.
Dalam contoh jadwal penerbangan di atas,
pikiran manusia (petugas counter) dengan ditunjang perkakas komputer
melakukan proses pemilihan data dan menyajikannnya untuk dapat dipergunakan
sebagai informasi yang bermakna. Sesungguhnya jasa yang ditawarkan oleh agen
perjalanan adalah penyediaan informasi yang tepat dan cepat kepada konsumen,
untuk selanjutnya informasi dikumpulkan kembali, disimpan dan kelak
dimanfaatkan dan berfungsi sebagai data kembali. Dari penjelasan di atas secara
singkat dapat dirumuskan bahwa data adalah fakta yang tidak sedang digunakan
dalam proses pengambilan keputusan, biasanya dicatat diarsipkan tanpa maksud
untuk segera di ambil kembali untuk pengambilan keputusan. Sebaliknya informasi
adalah data yang telah diambil kembali, diolah atau digunakan untuk memberi
dukungan keterangan bagi pengambil keputusan.
Informasi adalah data yang sudah disusun
sedemikian rupa sehingga bermakna dan bermanfaat karena dapat dikomunikasikan
kepada seseorang yang akan menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan.
Dengan demikian informasi yang mempunyai kualitas tinggi akan menentukan
efektivitas pengambilan keputusan.
Ada tiga pilar utama yang menentukan
kualitas informasi (Wahyudi Kumorotomo, 1997: 7) yakni akurasi, ketepatan waktu
dan relevansi, lebih lanjut diungkapkan secara lengkap tentang syarat-syarat
informasi yang baik yakni :
1.
Ketersediaan (availability) :
Sudah barang tentu syarat yang mendasar adalah tersedianya informasi itu
sendiri, informasi harus dapat diperoleh bagi orang yang hendak
memanfaatkannya.
2.
Mudah dipahami (comprehensibility)
: Informasi harus mudah dipahami oleh pembuat keputusan, baik informasi tersebut
diperuntukkan dalam pembuatan keputusan yang sifatnya rutin maupun strategis.
Informasi yang rumit dan berbelit-belit hanya akan membuat kurang efektifnya
keputusan manajemen
3.
Relevansi : Informasi yang diperlukan
adalah yang benar-benar relevan dengan permasalahan, misi dan tujuan
organisasi.
4.
Bermanfaat : Informasi harus tersaji
kedalam bentuk-bentuk yang memungkinkan pemanfaatannya oleh organisasi yang
bersangkutan.
5.
Tepat waktu : Informasi harus tersedia
tepat pada waktunya, syarat ini utamanya sangat penting pada saat organisasi
membutuhkan informasi ketika manajer hendak membuat keputusan yang krusial.
6.
Keandalan : Informasi harus diperleh dari sumber-sumber
yang dapat diandalkan kebenarannya. Pengolah data atau pemberi informasi harus
dapat menjamin tingkat kepercayaan yang tinggi atas informasi yang disajikan.
7.
Akurat : Syarat ini mengharuskan
informasi harus bersih dari kesalahan dan kekeliruan. Ini berarti juga bahwa
informasi harus jelas dan secara akurat mencerminkan makna yang terkandung dari
data pendukungnya.
8.
Konsisten : Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi di dalam
penyajiannya, karena konsistensi merupakan syarat penting bagi dasar
pengambilan keputusan.
Tampak bahwa
ada berbagai macam syarat yang harus dipenuhi bagi informasi untuk kepentingan
manajemen. Pengolah data atau penyedia informasi harus mempertimbangkan
segi-segi waktu penyajian isi, format maupun segi-segi lain dari informasi
tersebut. Ini dapat dipahami karena dalam organisasi modern, kualitas informasi
yang dipergunakan dalam manajemen itulah yang akan menentukan efisiensi dan
efektifitas organisasi yang bersangkutan.
C. Manajemen
Berikutnya manajemen atau ilmu manajemen
terhadap informasi. Manajemen merupakan proses perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, dan pengawasan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
(Gaol, 2008). Dari prinsip-prinsip administrasi klasik, kegiatan yang dilakukan
oleh seorang manajer Menurut Luther M. Gullick tercakup dalam akronim
POSDCORB (planning, organizing, staffing, directing,
coordinating/controlling, budgeting). Lebih ringkas lagi,
kegiatan manajemen tercakup dalam tiga kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
dan pengendalian.
Di dalam perencanaan, manajer
mendefinisikan tujuan organisasi, menentukan arah tindakan bagi organisasi,
serta menentukan langkah-langkah strategis guna mencapai tujuan organisasi.
Dalam pengorganisasian, manajer mengatur atau menata kegiatan-kegiatan
operasional supaya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, antara lain dengan
mengadakan pembagian kerja, penetapan struktur kewenangan dan rantai komando,
penempatan pegawai dalam satuansatuan organisasi dan sebagainya. Pengendalian
manajer mengadakan evaluasi apakah prestasi yang dicapai oleh organisasi telah
sesuai dengan standar baku yang telah ditetapkan.
D. Sistem
Informasi Manajemen
Dari semua pengertian di atas mengenai
sistem, informasi, dan manajemen, Sistem Informasi Manajemen dapat disimpulkan
bahwa tujuan dibentuknya Sistem informasi manajemen adalah supaya organisasi
memiliki suatu sistem yang dapat diandalkan dalammengolah data menjadi
informasi yang bermanfaat dalam pembuatan keputusan manajemen baik yang
berkaitan dengan keputusan keputusan rutin maupun keputusan-keputusan
strategis.
Dengan demikian Sistem Informasis
Manajemen adalah suatu sistem yang menyediakan kepada pengelola organisasi data
maupun informasi yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
Lebih lengkapnya Sistem Informasis Manajemen adalah jaringan prosedur
pengolahan data yang dikembangkan dalam organisasi dan disatukan apabila di
pandang perlu, dengan maksud memberikan data kepada manajemen setiap waktu
diperlukan, baik data yang bersifat intern maupun yang bersifat ekstern, untuk
dasar pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Sistem Informasi Manajemen merupakan
kumpulan dari sistem-sistem informasi. SIM tergantung dari besar kecilnya
organisasi dapat terdiri dari sistem-sistem informasi sebagai berikut:
1.
Sistem informasi akuntansi (accounting
information system),menyediakan informasi dari transaksi keuangan.
2.
Sistem informasi pemasaran (marketing
information system), menyediakan informasi untuk penjualan, promosi
penjualan, kegiatan-kegiatan pemasaran, kegiatan-kegiatan penelitian pasar dan
lain sebagainya yang berhubungan dengan pemasaran.
3.
Sistem informasi manajemen persediaan (inventory
management information system).
4.
Sistem informasi personalia (personnel
information systems).
5.
Sistem informasi distribusi (distribution
information systems).
6.
Sistem informasi pembelian (purchasing
information systems).
7.
Sistem informasi kekayaan (treasury
information systems).
8.
Sistem informasi analisis kredit (credit
analiysis information systems).
9.
Sistem informasi penelitian dan
pengembangan (research and development information systems).
10.
Sistem informasi teknik (engineering
information systems).
Semua
sistem-sistem informasi tersebut dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada
semua tingkatan manajemen, yaitu manajemen tingkat bawah (lower level
management), managemen tingkat menengah (middle level management)
dan manajemen tingkat atas (top level management).
Top level
management dengan executive
management dapat terdiri dari direktur utama (president), direktur (vise-president)
dan eksekutif lainnya di fungsi-fungsi pemasaran, pembelian, teknik, produksi,
keuangan dan akuntansi. Sedang middle level management dapat terdiri
dari manajer-manajer devisi dan manajer-manajer cabang. Lower level
management disebut degan operating management dapat meliputi mandor
dan pengawas.
Top level
management disebut juga
dengan strategic level, middle level management dengan tactical
level dan lower management dengan tehcnical level.
E. Pengolahan
Komputer
Semula komputer tidak direncanakan
untuk pengolahan informasi, tetapi kini terutama justru diterapkan dalam bidang
ini. Persyaratan teknis sebuah sistem informasi manajemen berdasarkan komputer
secara singkat, adalah:
F. Sistem
Informasi Manajemen Di Mata User
Kebanyakan pemakai sistem informasi
manajemen berdasarkan komputer adalah sebagai berikut:
Petugas administrasi dapat merasakan
bertambahnya kebutuhan akan masukan (input) pada saat upaya SIM dimulai
dan sebuah database sedang disusun. Prosedur baru untuk mengendalikan
data akan ditetapkan. Proses administrasi akan berubah dengan memakai alat-alat
online seperti unit peraga, alat pencetak, dan alat untuk memasukkan
data. Para petugas di seluruh bagian organisasi akan diminta melaporkan
informasi yang sebelumnya mereka simpan dalam arsip atau “catatan rahasia”
mereka sendiri.
Para penyelia tingkat pertama akan
membutuhkan lebih banyak masukan data tetapi akan merasakan peningkatan besar
dalam pemer olehan informasi. Informasi keadaan juga akan dicapai secara jauh
lebih mudah. Model-model keputusan dapat membantu perkiraan pertama dalam
pemecahan persoalan misalnya penjadualan. Laporan cenderung menjadi lebih
informatif dan cepat. Analisis dan laporan khusus lebih mudah diperoleh. Umpan
balik berbagai prestasi menjadi lebih besar frekuensinya.
Staf ahli yang membantu manajemen
tingkat lebih tinggi mendapat manfaat besar dari kemampuan SIM. Database
diselidiki untuk kemungkinan sesuatu persoalan. Datanya dianalisis guna
menemukan pemecahan yang mungkin. Model per encanaan dipakai untuk menghasilkan
pendekatan pertama rencana yang akan diperiksa manajer. Model dasar tersebut
memberikan cara-cara penelitian dan rancangan, sementara para staf ahli
merumuskan data untuk kebutuhan manajerial.
Manajer pada semua tingkat mempunyai
kemampuan baru untuk memper oleh informasi yang relevan dengan fungsi mereka.
Untuk pengambilan keputusan, sistem tersebut dapat memberikan saran pemecahan
yang optimal secara langsung atau dapat memberikan analisis manusia/mesin dan
prosedur keputusan untuk membantu dalam mencapai sebuah keputusan yang baik.
Sebagai contoh, seorang manajer untuk suatu ketersediaan barang akan memprogram
pengambilan keputusan dalam banyak kasus, misalnya perihal jumlah pesanan.
Dalam situasi rumit seperti pesanan
sebuah tempat muatan kendaraan untuk mencapai pembelian yang ekonomis, mungkin
algoritma optimisasi tidak dipakai, tetapi sebuah prosedur keputusan diadakan
untuk membantu manajer dalam mencapai sebuah pemecahan yang memuaskan.
Perencanaan dibantu oleh model perencanaan disertai sebuah dialog manusia/mesin
untuk mengadakan percobaan pemecahan.
Secara ringkas, pengolahan rutin paling
sedikit terpengaruh oleh penerapan rancangan SIM. Petugas administrasi akan
menyiapkan data yang kurang lebih sama, tetapi akan terdapat persyaratan data
tambahan, dan semakin banyak alat onlie dipakai. Persyaratan data pada semua
tingkat personalia akan ber kembang, tetapi akan terjadi peningkatan
tersedianya informasi terbaru yang akurat. Laporan, jawaban atas permintaan
informasi, analisis, perencanaan dan pengambilan keputusan akan mendapat
pengolahan dan dukungan informasi lebih baik.
G. Pokok-Pokok
Sistem Informasi Manajemen
Sebuah sistem informasi manajemen
mengandung elemen-elemen fisik sebagai berikut:
1.
Perangkat keras komputer
2.
Perangkat lunak:
a.
Perangkat lunak sistem umum
b.
Perangkat lunak terapan umum
c.
Program aplikasi
3.
Database (data yang tersimpan dalam
media penyimpanan komputer)
4.
Prosedur
5.
Petugas Pengoperasian
Dalam hal penerapan, sebuah subsistem
terapan yang lengkap terdiri dari:
1)
Program untuk melaksanakan pengolahan
komputer.
2)
Prosedur untuk membuat terapan menjadi
operasional (formulir, petunjuk untuk operator, petunjuk untuk pemakai, dan
seterusnya).
Subsistem terapan dapat diuraikan dalam
bentuk fungsi keorganisasian yang mendukung (pemasaran, produksi, dan
sebagainya) atau dalam bentuk jenis kegiatan yang tengah dilaksanakan.
H. Pengambilan
Keputusan
Pemilihan
solusi terbaik dapat dipilih dengan berbagai cara. Herry Mintzberg, seorang
ahli manajemen telah mengidentifikasi tiga pendekatan (Raymond McLeod &
Schell, 2008):
1.
Analisis – Evaluasi atas pilihan-pilihan secara
sistematis, dengan mempertimbangkan konsekuensi pilihan-pilihan tersebut pada
tujuan organisasi. Salah satu contohnya adalah pertimbangan yang dilakukan oleh
para anggota komite pengawas SIM untuk memutuskan pendekatan mana yang harus
diambil dalam mengimplementasikan sistem informasi eksekutif.
2.
Penilaian – Proses pemikiran yang dilakukan oleh
seorang manajer. Sebagai contoh adalah manajer produksi yang menerapkan
pengalaman dan intuisi dalam mengevaluasi gambar pabrik baru yang diusulkan
dari model matematika.
3.
Penawaran – Negosiasi antara beberapa manajer.
Salah satu contoh adalah proses member dan menerima yang berlangsung antara
para anggota eksekutif mengenai pasar yang mana yang harus dimasuki
selanjutnya. Di sinilah tempat di mana pengaruh politik dalam perusahaan dapat
dilihat dengan jelas.
Ketiga cara tersebut dapat digunakan
dalam pemilihan alternatif untuk menyelesaikan masalah atau dalam pengambilan keputusan
pada proses bisnis yang penting. Proses keputusan dapat dianggap sebagai sebuah
arus dari penyelidikan sampai perancangan dan kemudian pada pemilihan. Tetapi
pada setiap tahap hasilnya mungkin dikembalikan ke tahap sebelumnya untuk
dimulai lagi. Jadi tahapan tersebut merupakan unsur-unsur sebuah proses
bersinambung. Sebagai contoh, pilihan mungkin menolak semua alternatif dan
kembali ke tahap perancangan untuk menerbitkan pemecahan tambahan.
Kekuatan yang menggerakkan proses
pengambilan keputusan dapat berupa ketidakpuasan atas keadaan saat itu atau
imbalan yang diharapkan dari keadaan baru. Dalam kasus ketidakpuasan, kekuatan
penggerak adalah penemuan sebuah persoalan. Dalam hal imbalan yang diharapkan,
adalah hasil pencarian peluang. Cara lain untuk menjelaskan proses pengambilan
keputusan adalah dalam arti suatu kegiatan berkesinambungan yang digerakkan
oleh sebuah sasaran mengubah sistem (bisnis, departemen, keluarga dan
sebagainya) dari keadaan sekarang menjadi suatu keadaan yang diharapkan atau
tujuan mengakibatkan suatu pencarian cara mencapainya. Proses ini sering
disebut “analisis cara tujuan” (means-end analysis).
Beberapa model pengambilan keputusan
lebih banyak menekankan pada umpan balik hasil keputusan. Sebagai contoh,
Rubenstein dan Haberstroh mengusulkan langkah-langkah berikut ini :
1.
Pengenalan persoalan atau kebutuhan
untuk pengambilan keputusan.
2.
Analisis dan laporan
alternatif-alternatif.
3.
Pemilihan di antara alternatif yang ada.
4.
Komunikasi dan pelaksanaan keputusan.
5.
Langkah lanjutan dan umpan balik hasil
keputusan.
I. Sistem Informasi
Manajemen Pendidikan (SIMDIK)
Sistem Informasi Manajemen Pendidikan merupakan
perpaduan antara sumber daya manusia dan aplikasi teknologi informasi untuk
memilih, menyimpan, mengolah, dan mengambil kembali datadalam rangka mendukung
kembali proses pengambilan keputusan bidang pendidikan. Data-data
tersebut adalah data empiris atau data/fakta sebenarnya yang benar-benar ada
dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Dengan mempertimbangkan uraian-uraian di atas
dapat dikemukakan definisi alternatif sistem informasi manajemen pendidikan,
yakni: sistem, yang terdiri dari sekelompok orang, pedoman, dan perangkat
pengolah data, yang memantau dan mengambil kembali data dari lingkungan, yang
memperoleh data dari transaksi dan operasi dalam organisasi, dan yang
menyaring, mengatur, dan memilih data serta menyajikannya sebagai informasi
kepada para pemangku kepentingan pendidikan/sekolah, terutama bagi para manajer
pendidikan pada semua level dan fungsi organisasi, untuk mendukung pengambilan
keputusan dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen, untuk mendukung
komunikasi, dan untuk mendukung kegiatan operasional, termasuk di dalamnya
kegiatan instruksional.
Tujuan atau kemajuan Lembaga Pendidikan atau
sekolah akan bisa tercapai tergantung pada lingkungan pendidikan tersebut.
Perubahan yang terjadi dilingkungan pendidikan juga mempengaruhi lembaga
pendidikan. Lingkungan pendidikan yang dimaksud adalah ekonomi,politik dan
sosial budaya masyarakat. Perlunya sistem informasi bagi lembaga pendidikan
yaitu :
1.
Pada tahun
2000an hampir tidak ada lembaga pendidikan yang tidak memanfaatkan media massa
untuk mengiklankan lembaga pendidikannya,apalagi menjelang tahun ajaran baru.
Metode yang digunakan sangat bervariasi,model yang dipakai juga sangat beraneka
ragam, yang menarik untuk dikaji, ada perguruan tinggi yang mempromosikan
lembaganya dengan menggunakan model pelawak dan artis (bukan seorang ahli atau
ilmuwan).
2.
Lembaga
pendidikan tidak bisa lagi dianggap sebagai lembaga sosial semata, karena di
dalam lembaga pendidikan tersebut ada berbagai kepentingan yang mengharuskan
lembaga tersebut tetap eksis dalam situasi yang penuh persaingan.
3.
Sistem
informasi tidak saja menginformasikan apa yang terjadi di dalam lembaga
pendidikan , tetapi juga menyerap informasi dari lingkungan untuk kepentingan
lembaga pendidikan dan masyarakat.
4.
Perubahan lingkungan
ini sangat pesat, misalnya perubahan perundangan, kebijakan pemerintah,
perkembangan teknologi informasi harus segera direspon oleh lembaga
pendidikan kalau lembaga tersebut tetap ingin eksis. Lembaga pendidikan yang
besar melibatkan orang banyak artinya rentang kendalinya juga semakin meningkat
dan pihak ekternal yang terlibat juga banyak.
5.
Semakin luasnya
orang yang berkepentingan dengan lembaga atau organisasi diperlukan sistem
informasi yang cepat , tepat , relevan , padat, jelas mempunyai daya
kuantifikasi dan konsistensi. Oleh karena itu perlu bantuan teknologi
informasi,dan juga pimpinan memerlukan peringkasan informasi dari masing-masing
bagian dalam rangka pengambilan keputusan.
Manfaat lain
dari sistem informasi ini adalah
1.
Lebih mendekatkan
masyarakat dengan lembaga-lembaga pendidikan atau sebaliknya mendekatkan
sekolah dengan masyarakat di sekitarnya.
2.
Meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan dan menggalang dukungan dan
bantuan masyarakat tehadap program-program lembaga pendidikan.
Tahap-tahap
yang dilalui dalam sistem informasi adalah :
1.
Tahap masukan
2.
Tahap
pemrosesan atau pengolahan
3.
Tahap keluaran
Terkait dengan tahap-tahap ini adalah
fungsi-fungsi pengumpulan, pemprosesan data, penyediaan informasi,manajemen
data dan pengendalian data. Fungsi-fungsi ini sering di sebut sebagai siklus
pemprosesan data yang mentransformasi data dari berbagai sumber menjadi
informasi yang dibutuhkan oleh internal maupun eksternal organisasi.
BAB V
MENCIPTAKAN DISIPLIN DISEKOLAH
A. Merancang kedisiplinan Di Sekolah
Sekolah yang tertib,
aman, dan teratur merupakan prasyarat agar siswa dapat belajar secara optimal.
Kondisi semacam ini dapat terjadi jika disiplin sekolah berjalan dengan baik.
Kedisiplinan siswa dapat ditumbuh kembangkan jika iklim sekolah menunjukan
kedisiplinan. Siswa, baru akan segera menyesuaikan diri dengan situasi di
sekolah. Jika situasi sekolah
disiplin, siswa akan ikut disiplin. Guru dan kepala sekolah memegang
peranan penting dalam membentuk disiplin sekolah mulai dari merancang,
melaksanakan dan menjaganya.
Cara merancang
kedisiplinan sekolah :
1.
Penyusunan rancangan harus melibatkan guru, stap adminstrasi, wakil
siswa dan wakil orang tua serta komite sekolah. Dengan ikut menyususun,
diharapkan mereka merasa bertanggungjawab atas kelancaran pelaksaaannya.
2.
Rancangan harus sesuai dengan misi dan tujuan sekolah. Artinya disiplin
yang dirancang harus dijabarkan dari tujuan sekolah.
3.
Rancangan harus singkat dan jelas sehingga mudah dipahami.
4.
Rancangan harus memuat secara jelas daftar prilaku yang dilarang serta
sangsinya. Sangsi yang diterapkan harus yang bersifat mendidik dan telah
disepakati oleh siswa, guru, dan wakil orang tua siswa.
5.
Peraturan yang
telah disepakati oleh siswa, guru dan wakil orang tua siswa
6.
Peraturan yang disepakati bersama harus disosialisasikan. Misalnya
melalui surat pemberitahuan, sehingga semua pihak terkait memahaminya. Jika
perlu dilakukan kampanye untuk itu.
7.
Kegiatan yang terkait dengan aktivitas siswa harus diarahkan dalam pembentukan
disiplin sikolah.
Agar peraturan dapat berjalan dengan baik, perlu dilakukan langkah
langkah sebagai berikut :
1. Memasyarakatkan peraturan tersebut sehingga mendapat dukungan dari
berbagai pihak.
2. Yakinkan guru, siswa dan orang tua bahwa peraturan tersebut dapat
menumbuhkan kedisiplinan warga sekolah.
3. Berilah kepercayaan kepada guru, stap administrasi untuk melaksanakan
kedisiplinan sehari - hari.
4. Lakukan pemantauan terhadap pelaksanaan peraturan, antara lain dengan
mengunjungi kelas.
5. Menjadi teladan, dengan berlaku disiplin sesuai dengan peraturan
setiap tempat dan waktu. Ingat keteladanan lebih ampuh dari pada seribu
nasihat.
6. Segera atasi jika ada pelanggaran dengan menetapkan sangsi secara
konsisten. Dorong guru untuk memberi peringatan jika tampak ada gejala
penyimpangan dari siswa.
7. Secara periodik dilakukan peninjauan kembali untuk mengetahui apakah
peraturan tersebut masih cocok atau perlu penyempurnaan.
B. Strategi implementasi dan Tata Cara Disiplin
Sekolah
Terdapat beberapa
cara untuk menanamkan disiplin pada anak didik baik itu dilingkungan keluarga
maupun dilingkungan sekolah diantaranya sebagai berikut:
A. Cara Otoriter
Pada cara ini guru
menentukan aturan-aturan batasan yang mutlak yang harus ditaati oleh anak-anak,
dan anak harus tunduk dan patuh dan tidak ada pilihan lain. Akan tetapi dengan
mempergunakan sikap otoriter ini anak akan memperlihatkan reaksinya misal:
menentang atau melawan karena anak merasa dipaksa, maka menetang dan melawan,
bisa ditampilkan dalam tingkah laku yang
melanggar norma dan menimbulkan persoalan pada dirinya. Cara otoriter memang
biasa digunakan pada permulaan menanamkan disiplin
B. Cara Bebas
Pada cara bebas ini pengawasan menjadi berkurang, anak sudah terbiasa
mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggapnya benar, pada umumnya
kesadaran ini terjadi pada keluarga. Keluarga yang keduanya bekerja dan tidak
ada waktu untuk mendidik anak dengan baik, yang mana orang tua lebih
melimpahkan anak kepada guru. Sedangkan orang tua sendiri hanya bertindak
sebagai polisi yang mengawasi, menegor dan mugkin memahrahi. Orang tua tidak
bisa berintraksi langsung dengan anak. Oleh karena itu hubungana anak dengan
orang tua tidak baik, dan anak akan merasa sendiri sehingga menjadikan
perkembnagan kepribadinya tidak terarah.
C. Cara Demokratis
Cara ini dilakukan
dengan cara memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan disini
tidak mutlak yaitu perlu adanya bimbingan penuh pengertian antara anak dan guru
atau orang tuanya. Dengan cara demokratis anak akan tumbuh rasa tanggung jawab
untuk memperhatikan sesuatu tingkah laku dan memupuk kepervcayaan dirinya. Dan
jika tingkah lakunya tidak berkenan bagi teman-temanya maka anak mampu
menghargai tutntutan pada lingkungan sekolhnya.
C. Teknik-teknik
penanaman disiplin
A.
Teknik yang
berorientasi pada kasih sayang
Teknik ini
dikenal dengan menanamkan disiplin dengan meyakinkan tanpa kekuasaan,
memberikan pujian dan menerangkan sebab-sebab sesuatu tingkah oleh anak, yang
mana anak memperkembangkan rasa tanggung jawab dan disiplin yang baik.
B.
Teknik yang
bersifat Material
Tehnik ini
menggunakan hadiah-hadiah yang benar-benar berwujud atau hukuman mendidik
meyakinkan melalui kekuasaan(power assertive discipline)
D. Jenis-jenis
disiplin
A.
Disiplin
dirumah yaitu:
ü
Disiplin
belajar
ü
Disiplin
membantu orang tua
ü
Disiplin beribadah
B.
Disiplin
disekolah yaitu:
ü
Masuk sekolah
tepat waktu
ü
Memakai pakaian
seragam sekolah mentaati tatatertib sekolh
ü
Menghormati ibu
tau bapak guru
Pentingnya
Disiplin pada Anak
Dengan
menerapkan disiplin kepada anak, akan bisa membagi waktu kapan mereka bermain
dan belajar, pentingnya disiplin bagi anak:
a.
Dengan disiplin
anak akan mengerti tentang suatu peraturan yang diberikan oleh guru dan orang
tua.
b.
Menumbuhkan
rasa kepercayaan anak.
c.
Dengan disiplin
anak dapat melaksanakan tugas yang telah deberikan oleh orang tua dan gurunya.
Mentaati tata
tertib
Disiplin
merupakan hal penting yang harus ditanamkan pada anak didik di sekolah sedini
mungkin. Sekolah adalah tempat utama melatih dan memahami pentingnya disiplin
dalam kehidupan sehari-hari. Supaya proses pembelajaran berlangsung kondusif
maka sekolah harus mempunyai tata tertib. Tata tertib itu antara lain:
Masuk
Sekolah
· Siwa harus datang di sekolah selambat-lambatnya
10 menit sebelum pembelajaran dimulai
· Menaruh tas dan alat tulis lainnya di laci meja
masing-masing kemudian keluar kelas
· Siswa yang mendapat tugas/piket harus hadir
lebih awal
· Siswa yang sering terlambat harus diberi
teguran
· Siswa yang tidak masuk karena alasan tertentu
harus memberi tahu sebelum atau sesudahnya, secara lisan atau tulisan
· Guru tidak boleh terlambat atau absen tanpa
ijin
Masuk
Kelas
· Siswa segera berbaris di depan kelas ketika bel
berbunyi
· Ketua kelas menyiapkan barisan
· Siswa masuk kelas satu persatu dengan tertib
dan duduk ditempat masing-masing
· Guru memeriksa kerapian, kebersihan dan
kesehatan siswa satu per satu
Di
Dalam Kelas
· Berdo’a bersama dipimpin oleh salah seorang
siswa
· Memberi salam kepada guru saat pelajaran akan
dimulai
· Guru memanggil/mengabsen siswa. Yang tidak
masuk ditulis dipapan absen serta alasannya/keterangan kenapa tidak masuk
· Pada saat pelajaran berlangsung siswa harus
tetap tertib, tidak boleh ribut, bercanda atau kegiatan lain yang tidak ada
hubungannya dengan pelajaran
· Siswa tidak boleh meninggalkan kelas
tanpaalasan tertentu
· Guru juga tidak diperkenankan meninggalkan
kelas ketika pelajaran berlangsung, walaupun siswa sedang mengerjakan tugas
Waktu
Istirahat
· Pada saat bel istirahat berbunyi siswa keluar
kelas dengan tertib
· Guru keluar kelas setelah semua siswa keluar
· Siswa tidak boleh ada dikelas ketika istirahat
· Selama istirahat siswa tidak diperkenankan
meninggalkan sekolah tanpa ijin
· Pada saat bel masuk lagi berbunyi (setelah
istirahat) siswa masuk kelas dengan tertib dan duduk dengan tenang di tempat
masing-masing
· Sebaiknya guru sudah berada dikelas lebih dulu
menjelang bel masuk berbunyi
Waktu
Pulang
· Ketika bel pulang berbunyi, pelajaran berakhir,
ditutup dengan berdo’a dan salam kepada guru
· Guru memberikan nasehat-nasehat, mengingatkan
tentang tugas-tugas, pekerjaan rumah dan sebagainya
· Siswa keluar kelas dengan tertib
E. Langkah langkah yang
strategis untuk dijalankan :
1.
Berilah penghargaan kepada guru karyawan dan siswa yang berprilaku
disiplin, baik secara perorangan atau kelomp[ok. Penghargaan dapat berupa
piagam atau diumumkan dalam suatu acara tertentu atau lainnya.
2.
Tumbuhkan lingkungan yang saling menghargai sesuai dengan budaya
setempat misalnya memberi kritik, dengan kritik prilakunya dan bukan orangnya.
Fokuskan pada kerjasama dan kompetisi yang sehat, hindari kata kata kasar dan
hukuman fisik.
3.
Bangun rasa
kepedulian, kebersamaan di sekolah, dengan meyakinkan semua pihak bahwa sekolah
milik bersama, sehingga baik buruk sekolah, termasuk disiplin merupakan
tanggungjawab semua pihak.
4.
Ikut sertakan orang tua siswa, sehingga mereka dapat mendorong anaknya
untuk berprilaku didsiplin, baik di sekolah maupun di rumah. Dengan
keikutsertaan orang tua tidak akan kaget jika ternyata anaknya melanggar dan
mendapatkan sangsi di sekolah.
5.
Ikut sertakan OSIS. Seringkali siswa lebih mudah menerima jika dingatkan
oleh teman sendiri. Dengan melibatkan OSIS diharapkan akan terjadi mekanisme
saling mengingatkan antar siswa.
6.
Hindarkan sekolah dari ancaman pihak luar, agar siswa merasa aman di
sekolah. Untuk itu periksa situasi lingkungan sekolah dan temukan dimana
kemungkinan terjadi gangguan.
7.
Siapkan prosedur yang harus ditempuh jika ada keadaan darurat dan bila
perlu keadaan tersebut dilaporkan kepada pihak yang berwajib.
8.
Buatlah daftar siswa yang bermasalah ( peta siswa ) agar mereka
meperoleh pembinaan khusus.
9.
Lakukan evaluasi tentang pelaksanan kedisiplinan melalui pertemuan warga
sekolah.
BAB VI
MANAJEMEN KONFLIK
A. Hakekat Konflik
Konflik pada
hakekatnya mengandung arti perbedaannya pandangan atau pendapat yang muncul
diantara dua orang atau lebih. Konflik pasti pernah kita alami baik dalam
pergaulan, dalam organisasi atau perusahaan begitu juga dalam dunia pendidikan
selama masih berhubungan atau berinteraksi
dengan manusia. Masalah konflik merupakan fakta yang tidak bisa
dihindarkan tapi harus di kelola dan di selesaikan.
Konflik adalah Suatu proses
yang mulai bilamana satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi
secara negatif, sesuatu yang diperhatikan pihak pertama, segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua pihak
atau lebih. Konflik tidak dapat dihindari oleh
organisasi. Organisasi tidak harus menghilangkan semua konflik hanya konflik
yang merugikan yang harus dihilangkan.
Sebenarnya konflik itu sendiri pada hakekatnya
merupakan proses dinamis, dapat dilihat, dapat di uraikan dan dapat dianalisis.
Konflik mempunyai konotasi positif maupun
negatif, memandang pada cara memilah hakekat konflik dan pengaruhnya terhadap
efektivitas pencapaian tujuan organisasi.
Berikut ini pendapat dari beberapa orang
mengenai konflik antara lain:
Menurut Nardjana (1994) Konflik yaitu akibat situasi dimana keinginan atau kehendak yang berbeda
atau berlawanan antara satu dengan yang lain, sehingga salah satu atau keduanya
saling terganggu.
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau
tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun
dalam hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut
dapat mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)
Menurut Wood, Walace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, dan Osborn
(1998:580) yang dimaksud
dengan konflik (dalam ruang lingkup organisasi) yaitu : Conflict is a situation which two or more people disagree
over issues of organisational substance and/or experience some emotional
antagonism with one another, yang kurang lebih artinya konflik
adalah suatu situasi dimana dua atau banyak orang saling tidak setuju
terhadap suatu permasalahan yang menyangkut kepentingan organisasi dan/atau
dengan timbulnya perasaan permusuhan satu dengan yang lainnya.
B.
Tahapan
Terjadinya Konflik
Pada umumnya
konflik berlangsung dalam lima tahap, yaitu tahap potensial, konflik terasakan,
pertentangan, konflik terbuka, dan akibat konflik.
1.
Tahap
potensial, yaitu munculnya perbedaan di antara individu, organisasi, dan
lingkungan merupakan potensi terjadinya konflik;
2.
Konflik
terasakan, yaitu kondisi ketika perbedaan yang muncul dirasakan oleh individu,
dan mereka mulai memikirkannya;
3.
Pertentangan,
yaitu ketika konflik berkembang menjadi perbedaan pendapat di antara individu
atau kelompok yang saling bertentangan;
4.
Konflik
terbuka, yaitu tahapan ketika pertentangan berkembang menjadi permusuhan secara
terbuka;
5.
Akibat konflik,
yaitu tahapan ketika konflik menimbulkan dampak terhadap kehidupan dan kinerja.
Louis R. Pondy (dalam George & Jones,
1999:660) merumuskan lima episode konflik yang disebut "Pondys Model of
Organizational Conflict". Menurutnya, konflik berkembang melalui lima fase
secara beruntun, yaitu : latent conflict, perceived conflict, felt conflict,
manifest conflict and conflict aftermath.
1.
Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik
yang bisa terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi,
oleh karena set up organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih dibawah
permukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke permukaan.
2.
Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para
actor yg terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara
mereka memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi terhadap
motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3.
Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para
individu atau kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan
penglaman-pengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi,
ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan
4.
Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu
pihak memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba saling
menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi terbuka, demonstrasi,
sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5.
Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah
konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya
berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya (disfungsional).
Pickering
(2006:22,23) membagi tahap-tahap perkembangan konflik, yaitu :
1.
Tahap pertama, dimana terjadi perselisihan-perselisihan kecil
sehari-hari. Biasanya dalam kelompok terdapat perbedaan nilai kehidupan,
budaya, kebutuhan, dan tujuan hidup. Perbedaan-perbedaan ini, mulai
bersinggungan dan menimbulkan rasa jengkel, dan sebagainya.
2.
Tahap kedua, dimana tantangan menjadi lebih besar. Unsur persaingan
mulai menonjol. Bahkan sudah menyangkut urusan pribadi, dan mulai mencari
kesalahan orang lain.
3.
Tahap ketiga, dimana terjadi pertarungan terbuka, mengakibatkan
tujuan bergeser dari ingin menang menjadi ingin menyakiti.
C.
Jenis
Konflik Terbuka Dan Cara Penyelesaiannya
Jenis Konflik berdasarkan Sifat Pelaku yang
berkonflik terdiri dari dua jenis yaitu Konflik terbuka dan konflik tertutup. Konflik terbuka merupakan
konflik yang diketahui semua pihak selain pihak yang bertikai atau yang
mempunyai konflik sedangkan Konflik tertutup merupakan konflik yang hanya
diketahui oleh orang-orang atau kelompok yang terlibat konflik.
Konflik terbuka
biasanya konflik yang melibatkan banyak orang, berdampak kepada orang banyak dan
mempengaruhi kehidupan banyak orang.
Contoh Konflik Terbuka seperti:
1.
Konflik antara
Indonesia dengan Malaysia karena memperebutkan hak kepemilikan batik.
2.
Konflik Daerah Aceh yang ingin merdeka dan melepaskan diri dari
Indonesia.
Mengatasi
dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana. Cepat-tidaknya
suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan
pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot
atau tingkat konflik tersebut serta kemampuan campur tangan (intervensi) pihak
ketiga yang turut berusaha mengatasi konflik yang muncul. Sulit dalam
menyelesaikan konflik karena begitu banyaknya orang-orang yang terkadang pro
dan kontra, terlalu banyak pihak yang dirugikan, pihak yang terlibat.
Cara penyelesaian Konflik yang sifatnya terbuka
biasanya melibatkan banyak orang dan biasanya ada orang yang bertindak sebagai
mediator atau penegah yang membantu proses penyelesaian konflik tersebut.
Metode yang sering digunakan untuk menangani konflik
adalah pertama dengan mengurangi konflik; kedua dengan menyelesaikan konflik. Untuk metode
pengurangan konflik salah satu cara yang sering efektif adalah dengan
mendinginkan persoalan terlebih dahulu (cooling thing down). Cara lain adalah
dengan membuat “musuh bersama”, sehingga para anggota di dalam kelompok
tersebut bersatu untuk menghadapi “musuh” tersebut. Cara semacam ini sebenarnya
juga hanya mengalihkan perhatian para anggota kelompok yang sedang mengalami
konflik.
Cara
kedua dengan metode penyelesaian konflik. Cara yang ditempuh adalah dengan
mendominasi atau menekan, berkompromi dan penyelesaian masalah secara
integratif.
1.
Dominasi
(Penekanan)
Dominasi dan penekanan mempunyai persamaan makna, yaitu keduanya
menekan konflik, dan bukan memecahkannya, dengan memaksanya “tenggelam” ke
bawah permukaan dan mereka menciptakan situasi yang menang dan yang kalah.
Pihak yang kalah biasanya terpaksa memberikan jalan kepada yang lebih tinggi
kekuasaannya, menjadi kecewa dan dendam. Penekanan dan dominasi bisa dinyatakan
dalam bentuk pemaksaan sampai dengan pengambilan keputusan dengan suara
terbanyak (voting).
2.
Kompromi
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang di tengah dari dua pihak yang berkonflik ( win-win solution ). Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak membuat penyelesaian yang terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang di tengah dari dua pihak yang berkonflik ( win-win solution ). Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak membuat penyelesaian yang terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik
3.
Penyelesaian
secara integratif
Dengan menyelesaikan konflik secara integratif, konflik antar
kelompok diubah menjadi situasi pemecahan persoalan bersama yang bisa
dipecahkan dengan bantuan tehnik-tehnik pemecahan masalah (problem solving).
Pihak-pihak yang bertentangan bersama-sama mencoba memecahkan masalahnya,dan
bukan hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi. Meskipun hal ini
merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya sering sulit
tercapai secara memuaskan karena kurang adanya kemauan yang sunguh-sungguh dan
jujur untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan persoalan.
D.
Cara
Penyelesaian Konflik Yang Efektif
Mengatasi
dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah suatu yang sederhana. Cepat-tidaknya
suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan
pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot
atau tingkat konflik tersebut. Langkah langkah yang harus dilakukan sebelum
menyelesaikan konflik adalah sebagai berikut:
1.
Usahakan memperoleh semua fakta mengenai keluhan itu,
2.
Usahakan memperoleh dari kedua belah pihak,
3.
Selesaikan problema itu secepat mungkin.
Menurut Wahyudi (2006: 15), untuk mengelola dan menyelesaikan
konflik ada beberapa cara yang harus dilakukan antara lain:
1.
Disiplin
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan
mencegah konflik. Seseorang harus mengetahui dan memahami peraturan-peraturan
yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari bantuan untuk
memahaminya.
2.
Pertimbangan pengalaman dalam
tahapan kehidupan
Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk
mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya.
3.
Komunikasi
Suatu komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang
terapetik dan kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk
menghindari konflik adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam
kegiatan sehari-hari yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
4.
Mendengarkan secara aktif
Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk
mengelola konflik. Untuk memastikan bahwa penerimaan seseorang telah memiliki
pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali seseorang dengan tanda
bahwa mereka telah mendengarkan.
Cara mengatasi konflik juga
dapat dilakukan melalui hal-hal berikut ini:
1.
Rujuk
Merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat untuk kerja-sama
dan menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan bersama.
2.
Persuasi
Usaha mengubah posisi pihak lain, dengan menunjukkan kerugian
yang mungkin timbul, dengan bukti faktual serta dengan menunjukkan bahwa usul
kita menguntungkan dan konsisten dengan norma dan standar keadilan yang
berlaku.
3.
Tawar-menawar
Suatu penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak, dengan
saling mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam cara ini dapat
digunakan komunikasi tidak langsung, tanpa mengemukakan janji secara eksplisit
4.
Pemecahan masalah terpadu
Usaha menyelesaikan masalah dengan memadukan kebutuhan kedua
pihak. Proses pertukaran informasi, fakta, perasaan, dan kebutuhan berlangsung
secara terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan
alternatif pemecahan secara bersama dengan keuntungan yang berimbang bagi kedua
pihak.
5.
Penarikan diri
Suatu penyelesaian masalah, yaitu salah satu atau kedua pihak
menarik diri dari hubungan. Cara ini efektif apabila dalam tugas kedua pihak
tidak perlu berinteraksi dan tidak efektif apabila tugas saling bergantung satu
sama lain.
6.
Pemaksaan dan penekanan
Cara ini memaksa dan menekan pihak lain agar menyerah; akan
lebih efektif bila salah satu pihak mempunyai wewenang formal atas pihak lain.
Apabila tidak terdapat perbedaan wewenang, dapat dipergunakan ancaman atau
bentuk-bentuk intimidasi lainnya. Namun, cara ini sering kali kurang efektif
karena salah satu pihak hams mengalah dan menyerah secara terpaksa.
Apabila pihak yang bersengketa tidak bersedia berunding atau usaha
kedua pihak menemui jalan buntu, maka pihak ketiga dapat dilibatkan dalam
penyelesaian konflik.
1.
Arbitrase (arbitration)
Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua pihak dan berfungsi
sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat. Cara ini mungkin tidak
menguntungkan kedua pihak secara sama, tetapi dianggap lebih baik daripada
terjadi muncul perilaku saling agresi atau tindakan destruktif.
2.
Penengahan (mediation)
Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi sengketa.
Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin komunikasi yang terputus,
menjernihkan dan memperjelas masalah serta mela-pangkan jalan untuk pemecahan
masalah secara terpadu. Efektivitas penengahan tergantung juga pada bakat dan
ciri perilaku mediator.
3.
Konsultasi
Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua pihak serta
mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik. Konsultan
tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha untuk menengahi.
la menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan persepsi dan kesadaran bahwa
tingkah laku kedua pihak terganggu dan tidak berfungsi, sehingga menghambat
proses penyelesaian masalah yang menjadi pokok sengketa.
E.
Proses
Dan Tahapan Pengolaan Konflik
Manajemen harus mampu meredam persaingan yang
sifatnya berlebihan (yang melahirkan konflik yang bersifat disfungsional yang justru merusak spirit sinergisme
organisasi tanpa melupakan continous re-empowerment. Ada 6 tipe pengelolaan
konflik yang dapat dipilih dalam menangani konflik yang muncul (Dawn M. Baskerville,
1993:65) yaitu:
1.
Avoiding; gaya
seseorang atau organisasi yang cenderung untuk menghindari terjadinya konflik.
Hal-hal yang sensitif dan potensial menimbulkan konflik sedapat mungkin
dihindari sehingga tidak menimbulkan konflik terbuka.
2.
Accomodating; gaya ini
mengumpulkan dan mengakomodasikan pendapat-pendapat dan kepentingan pihak-pihak
yang terlibat konflik, selanjutnya dicari jalan keluarnya dengan tetap
mengutamakan kepentingan pihak lain atas dasar masukan-masukan yang diperoleh.
3.
Compromising; merupakan
gaya menyelesaikan konflik dengan cara melakukan negosiasi terhadap pihak-pihak
yang berkonflik, sehingga kemudian menghasilkan solusi (jalan tengah) atas
konflik yang sama-sama memuaskan (lose-lose solution).
4.
Competing; artinya
pihak-pihak yang berkonflik saling bersaing untuk memenangkan konflik, dan pada
akhirnya harus ada pihak yang dikorbankan (dikalahkan) kepentingannya demi
tercapainya kepentingan pihak lain yang lebih kuat atau yang lebih berkuasa
(win-lose solution).
5.
Collaborating; dengan cara
ini pihak-pihak yang saling bertentangan akan sama-sama memperoleh hasil yang
memuaskan, karena mereka justru bekerja sama secara sinergis dalam
menyelesaikan persoalan, dengan tetap menghargai kepentingan pihak lain.
Singkatnya, kepentingan kedua pihak tercapai (menghasilkan win-win solution).
6.
Conglomeration (mixtured
type); cara ini menggunakan kelima style bersama-sama dalam penyelesaian
konflik
Untuk mengelola
konflik, strategi manajemen konflik di tempuh dengan tujuan untuk menjembatani
dan menekan masalah agar tidak terjadi konflik yang berakibat fatal. Istilah
manajemen konflik sendiri adalah serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku
maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu
pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk
komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana
mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak
luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah
informasi yang akurat tentang situasi konflik.
Menurut Ross (1993: 7) bahwa manajemen konflik merupakan
langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka
mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin
menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau
agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama
dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau
pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi
pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku)
para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran
terhadap konflik.
Sementara Minnery (1980: 220) menyatakan bahwa manajemen
konflik merupakan proses, sama halnya dengan perencanaan kota merupakan proses.
Minnery juga berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan kota merupakan
bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model
manajemen konflik perencanaan kota secara terus menerus mengalami penyempurnaan
sampai mencapai model yang representatif dan ideal. Sama halnya dengan proses
manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa manajemen konflik
perencanaan kota meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap
keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi
karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka
dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan
untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan
atau pihak ketiga dalam mengelola konflik. Keseluruhan proses tersebut
berlangsung dalam konteks perencanaan kota dan melibatkan perencana sebagai
aktor yang mengelola konflik baik sebagai partisipan atau pihak ketiga.
F. Aktivitas Dalam Penerapan Konflik Di
Sekolah
Jennifer Batton,
menyebutkan beberapa prinsip dasar implimentasi dalam manajemen konflik
pendidikan, yaitu :
1. Needs Assessment (perkiraan kebutuhan)
2. Secure Administrative Support (Administrasi
yang terjamin)
3. Select Site Leadership Team (Menyeleksi
orang-orang yang terlibat dalam kepemimpinan)
4. Orient Students (Orientasi siswa)
5. Select Students and/or Staff to be Involved
(menyeleksi para peserta didik dan staff untuk lebih terlibat dalam pendidikan)
6. Provide Training (Mengadakan training)
7. Publicize Programming (melakukan publikasi
program)
8. Utilize the Program
9. Evaluate the Program (dan evaluasi program),
(Jennifer Batton, 2007).
Implementasi manajemen konflik dalam pendidikan dilakukan dengan beberapa pendekatan.
Menurut Donna Crawford dan Richard dalam laporannya menyebutkan bahwa memiliki
empat pendekatan dalam melakukan implimentasi manajemen Konflik dalam bidang
pendidikan yaitu :
1.
Process Curriculum: yaitu dalam penyusun kurikulum selalu melibat seluruh
elemen yang berkepentingan. Disamping terus melakukan pelatihan-pelatihan untuk
guru dan kalau memungkinkan selalu melibatkan masyarakat dalam proses
penyusunan kurikulum, proses pengembangan dan selalu melakukan follow up
terhadap gejala-gejala konflik dalam pendidikan.
2.
Mediation Program: menyiapkan training/pelatihan untuk guru supaya mampu memediasi persoalan-persoalan di sekolah. Disamping menyiapkan module
untuk para guru.
3.
Peaceable Classroom: yaitu semua guru yang mengajar di sekolah mampu
melakukan kerjasama dengan sesama guru dan pihak manajemen sekolah. Disamping
memberi pemahaman kepada siswa sebagai peace maker.
4.
Peaceable School : Menerapkan manajemen konflik di sekolah secara konperehensif
dalam sistem pendidikan. Dengan terus mengembangkan proses pembelajara untuk
siswa, guru dan masyarakan. Guru terus dikembangkan menjadi profesional, murid
diharapkan punya informasi tentang konflik dan masyarakat harus punya inistive
untuk pemahaman (Donna Crawford dan Richard Bodine, 1996).
Dampak Konflik yang
Positif dan Negatif
a.
Dampak Positif dari Konflik
1) Memungkinkan
ketidakpuasan yang tersembunyi muncul ke permukaan, sehingga sekolah sebagai
suatu organisasi dapat melakukan penyesuaian.
2) Mendinamiskan suatu organisasi sekolah,
sehingga tidak berjalan rutin dan statis.
b.
Dampak Negatif dari konflik
1)
Menimbulkan perasaan
“tidak enak” sehingga menghambat komunikasi dan bahkan menimbulkan ketegangan.
2)
Menimbulkan perpecahan
dalam sekolah yang dapat mengganggu perhatian guru dan staf dari program
sekolah.
Jadi, yang terpenting
bagi kepala sekolah bukan mengelak terhadap adanya konflik, tetapi mengelolanya
agar dapat mendorong sekolah menjadi dinamis dan konflik tidak melampaui titik
patah yang mengakibatkan terhambatnya program sekolah.
BAB VII
MEMAHAMI/MENGIDENTIFIKASI MANAJEMEN
KOMUNIKASI
A. HAKEKAT KOMUNIKASI
Hakikat
komunikasi adalah kegiatan yang dilakukan manusia untuk menyampaikan isi
pesannya kepada manusia lain untuk mencapai tujuan tertentu. Manusia hidup dalam dunia komunikasi. Setiap
hari dan setiap saat manusia melakukan aktifitas komunikasi antarpribadi,
berbicara dengan anggota keluarga, tetangga, dan rekan sejawat. Pada saat
berbicara dengan diri sendiri, meyakinkan diri dalam memutuskan sesuatu,
manusia melakukan komunikasi intra pribadi. Pada sebuah organisasi, manusia
memecahkan masalah atau mengembangkan ide-ide atau inovasi, saling berinteraksi
dalam komunikasi kelompok atau organisasi. Jika berinteraksi dengan pihak lain
yang mempunyai latar belakang budaya berbeda, maka manusia sudah melakukan
komunikasi antarbudaya.
Isi dari
interaksi antarmanusia adalah komunikasi. Dua orang dikatakan melakukan
interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan reaksi yang
dilakukan manusia baik perseorangan, kelompok, atau pun organisasi dalam ilmu
komunikasi disebut tindakan komunikasi.
B. TAHAPAN UNSUR YANG TERLIBAT DALAM
KOMUNIKASI
Menurut Thomas
Leech dalam bukunya “Say it like Shakespeare”. Ada lima komponen atau unsur
penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu:
(1)Pengirim pesan (sender),
(2)Pesan yang dikirimkan (message),
(3)Bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery
channel atau media),
(4)Penerima pesan (receiver),
(5)Umpan balik (feedback).
Leech
menambahkan, bahwa untuk membangun komunikasi yang efektif, setidaknya kita
harus menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitumembaca-menulis
(bahasa tulisan) dan mendengar-berbicara (bahasa lisan). Begitu pentingmya,
banyakorang menghabiskan waktunya untukmelakukan,paling tidak,salah satu
keempat keterampilan itu
Komunikasi
efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat
diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah
persepsi. Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik
secara lisan maupun tulisan. Namun, tidak semua orang mampu melakukan
komunikasi dengan baik. Terkadang ada orang yang mampu menyampaikan semua
informasi secara lisan tetapi tidak secara tulisan ataupun sebaliknya.
Bagaimana membangun sebuah komunikasi efektif
tersebut, berikut beberapa unsur yang sebaiknya
jadi pertimbangan untuk dikembangkan :
Kontak Mata
Hal pertama
yang dilakukan seorang pembicara yang baik adalah menatap lawan bicara dan
mengambil jeda untuk memulai sebuah pembicaraan. Ini merupakan salah satu cara
yang membantu untuk menciptakan kesan baik pada lawan bicara. Usahakan
mempertahankan kontak mata sepanjang pembicaraan, agar lawan bicara Anda tak
merasa diabaikan.
Ekspresi Wajah
Wajah merupakan
cermin kepribadian individual. Ekspresi wajah mengungkapkan pikiran yang sedang
melintas pada diri seseorang. Sebagi contoh: sebuah senyum mengungkap
keramah-tamahan dan kasih-sayang;Mengangkat alis mata menunjukan ekpresi heran;
Mengernyitkan dahi menyampaikan ketakutan dan kegelisahan. Semua emosi dan
berbagai macam tingkah manusia diekspresikan dalam emosi yang berbeda yang
tergambar di wajah. Jadi saat melakukan komunikasi tunjukan ekspresi bahwa Anda
tertarik dengan bahan pembicaraan.
Postur Tubuh
Setiap
gerak-gerik tubuh saat berbicara mesti dikoordinasikan dengan kekuatan
meyakinkan dari Anda. Mereka bisa jadi semacam tambahan untuk cara efektif yang
dapat ditangkap secara visual daripada secara verbal.
Sebagai contoh
: menundukan kepala menunjukkan penyelesaian pernyataan; mengangkat kepala
menunjukkan akhir pertanyaan ; Terlalu sering menggerakan bagian tubuh
mengungkapkan sedang bergegas atau kebingungan. Untuk itu perhatikan
gerak-gerik Anda saat melakukan komunikasi dengan lawan bicara.
Selera
Berbusana
Busana memiliki
tugas penting dalam menimbulkan kesan. Orang yang berbusana sesuai dengan
struktur tubuh mereka nampak lebih menarik. Penampilan fisik seseorang dan
busana yang dikenakan membuat dampak pasti pada proses komunikasi. Kita semua
berbusana dan mungkin banyak diantara kita tak terlalu memperhatikan, namun hal
kecil ini memiliki peran untuk sebuah efektif. Jika kita memperhatikan
bagaimana cara berbusana, hal itu akan memperbaiki kemampun komunikasi kita.
Bagaimanakah
caranya agar kita mampu melakukan komunikasi yang baik, komunikasi yang dua
arah, komunikasi yang efektif, sehingga target informasi yang harus disampaikan
ataupun diserap sesuai dengan harapan ?
Keterampilan dalamberkomunikasi secara efektif dapat dipelajari dan dikuasai dengan latihan rutin dan berkesinambungan secara terus menerus. Untuk dapat melakukan komunikasi efektif ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan yaitu :
Keterampilan dalamberkomunikasi secara efektif dapat dipelajari dan dikuasai dengan latihan rutin dan berkesinambungan secara terus menerus. Untuk dapat melakukan komunikasi efektif ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan yaitu :
1.
Menganalisa 3.
Menghakimi
2.
Menyalahkan 4.
Mengintrogasi
Keterampilan
yang harus dimiliki dalam melakukan komunikasi efektif adalah keterampilan
mendengarkan dan bertanya. Dalam proses berkomunikasi, seseorang harus mampu
mendengarkan dan memahaminya dengan baik. Kemudian mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang saling memiliki keterkaitan dan mengarah pada suatu
solusi atau ketenangan untuk masing-masing pihak. Sehingga tujuan utama dalam
komunikasi yang efektif adalah sebuah win-win solution. Tak ada satupun orang
yang mau disalahkan, inilah konsep dasar dari komunikasi efektif.
Komunikasi efektif atau dalam bahasa lain sering pula disebut diplomasi, perlu dilakukan untuk dapat membangun sebuah kesamaan keinginan dari sebuah informasi yang disajikan. Sehingga tujuan yang ingin diraih dapat dilakukan secara bersama-sama.
Komunikasi efektif atau dalam bahasa lain sering pula disebut diplomasi, perlu dilakukan untuk dapat membangun sebuah kesamaan keinginan dari sebuah informasi yang disajikan. Sehingga tujuan yang ingin diraih dapat dilakukan secara bersama-sama.
C. CIRI KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
Berkomunikasi
efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan sama-sama memiliki pengertian
yang sama tentang suatu pesan. Oleh karena itu, dalam bahasa asing orang
menyebutnya “the communication is in tune” ,yaitu kedua belah pihak yang
berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan. Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi
Komunikasi menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya
pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan
hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tidakan. Komunikasi Efektif adalah komunikasi yang mampu
menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat
dalam komunikasi. Dan ada beberapa orang
yang mengalami hambatan komunikasi berupa bahasa. Orang yang menghadapi masalah
kebahasaan harus diberi suasana aman yang memungkinkannya untuk mengekpresikan
emosi dan perasaannya ( Mubayidh,M, 2006)
Ciri-ciri Komunikasi yang Efektif
·
Langsung ke inti persoalan,
tidak ragu menyampaikan pesan.
·
Asertif, yang artinya tegas sekalipun jauh dari
kesan keras atau mendikte.
·
Bersahabat.
·
Isi pesan jelas dan mudah dipahami.
·
Terbuka, tidak ada pesan dan
makna yang tersem-bunyi.
·
Dapat berlangsung secara lisan atau tulisan..
·
Dua arah (seimbang antara
berbicara dan mende-ngarkan).
·
Responsif (memperhatikan keperluan dan pandang-an
orang lain).
·
Nyambung (menafsirkan pesan
dan kebutuhan orang lain dengan tepat).
·
Jujur dalam pengungkapan gagasan, perasaan, atau
kebutuhan yang sesungguhnya.
Sedangkan
ciri-ciri komunikasi yang tidak efektif, antara lain dapat dilihat dari
beberapa indikasi-indikasi berikut ini:
1.
Komunikasi
dilakukan terlalu bertele-tele..
2.
Komunikator
mengkomunikasikan pesannya dengan tidak percaya diri (malu-malu).
3.
Pesan /
Informasi disampaikan dengan cara yang tidak simpatik (misalnya: dengan
marah-marah).
4.
Pembicaraan
yang dilakukan tidak jelas dan tidak fokus pada pesan yang ingin disampaikan.
5.
Komunikasi yang
dilakukan berlangsung satu arah. Tidak ada interaksi dengan komunikan.
Komunikasi
efektif dipandang sebagai suatu hal yang
penting dan kompleks . Dianggap penting karena ragam dinamika kehidupan (bisnis, politik, misalnya) yang terjadi biasanya menghadirkan situasi kritis yang perlu penanganan secara tepat, munculnya kecenderungan untuk tergantung pada teknologi komunikasi, serta beragam kepentingan yang ikut muncul.
penting dan kompleks . Dianggap penting karena ragam dinamika kehidupan (bisnis, politik, misalnya) yang terjadi biasanya menghadirkan situasi kritis yang perlu penanganan secara tepat, munculnya kecenderungan untuk tergantung pada teknologi komunikasi, serta beragam kepentingan yang ikut muncul.
Sebuah
komunikasi yang efektif membutuhkan kejernihan pesan, kelengkapan pesan,
ekspresi wajah, kontak mata, postur tubuh, dan penampilan fisik secara
eksternal. Di era modern ini mungkin nampak 'tolol' melihat seseorang berusaha
menciptakan kesadaran komunikasi. Banyak di antara kita memberi sedikit
perhatian pada hal ini tetapi kenyataanya komunikasi ini terus berlangsung, tak
peduli siapa Anda, jika Anda tidak bisa berkomunikasi dengan semestinya maka
tak seorangpun akan mendengarkan Anda. Jadi komunikasi merupakan sebuah asset
penting sebagai tambahan untuk kepribadian Anda.
D. CARA/ TEKHNIK BERKOMUNIKASI SECARA EFEKTIF
Agar proses
komunikasi mampu mencapai sasaran (efektif), maka perlu memperhatikan
teknik-teknik umum berikut ini:
1.
Perlu adanya
ide atau gagasan yang jelas sebelum berkomunikasi.
2.
Periksa tujuan
& motif komunikasi.
3.
Periksa lingkungan
fisik dan manusia sebelum berkomunikasi (lihat situasi dan kondisi).
4.
Dalam
berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara.
5.
Komunikasikanlah
hal-hal yang bermanfaat saja.
6.
Komunikasi yang
efektif perlu tindak lanjut.
7.
KISS: Keep
It Short and Simple.
8.
Tindakan
komunikator harus sesuai dengan yang dikomunikasikan.
9.
Jadilah
pendengar yang baik.
10.
Informasi atau
pesan yang disampaikan harus sesuai dengan data dan fakta.
11.
Menggunakan
kata-kata yang mudah dipahami oleh komunikan/penerima informasi.
Banyak faktor
yang dapat menjadi penghambat seseorang dapat melakukan komunikasi secara
efektif. Faktor-faktor tersebut bisa berupa faktor teknis maupun non-teknis.
Adapun beberapa faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Perbedaan
budaya yang dapat mempengaruhi keefektifan dalam berkomunikasi.
2.
Perbedaan
bahasa dapat pula mempengaruhi kefektifan berkomunikasi.
3.
Faktor
Biologis. Misalnya seperti adanya kelainan pada mulut seperti gagap dan juga
cadel.
4.
Faktor
kredibilitas dari komunikator yang menyampaikan informasi.
5.
Faktor
kepribadian, seperti misalnya kepribadian yang tertutup dapat mempengaruhi
efektifitas dalam berkomunikasi. Kepribadian yang tertutup menghalangi
penerimaan pesan yang ingin disampaikan dan tidak terbuka terhadap segala hal.
Lima Aspek yang harus
dipahami dalam membangun komunikasi efektif (Hoesnan, 2013) antara lain
kejelasan (clarity), Ketepatan (accurary), Konsteks(contex), Alur (flow) dan
Budaya (culture).
E. PROSES DAN TAHAPAN DALAM BERKOMUNIKASI
Menurut Courtland L. Bovee dan John V. Thil tahapan-tahapan dalam
proses komunikasi dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu:
1) Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan.
2) Ide diubah menjadi suatu pesan.
3) Pemindahan pesan.
4) Penerima menerima pesan.
5) Penerima
memberi tanggapan dan mengirim umpan-balik kepada pengirim.
Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide
Ide dapat
diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas dihadapan kita. Sebelum
melakukan komunikasi syarat utama adalah adanya ide/gagasan. Seorang
komunikator yang baik, harus dapat menyaring hal-hal yang tidak penting atau
tidak relevan, dan memusatkan perhatian pada hal-hal yang memang penting dan
relevan. Proses tersebut dikenal sebagai abstraksi.
Tahap Kedua: Mengubah Ide menjadi Suatu Pesan
Dalam suatu proses komunikasi tidak semua ide dapat diterima atau
dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara
sempurna pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu: subjek (apa
yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audience, gaya personal, dan latar
belakang budaya. Ide yang berbentuk abstrak harus diubah kedalam bentuk pesan.
Tahap Ketiga: Pemindahan Pesan
Setelah mengubah ide-ide ke
dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan
melalui berbagai saluran yang ada kepada si penerima. Pesan tak mungkin dapat
dipahami oleh pihak lain tanpa adanya pemindahan pesan. Panjang-pendeknya
saluran komunikasi yang digunakan, akan berpengaruh terhadap efektivitas
penyampaian pesan.
Tahap Keempat: Penerima Menerima Suatu Pesan
Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila
pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima suatu pesan pesan
tersebut. Pesan tak mungkin dapat dipahami oleh pihak lain tanpa adanya
pemindahan pesan.
Tahap Kelima: Penerima Memberi
Tanggapan dan Umpan-Balik ke Pengirim
Umpan-balik
(feed back) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Ia
merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas
suatu pesan. Feed back dapat berfungsi sebagai koreksi bagi pengirim.
F. CATATAN
YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM BERKOMUNIKASI
Ada tiga elemen atau faktor lainnya yang juga
penting dalam proses komunikasi, yaitu:
1. Akibat/dampak/hasil
2.
Akibat ini terjadi
pada pihak penerima/komunikan setelah menerima pesan.
3.
Adalah
tanggapan balik dari pihak penerima/komunikan atas pesan yang diterimanya
Umpan balik/feedback Ada 6 hal yang perlu
dipersiapkan dalam berbicara efektif, yaitu: mengapa,siapa, di mana, kapan, apa
dan bagaimana.
Mengapa:
Menetapkan Sasaran
Hal pertama
yang harus jelas dalam pikiran Anda sebagai pembicara adalah menetapkan sasaran
pembicaraan. Penetapan sasaran sangat membantu dalam menentukan arah
pembicaraan dan juga bermanfaat dalam memilih bahan yang sesuai dengan
sasaran.Pada umumnya sasaran pembicaraan dapat dikelompokkan berdasarkan
tujuan, misalnya presentasi tugas, memimpin rapat, mengisi kajian, dan
sebagainya.
Siapa:
Pendengar
Meneliti apa
dan siapa pendengar dapat membantu dalam menetapkan bahan yang akan disampaikan
dan meyakinkan diri Anda bahwa Anda menyampaikan bahan pembicaraan kepada
pendengar yang tepat.
Hal yang perlu
diketahui dari sidang pendengar antara lain :
1. Berapa
banyak orang yang hadir?
2. Mengapa
mereka hadir di ruang tersebut?
3. Bagaimana
tingkat pengetahuan yang mereka miliki atas topik pembicaraan?
4. Apa harapan
mereka atas topik pembicaraan?
5. Bagaimana
usia, pendidikan, dan jenis kelamin mereka?
Di Mana: Tempat
dan Sarana
Penting bagi
Anda untuk mengetahui dan memperhatikan tempat pembicaraan akan
dilaksanakan.Berikut ini beberapa hal yang perlu menjadi perhatian bagi
pembicara:
1. Melakukan praktek: Apabila pembicaraan
dilaksanakan pada ruang yang besar dan luas, maka akan lebih baik untuk mencoba
suara terlebih dahulu, sebelum betul-betul berbicara di depan sidang pendengar.
2. Mempelajari sarana yang tersedia: Sangat
bermanfaat, bila Anda lebih dahulu melakukan latihan untuk dapat mengoperasikan
tombol-tombol lampu, slide projector, dan OHP (Over Head Projector).
3. Meneliti gangguan yang mungkin timbul: Anda
perlu mewaspadai gangguan yang mungkin timbul, misalnya pembicaraan dilakukan
dekat jalan raya sehingga suaramu harus dapat mengalahkan suara kendaraan yang
lewat.
4. Tata letak tempat duduk :Tata letak tempat duduk perlu diperhatikan,
diatur, dipersiapkan, dan dikaitkan dengan sasaran pembicaraan.
Kapan: Waktu
Berapa lama
waktu yang diperlukan dalam pembicaraan? Anda perlu memperhatikan manajemen
waktu.
1. Waktu
penyelenggaraan sangat mempengaruhi: Biasanya, waktu sesudah makan siang
dikenal sebagai waktu ‘kuburan’. Pendengar yang sudah makan kenyang, apalagi
jika makanan yang disajikan enak rasanya, akan membuat pendengar lebih tertarik
untuk ‘berngantuk ria’ daripada mendengarkan pembicaraan.
2. Berapa lama
waktu yang digunakan: Anda perlu memperhatikan waktu, misalnya waktu untuk
pembahasan, waktu istirahat, atau waktu tanya jawab. Agar punya manajemen waktu
yang baik, maka perlu latihan terlebih dulu.
3. Masalah
konsentrasi: Sangat sulit bagi pendengar untuk berkonsentrasi penuh selama
lebih dari 2 jam. Apalagi bila mereka merasa bahwa pembicaraan Anda tidak
menarik, tidak bermanfaat, dan tidak berminat. Umumnya seseorang dapat
berkonsentrasi penuh pada 20 menit di awal pembicaraan, setelah itu konsentrasi
akan menurun sedikit demi sedikit.
Apa: Bahan yang
Akan Digunakan
Agar sasaran
pembicaraan dapat dicapai, maka persiapan bahan perlu dilakukan. Berikut ini
beberapa saran dalam pemilihan bahan:
1. Menyusun dan memilih bahan: Susunlah pokok-pokok
pembicaraan. Sebaiknya pada 45 menit pertama jangan terlalu banyak pokok-pokok
yang akan disampaikan. Dalam pemilihan bahan perlu diperhatikan: sasaran
pembicaraan, waktu yang tersedia, pendengar, mana bahan yang harus diberikan
dan bahan yang tidak perlu diberikan.
2. Gunakan contoh:
Sederhanakan informasi yang sulit dan kompleks. Gunakan juga contoh-contoh yang
benar-benar terjadi dan kaitkan dengan pokok-pokok yang ingin disampaikan.
3. Membuka dan
menutup pembicaraan: Dalam membuka pembicaraan perlu dirancang agar dapat
menimbulkan minat pendengar, dapat menimbulkan rasa butuh dari pendengar, dapat
menjelaskan garis besar dan sasaran pembicaraan. Dalam menutup pembicaraan,
Anda harus dapat menyimpulkan hal-hal yang telah dibicarakan.
4. Membuat
catatan-catatan apa yang ingin dibicarakan. Beberapa cara yang dapat digunakan
untuk mengingat urut-urutan dalam pembicaraan adalah membuat catatan tertulis
dengan menggunakan kartu-kartu atau kertas kecil. Hal yang dituliskan dalam
kartu sebaiknya kata-kata kunci saja dan waktu yang digunakan untuk
membicarakan apa yang tertulis di setiap kartu.
Bagaimana:
Teknik Penyampaian
Penggunaan kata
merupakan basis komunikasi, tetapi dalam kenyataannya keberhasilan dalam
pembicaraan tidak hanya ditentukan dari penggunaan kata saja, tetapi justru
penggunaan nonkata.
Bicara di depan
umum yang berhasil seharusnya memenuhi persentase kontribusi sebagai berikut :
7% : penggunaan kata
38% : penggunaan nada
dan suara
55% : penggunaan
ekspresi muka, bahasa tubuh, dan gerakan tubuh
Dalam
komunikasi ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan suatu komunikasi efektif (Hoesnan, 2013:193) adalah;
hal yang perlu diperhatikan dalam menciptakan suatu komunikasi efektif (Hoesnan, 2013:193) adalah;
1.
Ketahui mitra bicara (Audience)
Kita harus tau dengan siapa kita berbicara. Dengan mengetahui audience kita
harus cerdik dalam memilih-milih kata yang digunakan untuk menyampaikan
informasi atau buah pikiran kita.
2.
Ketahui Tujuan
Tujuan kita berkomunikasi akan sangat menentukan cara kita menyampaikan
informasi. Bila kita sekedar menyampaikan informasi, tentu komunikaasi bersifat
pengumuman.
3.
Perhatian Konstek
Konstek disini bisa berarti keadaan atau lingkunagan pada saat
komunikasi. Pada saat komunikasi, konstek sangat berperan dalam memperjelas
informasi yang disampaikan.
4.
Pelajari Kultur
Kultur atau budaya, habit atau kebiasaan orang atau masyarakat juga
diperhatikan dalam berkominikasi
5.
Pahami Bahasa
“Bahasa menunjukkan bangsa”
artinya bahasa dapat menjadi ciri atau identitas suatu bangsa.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I :
MANAJEMEN PENINGKATAN
MUTU
A.
Konsep Dasar Manajemen Peningkatan
Mutu ………………………… 1
B.
Dimensi-Dimensi Manajemen
Peningkatan Mutu ................................. 4
C.
Hubungan Manajemen dan Peningkatan
Mutu ……………………….. 5
D.
School Review ………………………………………………………………6
E.
Benchmarking …………………………………………………………… 6
F.
Quality Insurance ……………………………………………………….. 7
G.
Quality Control ……………………………………………………………7
BAB II :
MANAJEMEN
PEMBELAJARAN BERKUALITAS
A.
Proses Pembelajaran ………………………………………………………8
B. Keterampilan
Dasar Guru ………………………………………………. 9
C. Faktor-Faktor
Penentu Pembelajaran Berkualitas ………………….. 13
D. Kepemimpinan
Kepala Sekolah ……………………………………….. 15
E. Supervisi
Akademik ……………………………………………………. 16
BAB III : MANAJEMEN MUTU TERPADU
A.
Manajemen Mutu Terpadu dalam
Pendidikan ………………………. 18
B.Fokus MMT dalam Pendidikan ……………………………………….. 21
C.
Total
Quality Education atau Total Quality School …………………. 23
D. Sekolah MMT yang Bermutu …………………………………………... 26
BAB IV :
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
A.
Sistem …………………………………………………………………….. 28
B. Data dan
Informasi ………………………………………………………. 33
C. Manajemen
……………………………………………………………...... 35
D.
Sistem Informasi Manajemen …………………………………………… 35
E. Pengolahan
Komputer ………………………………………………… 37
F.
Sistem Informasi Manajemen Di Mata User ………………………… 38
G.
Pokok-Pokok Sistem Informasi Manajemen …………………………. 39
H.
Pengambilan Keputusan ………………………………………………… 40
I.
Sistem Informasi Manajemen Pendidikan (SIMDIK) …………………
41
BAB V : MENCIPTAKAN DISIPLIN DISEKOLAH
A.
Merancang
kedisiplinan Di Sekolah………………………………. 44
B.
Strategi
implementasi dan Tata Cara Disiplin Sekolah ………… 45
C.
Teknik-teknik
penanaman disiplin ……………………………….. 46
D.
Jenis-jenis
disiplin ………………………………………………….. 46
E.
Langkah langkah
yang strategis untuk dijalankan …………….. 49
BAB VI : MANAJEMEN KONFLIK
A.
Hakekat
Konflik ……………………………………………………… 50
B.
Tahapan
Terjadinya Konflik ………………………………………… 51
C.
Jenis
Konflik Terbuka Dan Cara Penyelesaiannya ………………… 52
D.
Cara
Penyelesaian Konflik Yang Efektif ……………………………. 54
E.
Proses
Dan Tahapan Pengolaan Konflik …………………………… 57
F. Aktivitas Dalam Penerapan Konflik Di Sekolah ………………….. 59
BAB VII :
MEMAHAMI/MENGIDENTIFIKASI MANAJEMEN KOMUNIKASI
A.
Hakekat Komunikasi ………………………………………………….. 62
B.
Tahapan Unsur Yang Terlibat Dalam
Komunikasi ………………… 62
C.
Ciri Komunikasi Yang Efektif ……………………………………… 65
D.
Cara/Tekhnik Berkomunikasi Secara
Efektif ……………………….. 67
E.
Proses Dan Tahapan Dalam
Berkomunikasi ………………………..
68
F.
Catatan Yang Perlu Diperhatikan
Dalam Berkomunikasi …………. 69
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT. yang senantiasa melimpahkan
nikmat dan kerunia-Nya, karena atas rahmat-nya lah kami dapat menyelesaikan
tugas penyusunan paper ini tepat pada waktunya.
Adapun Tugas pembuatan paper ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan oleh Bapak Dosen Mata Kuliah Manajemen Peningkatan Mutu Pasca Sarjana
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang.
Kami sadar bahwa dalam penyusunan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan masukan dan
kritik demi perbaikan dan kesempurnaan dalam penyusunan yang akan datang.
Akhirnya, mudah-mudahan paper ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kami dan umumnya bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Penyusun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar